Hadapi Provokasi Amerika di Taiwan, Kesabaran Xi Jinping Ada Batasnya

Presiden Taiwan Tsai Ing Wen sepertinya tidak belajar kepada Zelensky, bahwa AS hanya sebagai provokator bukan sebagai mitra. Saat Taiwan di invasi, nanti AS akan angkat tangan.

Sabtu, 6 Agustus 2022 | 10:33 WIB
0
176
Hadapi Provokasi Amerika di Taiwan, Kesabaran Xi Jinping Ada Batasnya
Nancy Pelosi dan Tsai Ing Wen (Foto: Facebook.com)

Begitu mobil yang membawa ketua DPR AS Nancy Pelosi memasuki Basemen Hotel Grand Hyatt di Taipei Selasa malam lalu.

China langsung menggelar latihan militer dan melakukan ujicoba penembakan rudal rudal berat ke arah Taiwan.

Dan sampai saat ini, China masih menggelar latihan militer skala besar sampai direncanakan nanti tanggal 7 Agustus.

Pelosi boleh berkata apapun untuk membela kunjungan nya ke Taiwan, tapi dampak kunjungan ini akan sangat signifikan mengubah GeoPolitik dunia kedepan.

Presiden Taiwan Tsai Ing Wen juga boleh saja mengatakan siap melawan China apabila China melakukan invasi.

Tapi, nasib Taiwan tidak akan jauh dengan nasib Ukraina apabila China di kemudian hari menggelar operasi militer khusus di Taiwan seperti apa yang sedang dilakukan Putin saat ini di Ukraina.

Jika invasi ke Taiwan nanti jadi dilakukan, maka pihak yang paling layak disalahkan adalah Taiwan dan AS, Taiwan mau masuk jurang berbahaya ini hanya karena mengikuti angin surga dari AS.

Kunjungan Pelosi ke Taiwan sebenarnya adalah langkah AS membuang rasa malu dengan apa yang sedang terjadi saat ini di Ukraina. Dimana AS dipermalukan Rusia disana bersama NATO.

AS memprovokasi Taiwan dan ini adalah pintu masuk kekacauan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik, karena AS kehilangan muka di Ukraina.

Harusnya Indonesia memperingatkan AS agar tidak melakukan provokasi di wilayah ini karena akan sangat menggangu stabilitas GeoPolitik global.

Tapi sayangnya, Indonesia sama sekali tidak berani mengatakan ke AS agar jangan membuat gaduh di kawasan Asia timur. Indonesia tidak punya sikap yang tegas apapun.

AS punya kepentingan melakukan provokasi di Taiwan, karena jika perang Taiwan dengan China terjadi. AS paling diuntungkan untuk dagang senjata, seperti yang mereka lakukan di Ukraina.

Karena kehilangan muka di Ukraina, AS juga saat ini mengangkat isu pembunuhan pemimpin Al Qaeda akhir pekan lalu di Kabul.

Isu ini sebenarnya sangat tidak penting saat ini bagi dunia, tapi ini penting bagi AS karena isu ini bisa sedikit menambal muka AS di depan dunia efek malu dikalahkan Rusia di Ukraina.

AS saat ini mencari lapangan perang baru untuk membuktikan kepada dunia bahwa mereka masih adidaya, tapi sayang, China dan Rusia sudah paham siasat ini.

Rusia dan China saat ini semakin berkolaborasi untuk menentang AS di dunia dalam isu apapun itu, termasuk isu Ukraina dan Taiwan.

Di sisi lain, langkah China yang masih menahan diri layak di apresiasi saat ini, Xi Jin Ping terlihat lebih sabar dalam menghadapi AS ketimbang Putin di Rusia.

Tapi ini Hanya soal waktu, China pasti akan terlibat konflik langsung dengan AS apabila AS terus menerus melakukan manuver-manuver di Taiwan.

Presiden Taiwan Tsai Ing Wen sepertinya tidak belajar kepada Zelensky, bahwa AS hanya sebagai provokator bukan sebagai mitra. Saat Taiwan di invasi, nanti AS akan angkat tangan.

Ibu Tsai Ing Wen sepertinya sangat mudah diberikan harapan palsu oleh gedung putih. Wanita memang senang dipuja puji padahal hanya PHP oleh Biden.

Ibu Tsai Ing Wen sepertinya belum merasakan bagaimana punya menantu tukang bakso. Saat rudal China nanti menghantam gerobak bakso di kota Taipei, baru ibu ini nanti nangis. 

Tengku Zulkifli Usman