Bencana Deepwater Horizon [2] Melibatkan Tim Ahli Nuklir

Tidak kurang dari 47.000 responder profesional dan ratusan ribu orang sukarelawan terlibat dalam operasi pembersihan laut dan pantai.

Jumat, 6 September 2019 | 06:54 WIB
0
396
Bencana Deepwater Horizon [2] Melibatkan Tim Ahli Nuklir
Deepwater Horizon (Foto: defense.gov)

Analisis dan Penanggulangan

Petaka itu terjadi pada pukul 21.45, 20 April 2010, ketika tiba-tiba muncul tekanan hebat berupa gas methana hydrate dari dalam sumur, lalu masuk ke drilling riser, lalu masuk ke pipa hingga ke drilling rig. Peningkatan tekanan gas methana yang terjadi dengan sangat tiba-tiba itu tidak sempat dilepaskan ke udara oleh para pekerja. Besarnya tekanan gas itu mengakibatkan blowout preventer pada instalasi drilling rig tidak kuat menahannya dan terjadilah ledakan yang diikuti bola api raksasa.

Para ahli mengemukakan, gas methana hampir selalu terdapat pada sumur minyak. Volumenya berbanding lurus dengan deposit minyak pada sumur yang dieksploitasi. Peningkatan tekanan yang sangat tiba-tiba dan sangat kuat terjadi karena gas methana terakumulasi dengan sangat cepat dan keluar melalui drilling riser.

Apa yang terjadi di Deepwater Horizon, volume methana hydrate yang terakumulasi lalu menekan ke permukaan, memang sangat luar biasa, hingga meledakkan drilling rig.
Langkah penanggulangan dilakukan melalui dua operasi. Pertama, menutup tiga sumur di dasar laut sebagai sumber minyak. Kedua, penanggulangan di permukaan laut dan di area pantai.

Untuk menghentikan semburan minyak di dasar laut, pertengahan Mei 2010 Menteri Energi, Steven Chu membentuk tim ahli nuklir. Cara yang dijajaki adalah meledakkan sumur minyak untuk menutupnya secara permanen. Tapi, opsi itu ditolak BP. Dengan metoda itu, kalau berhasil akan menutup sumur minyak secara permanen. Tapi apabila gagal, volume semburan minyak akan membesar dan kerusakan lingkungan laut akan makin parah. Dan jika gagal, semua kesalahan dan biaya pemulihan akan dibebankan ke BP.

Cara kedua adalah menutup drilling riser sebagai sumber minyak dengan mengoperasikan robot. Sebenarnya metoda ini sudah langsung dijajaki sejak hari pertama tragedi itu terjadi. DonJon-Smit, perusahaan jasa penunjang pengeboran minyak yang bermarkas di Houston, Texas. Satu tim dari Shell, Belanda yang ahli dalam pekerjaan migas di bawah laut tiba di New Orleans sehari setelah ledakan pertama. Selain itu Source Control Command yang juga bermarkas di Houston, Texas, mempelajari bagaimana cara menutup tiga sumur minyak di dasar laut Teluk Mexico yang terus menyemburkan minyak.

Upaya menutup sumber semburan minyak di dasar laut dimulai pada tanggal 8 Mei 2010. Dalam upaya menutup sumur-sumur, dikerahkan tujuh wahana robot bawah air yang dikendalikan melalui penginderaan jarak jauh dan bisa bekerja non-stop selama 36 jam sekali dalam satu sesi pekerjaan.
Setelah sebelumnya mengalami kegagalan, tanggal 3 Juni BP mengumumkan bahwa mereka sudah berhasil menutup sumur spiller yang terkecil dengan menggunakan ROV (remote-operated vehicles). Lalu tanggal 16 Juni satu sumur lain juga ditutup.

Akhirnya, pada 12 Juli 2010 sumur utama ditutup dengan Top Hat 10. Maka sejak itu semua sumur sudah tidak lagi mengeluarkan minyak. Penutupan itu disusul dengan menginjeksikan material semen ke dalam sumur, untuk lebih memastikan penyumbatan. Tanggal 15 Juli 2016 BP mengumumkan, tiga sumur di bawah Deepwater Horizon sudah ditutup total.

Sejak itu, operasi penyemprotan dispersant dari udara dihentikan. Kemudian, tanggal 5 Agustus selesai dilakukan menutup sumur-sumur itu secara statis (static kill). Dan pada 19 September 2010, ketiga sumur tersebut dilakukan bottom kill, menutup sumur secara permanen.

Operasi di Permukaan

Pemerintah Amerika memperkirakan, total volume minyak yang mencemari perairan Teluk Mexico sekitar Texas, Mississipi, Lousiana, Alabama dan Florida sejak tanggal 21 April hingga 15 Juli 2010 mencapai 4,9 juta barel.

Meskipun pada awalnya Pemerintah Amerika menolak, namun karena jumlah minyak yang demikian besar dan ancaman kerusakan lingkungan yang sangat massif jika tidak segera ditangani, maka bantuan dari luar negeri untuk menanggulangi tumpahan minyak, akhirnya diterima. Tumpahan minyak yang terjadi di Deepwater Horizon termasuk tumpahan berskala Tier-3. Sehingga menurut ketentuan IMO, sudah bisa melibatkan negara lain dalam penanggulangannya.

Alasan lain, jika operasi penanggulangan tumpahan minyak hanya dilakukan oleh institusi, kapal-kapal, peralatan dan tenaga dari Amerika sendiri, maka dipastikan peralatan yang diperlukan jumlahnya jauh lebih besar dari pada yang tersedia di dalam negeri. Sedangkan untuk memesan peralatan baru dari berbagai produsen PPTM di seluruh dunia, seperti dikatakan Chief Operation Officer Elastec/American Marine, Jeff Bohleber, barang baru akan datang, paling cepat 45 hari kemudian.

Namun demikian Pemerintah Amerika tetap melakukan pembelian dan pemesanan. Pertimbangannya, operasi penanggulangan akan berlangsung cukup lama, bisa lebih dari satu tahun.

Langkah pertama yang diambil oleh lima pemerintah negara bagian Amerika bersama BP adalah menyatakan keadaan darurat bencana, dengan mendirikan posko tanggap darurat. Di New Orleans didirikan Unifield Area Command (UAC) yang mengkoordinir empat Pos Komando Bencana (ICP). Di Texas, didirikan di Galveston, di Lousiana dibentuk di Houma, di Alabama di kota Mobile yang melayani wilayah Mississipi, Alabama, dan Florida Panhandle, serta di Miami untuk wilayah Florida. Langkah itu diambil sesuai Oil Pollution Act 1990 (OPA 90).

Dalam catatan Pemerintah Amerika, tidak kurang dari 68 organisasi dan perusahaan penanggulangan tumpahan minyak dari 23 negara di dunia, termasuk dari Indonesia, turut serta membantu 20an lembaga Amerika seperti USCG, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), EPA (Environment Protection Agency), MSRC (Marine Spill Response Corporation), NRC (National Response Center) dan lain-lain, dalam operasi pembersihan laut dan pantai.

Tindakan pertama yang dilakukan otoritas setempat dalam menghadapi tumpahan minyak dalam skala besar itu adalah menyemprotkan dispersant dari udara. Tidak kurang dari 1,84 juta gallon disepersant jenis Corexit disemprotkan ke laut selama 53 hari berlangsungnya semburan minyak. Dispersant disemprotkan dari udara dengan menggunakan sejumlah pesawat.

Selain pesawat yang menyemprotkan dispersant, ada juga pesawat yang terus melakukan pemantauan dari udara atas pergerakan minyak di permukaan laut. Sebanyak 127 pesawat dari berbagai jenis lalu-lalang di atas area operasi penanggulangan minyak seluas 2.300 kilometer persegi. Saking ramainya ruang udara di sana, sampai-sampai otoritas penerbangan Amerika, FAA, menyatakan wilayah udara di sekitar lokasi Deepwater Horizon sebagai area larangan terbang bagi pesawat komersial.

