Kini, GWK menggeliat lagi. Ratusan pengunjung tadi terlihat berjalan, berfoto, menonton pertunjukan di berbagai venue di dalam kawasan GWK.
Nun di perbukitan batu Kabupaten Badung, Bali, teronggok mahakarya seniman I Nyoman Nuarta ini. Sudah empat tahun selesai, baru tadilah saya sampai ke sini. Sudah keduluan ribuan orang asing -- tapi tak apalah.
Patung Garuda Wisnu Kencana ini tinggi benar. Menjulang seperti raksasa nangkring di langit. Ia memang raksasa yang menjejak gedung setinggi 121 meter - lebih tinggi dari Patung Liberty di Amerika Serikat.
Konstruksinya seberat lebih 2.000 ton dari tembaga dan kuningan, ditopang 21.000 batang baja, dan dirangkai dengan 170.000 baut besi.
Sebenarnya, kawasan GWK ini sudah dibangun semenjak 32 tahun lalu oleh I Nyoman Nuarta. Anggarannya ternyata begitu besar dan tak mungkin disangganya sendiri. Ketika bukit-bukit batu sudah dipapas, potongan kepala garuda sudah teronggok di satu pojok, dan patung separuh badan Dewa Wishnu di pojok lain, saya sempat datang berkunjung.
Itu sekitar 10 tahun lalu. Saat itu pengunjung sudah banyak.
Lalu Alam Sutra, perusahaan besar pengelola banyak kawasan perumahan dan mal, akhirnya mengambil alih kelanjutan proyek ambisius I Nyoman Nuarta ini.
Begitu bangunan utama, Garuda Wisnu Kencana di atas gedung tinggi di belakang saya ini selesai empat tahun lalu, pengunjung kian membludak. Hampir satu juta wisatawan datang dalam setahun, sampai kemudian pandemi datang dan GWK jadi sepi.
Kini, GWK menggeliat lagi. Ratusan pengunjung tadi terlihat berjalan, berfoto, menonton pertunjukan di berbagai venue di dalam kawasan GWK.
Cuaca cerah, tak panas benar. Langit terang. Paruh sang garuda kukuh dan jumawa terlihat menantang di pucuk gedung.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews