Angin Nuklir

Ini kali kelima saya melihat PLTN. Atau kali kedua untuk melihat proyek yang sedang dibangun. Yang pertama di Korea Selatan.

Sabtu, 28 September 2019 | 09:17 WIB
0
427
Angin Nuklir
Saya di Sommerset (Foto: Disway.id)

Maafkan, saya lagi di sini. Di Kabupaten Somerset. Yang jadi pusat nuklir Inggris --untuk pembangkit listriknya. 

Saya hanya bisa berdoa untuk keadaan di dalam negeri. Pendapat saya sama dengan komentar yang ada di DI’s Way. 

Tepatnya, saya lagi di Desa Cannington. Di pinggir laut --disebut Selat Bristol. 

Sebetulnya itu bukan selat. Melainkan teluk. Mirip Laut Tengah. Yang memisahkan Maroko dengan Spanyol.

Hanya saja tidak selebar dan sejauh itu.

Di sini lagi dibangun PLTN unit 3. Besar sekali: 3.200 MW (dua reaktor). 

Gedung mblenduk di sana itu adlaah PLTN unit 2.

Jangan kaget: lokasi nuklir ini tidak jauh dari Kota Bridgwater. Ibu kota Kecamatan Sedgemoor. Yang cukup besar. Penduduknya 250 ribu jiwa.

Bahkan tidak sampai 1 km dari Desa Cannington. Yang berpenduduk 2.500 jiwa.

Tentu saya juga mampir ke Bridgwater. Ke kantor pemilik proyek ini. Di pusat pertokoan kota itu. Sekalian melihat komunikasi sosialnya dengan masyarakat.

Sekarang ini lagi ada pendaftaran. Untuk masyarakat luas. Yang ingin melihat dari dekat PLTN di situ. Jadwal kunjungannya mulai Januari depan.

Di kantor ini diperagakan semua yang terkait dengan PLTN. Mulai beton dinding reaktor yang tebalnya 5 meter. Sampai pakaian yang dikenakan operator PLTN.

Masyarakat sekitar tidak ada yang merasa takut bertetangga dengan pembangkit listrik nuklir itu.

Mereka sudah sangat biasa. Sudah sejak tahun 1956. Saat itu sudah dibangun unit 1. Meski hanya 500 MW. Yang mulai beroperasi tahun 1967.

Sepuluh tahun kemudian dibangun pula unit 2. Lebih besar: 1.200 MW.

Jadi, penduduk sudah akrab. Sudah 60 tahun biasa bertetangga dengan PLTN.

Kini sedang dibangun lagi unit 3. Yang jauh lebih besar: 3.200 MW.

Yang menarik, unit 3 ini dibiayai Tiongkok. Sebagian teknologi nuklirnya juga dari Tiongkok.

Inilah untuk kali pertama: teknologi nuklir Timur masuk ke Barat.

Semula, itu akan sepenuhnya menggunakan teknologi Prancis. Dari Areva.

Tapi soal pembiayaan jadi masalah. Setiap dapat jalan keluar selalu kena buntu. Proyek ini tertunda terus.

Tertundanya saja lebih 30 tahun. Begitu sulit menemukan jalan.

Sampailah tahun 2016. Inggris dinyatakan akan krisis listrik pada tahun 2025.

Pembangunan pembangkit baru tidak bisa ditunda. Duta Besar Tiongkok untuk Inggris, Liu Xiaoming, tahu itu. Lalu kirim surat. Ia menawarkan solusi pendanaan.

Proyek pun berjalan. Saya lihat banyak sekali tenaga kerja Tiongkok di proyek ini.

Baru sekali ini pula saya melihat: ada crane terbesar di dunia. Bikinan Jerman.

Crane itu tingginya lebih dari 100 meter! Saat saya masih di Desa Cannington pun sudah bisa melihat crane itu! 

Tahun lalu proyek unit 3 ini benar-benar dimulai. Baru akan selesai tahun 2023 --perlu lima tahun. Itu pun sudah cepat --kalau lancar. Terutama lancar uangnya.

Bandingkan dengan pembangunan unit 1 dan 2 dulu. Masing-masing perlu waktu 10 tahun. Belum ada crane yang begitu besar waktu itu.

Biaya unit 3 ini jangan dihitung nolnya. Kalau dalam rupiah --340.000.000.000.000. Untuk kapasitas 3.200 MW. 

Kalau dana itu untuk membangun PLTU Batubara bisa mendapat listrik 10.000 MW. 

Tapi Inggris tidak punya baru bara lagi. Kalau punya tidak akan dipakai --polusi.

Biaya mahal pun ditempuh. Itulah sebabnya mencari sumber dananya juga perlu bertahun-tahun. Itu pun selalu gagal.

Perhitungannya pun terus berubah --mengikuti perubahan harga bahan dan nilai tukar mata uang.

Apalagi di perjalanannya terjadi peristiwa nuklir Fukushima, Jepang. Yang terkena tsunami itu. Unit 3 di Somerset ini harus dihitung ulang. Tingkat keamanannya harus ditambah.

Padahal, di sini tidak akan ada tsunami. Lokasi ini bukan di pinggir laut lepas.

Fukushima menghadap Samudera Pasifik. Pantai Cannington menghadap ke daratan Cardiff.

Lebar laut yang memisahkan Cannington dan Cardiff sendiri hanya 25 km. Kurang lebih.

Begitu lama proyek ini tertunda. Sampai unit 1-nya sudah daluwarsa: sudah berumur 62 tahun --kalau dihitung sejak pembangunannya. Atau 51 tahun --sejak dioperasikan. 

Unit 1 itu sudah harus dibongkar tahun ini. Dan memang kini sedang dibongkar.

Bahkan unit 2 sebentar lagi juga sudah kadaluwarsa. Tahun 2023 sudah harus dibongkar. 

Tapi ,selentingan yang saya dengar di situ agak beda. Kemungkinan besar usia unit 2 itu akan diperpanjang 10 tahun. Secara teknis hal itu masih sangat memungkinkan.

Itu untuk jaga-jaga. Kalau saja proyek unit 3 ini tertimpa masalah.

Tapi, kalau lancar, satu unit 3 ini saja cukup. Sudah dua kali lipat lebih besar dari dua unit lama dijadikan satu.

Ini kali kelima saya melihat PLTN. Atau kali kedua untuk melihat proyek yang sedang dibangun. Yang pertama di Korea Selatan. 

Ternyata tidak sampai 10 tahun setelah Fukushima (2011) pembangkit nuklir mulai mendapat angin lagi.

Dahlan Iskan

***