Menutup Akses Bandara dan Pelabuhan

Jangan bandel dan memikirkan diri sendiri. Hidup prihatin dan membatasi gerak dan kumpul-kumpul sementara saja, untuk kebaikan bersama.

Senin, 23 Maret 2020 | 08:42 WIB
0
233
Menutup Akses Bandara dan Pelabuhan
Bandara di Norwegia (Foto: fin.co.id)

Hari Senin,16 Maret 2020  mulai jam 08:00 pemerintah Norwegia menutup akses bandara dan pelabuhan di seluruh negeri untuk SEMUA orang asing yang bukan penduduk/permanent residents Norwegia.

Jadi yang sekadar mau plesiran jangan harap bisa selfie-selfie. Baru menginjak bandara aja pasti disuruh langsung balik kampung.

Kebijakan visa Schengen pun sementara ditunda oleh semua negara anggotanya. Langkah kompak yang perlu diapresiasi.

Penerbangan domestik masih diperbolehkan, tapi hanya untuk kepentingan yang betul-betul mendesak, bukan untuk berlibur.

Norwegian, maskapai nasional Norwegia, mengerahkan armadanya untuk memulangkan warga Norwegia yang masih berada di Spanyol.

Di sisi lain, Norwegian membatalkan hampir 85% penerbangan. Semua lini bekerja sama mengurangi lalu-lintas dan penyebaran virus, meski efeknya jadi pukulan telak bagi perekonomian negara.

Perbatasan darat juga ditutup, meski akses untuk barang tetap diperbolehkan. Bagaimanapun orang-orang butuh bahan makanan dan obat-obatan, yang sebagian tentu berasal dari negara lain.

Pemerintah sampai minta bantuan Civil Defense dan Home Guard untuk membantu pengawasan di perbatasan. Tau, kan, negara-negara Eropa saling berbatasan. Banyak orang Norwegia yang belanja kebutuhan makanan ke Swedia, orang Perancis ke Jerman, dsb, karena memang lebih dekat ke perbatasan, dan harga-harga juga lebih murah.

Awal kebijakan #lockdown (karantina wilayah) ditetapkan hari Kamis (12/03), ada juga sebagian masyarakat yang langsung memutuskan berlibur ke kabin di daerah pegunungan (orang Norwegia memang biasa punya rumah kabin khusus untuk liburan).

Tapi begitu disuruh pulang oleh pemerintah, ya mereka manut pada pulang; meski ada juga 1-2 yang tetap nekad pergi ke gunung. Anggapannya di tempat-tempat tersebut tidak banyak kerumunan orang. Persepsi yang salah.

Orang Norwegia sejak lahir sudah akrab dengan kegiatan alam bebas. Istilahnya, baru mbrojol sudah bisa main ski. Udah diajak manjat gunung.

Pemerintah nggak menyerah. Terus membuat press release (dengan jumlah tak sampai 20 orang dalam 1 ruangan) secara berkala. Menginstruksikan masyarakat untuk taat dan menjalankan #socialdistancing (pembatasan sosial). Maka patuh juga orang-orang ini. Diam di rumah untuk sementara waktu.

Demi membatasi keramaian, mengurangi kontak sesama manusia sebagai inang koronavirus, yang pada akhirnya (semoga) wabah #covid_19 ini bisa dihentikan.

Sampai hari ini, ada 1.295 kasus positif covid-19 di Norwegia. 3 meninggal, dan 1 berhasil sembuh.
Namun yang sembuh ini tidak dirayakan dengan acara seremonial dengan mengundang wartawan dan disiarkan di televisi nasional. Apalagi sampai ada penyerahan plakat atau penyerahan ramuan anti-korona.

Duh, kok jadi ke situ? Maafkan, Gaess.

Intinya, mari kita semua bekerja sama dalam menghadapi krisis ini. Para pemimpin hendaknya memberi teladan yang baik. Beri arahan yang tegas dan terpusat, agar rakyat tidak dibuat bingung apalagi menyepelekan.

Di sisi lain, rakyat juga sepatutnya manut pada pemimpin. Ikuti arahan. Jangan bandel dan memikirkan diri sendiri. Hidup prihatin dan membatasi gerak dan kumpul-kumpul sementara saja, untuk kebaikan bersama.

***