Menikmati Batik Solo Trans

Lalu apa penanda sosial masa kini? Tidak tahu, tapi saya harap itu berarti menggunakan transport umum sembari serius membaca. Hening, dan tak berkerumun..

Rabu, 24 Februari 2021 | 09:13 WIB
0
223
Menikmati Batik Solo Trans
Menunggu BST (Foto{ Dok. pribadi)

Berkelana pertama kali dengan Batik Solo Trans (BST) membuat saya merasa kemana saja saya selama ini. Ternyata BST sudah ada sejak 2010. Koridor 1 diresmikan di tahun itu oleh Presiden Jokowi yang saat itu Walikota Surakarta. Selanjutnya dalam kurun waktu 1 dekade ini telah bertambah jumlah koridor dan feedernya.

Saya penyuka transport umum, sebab saya tak perlu lelah berkendara, bisa sembari melamun dan bahkan tidur. Di Jakarta saya selalu menikmati bukan saja saat di bus, tetapi juga saat berjalan kaki menyusuri trotoar dan menuju feeder.

Bahkan di era pra busway, saya menikmati pengamen-pengamen di bus yang biasanya cukup bagus. Saya ingat, saya pernah kagum dengan suara pengamen yang persis Kikan Cokelat.

Masa itu, saya juga terkadang tertarik daganga yang diasong. Terutama majalah telat sebulan seperti Kosmopolitan dan Dewi. Harganya sudah jatuh banget. Saya juga sering membeli manisan jambu air yang dimakan dengan garam bercabe. Sesuatu yang sangat saya rindukan di Solo.

Hingga kini saya merindu feeder yang nyaman dan trotoar yang aman. Mungkin sedikit hari lagi impian itu tercapai.

Dan saya akan kembali menjadi pengguna transport umum. Sebagaimana cita-cita saya dan teman, berjalan aman di trotoar dengan sepatu DocMart dan mengempit payung.

Tanpa trotoar yang aman, jangan sekali-kali ber-DocMart katanya. Sebab kalo kesrempet, eman-eman DocMart nya. Saya terkekeh karena ia bahkan tidak memikirkan keselamatan dirinya...

Mengapa payung? Sebab kami terkesan pada biografi pengarang terkenal Roald Dahl. Di tahun 30an, saat ia mulai berkarir sebagai eksmud di Shell, ia mengingat semua pekerja kerah putih di London masa itu selalu membawa topi dan payung. Bukan hanya di musim rawan hujan. Sebab payung memang jadi benda penanda status sosial pada jamannya.

Seperti bolpen mewah di masa berikutnya, serta pager atau hape tergantung di ikat pinggang pada era 2 dekade lalu.

Lalu apa penanda sosial masa kini? Tidak tahu, tapi saya harap itu berarti menggunakan transport umum sembari serius membaca. Hening, dan tak berkerumun..

#vkd

PS:
BST ini benar-benar bernuansa Solo. Setiap ada penumpang turun, mereka selalu berkata keras, " Matur nuwun, Mas..." Driver menjawab hangat, Ngatos-atos, Nggih.. "
***