Sebenarnya sejak awal, penggunaan dispersant dalam jumlah besar untuk menetralisir minyak, sudah mendapat tentangan, khususnya dari kalangan pencinta lingkungan hidup. Argumentasinya, dalam setiap kasus tumpahan minyak di lautan, jumlah minyak yang ternetralisir oleh dispersant tidak pernah lebih dari 10%.

Sementara biaya kerusakan ekosistem laut akibat penggunaan dispersant dalam skala besar, kurang lebih setara dengan kerusakan akibat tumpahan minyak itu sendiri. Itu dikarenakan efek racun pada dispersant terhadap hewan dan tumbuhan laut yang sifatnya instan. Sedangkan minyak mentah akan mematikan jika hewan atau tumbuhan terlumuri minyak secara massif. Sehingga, penanggulangan tumpahan minyak seyogyanya dilakukan dengan cara mekanik.

Penanggulangan yang dilakukan di permukaan laut, di lepas pantai Texas, Mississipi, Lousiana, Alabama, dan Florida ada sekitar 6.000 kapal dari berbagai ukuran beroperasi mangangkat tumpahan minyak. Saking banyaknya minyak yang tumpah menutupi permukaan laut, dimanapun oil boom digelar, pasti bisa melokalisir minyak untuk kemudian disedot oil skimmer.

The US Coast Guard sebagai koordinator operasi penanggulangan tumpahan minyak di Teluk Mexico mengemukakan, total panjang oil boom yang digunakan oleh berbagai organisasi penanggulangan tumpahan minyak yang beroperasi di sana, jika direntangkan, panjangnya 13.300.000 kaki atau sekitar 4.100 kilometer.

Begitu juga berbagai jenis oil skimmer yang digunakan, jumlahnya mencapai 835 unit. Namun demikian, jumlah minyak yang terangkat dari permukaan laut selama 87 hari masa operasi, hanya sekitar 17% dari 4,9 juta barel yang tumpah.

Sepanjang operasi penanggulangan, pemerintah Amerika meminta ke seluruh perusahaan PPTM dunia untuk membawa jenis peralatan apapun yang available, untuk dibawa ke Lousiana untuk dibeli dan digunakan.

Upaya lain yang juga sempat dilakukan untuk mengangkat minyak dari permukaan laut adalah dengan membakarnya. Sebenarnya cara ini cukup efektif, terutama di spot-spot dimana minyak terkonsentrasi cukup banyak. Cara ini bisa menghilangkan minyak sebanyak 700.000 gallon per hari, yang dilakukan sejak Juni 2010. Namun lagi-lagi, cara ini pun mendapat banyak tentangan. Warga di sepanjang pantai utara Teluk Mexico mengeluhkan, sudah pantainya tercemar minyak, udaranya pun menjadi kotor karena asap dari pembakaran. Maka cara pembakaran segera dihentikan.

Dari pantauan satelit NASA, pergerakan minyak dari pusat semburan, sebagian besar mengarah ke utara ke pantai Mississipi, Lousiana, Alabama dan Florida. Hanya sebagian kecil yang bergerak ke selatan. Itu pun tidak sampai menjangkau perairan teritorial Mexico. Namun NOAA memperkirakan, area perairan yang tercemari minyak luasnya mencapai 225.290 kilometer persegi, atau sekitar 36% dari total luas Teluk Mexico.

Persoalan besarnya adalah, garis pantai yang membentang dari Texas hingga Florida adalah kawasan sensitif yang merupakan habitat berbagai jenis hayati laut dan rawa. Karenanya, tidak kurang dari 47.000 responder profesional dan ratusan ribu orang sukarelawan terlibat dalam operasi pembersihan laut dan pantai.

(Bersambung)

***

Tulisan sebelumnya: Bencana Deepwater Horizon [1] Mimpi Buruk dari Dasar Laut Amerika