Asal Muasal Kenikmatan Secangkir Gayo Arabika Wine

Saya bukan penikmat kopi pada awalnya. Namun perlahan-lahan, saya mencoba menikmati kopi di Takengon.

Kamis, 17 Maret 2022 | 07:02 WIB
0
282
Asal Muasal Kenikmatan Secangkir Gayo Arabika Wine
Ngobrol soal kopi gayo wine (Foto: Dok. pribadi)

Kalau ke Takengon, pasti ada saja teman yang menitipkan untuk beli kopi Arabika Gayo Wine.

Pesanan khusus Fachry Badry, ini menggelitik keingintahuan saya terhadap proses pembuatannya.

Biasanya saya beli di pabrik besar, atau di kafe langganan. Tapi kali ini dikenalkan tempat roasting yang lain. Well, gak ada salahnya kan mencoba yang baru.

Ternyata di tempat roasting ini malah mendapat penjelasan khusus soal pemrosesan Gayo Arabika Wine seperti yang saya idamkan, karena penasaran tentang hal apa yang menyebabkan harganya hampir dua kali lipat dari kopi Gayo Arabika yang original.

Mau tau prosesnya, sampai jadi secangkir kopi?

Nah, coba simak penjelasannya, agar ketika kita menikmati secangkir kopi Gayo Arabika Wine, jadi mengerti, minuman ini diolah dengan proses yang tak mudah, untuk menghasilkan citarasa seperti yang dapat kita nikmati dari secangkir kopi.

Kopi Arabica Wine bijinya diambil dari biji kopi yang ditanam di ketinggian 1700 mdpl, wooow... Tinggi sekali ya... Sudah dapat dipastikan udara sejuk di ketinggian itu. Hal itu membuat kopi Arabica ini memiliki kadar Alkolic tinggi, yang menyebabkan ada rasa seperti wine.

Proses pertama, biji kopi divakum dan harus endap udara, difrementasi selama 30 hari setelah kopi biji merah yang matang dipanen. Baru kemudian dijemur, bersama cherrynya (kulit merah) selama 30 hari lagi, itupun jika cuaca bagus, jika cuaca kurang baik, maka proses penjemuran dapat lebih panjang memakan waktu.

Setelahnya, baru digiling (dihale) untuk melepaskan kulitnya. Disortir lagi secara manual mana biji grean bean yang bagus mana yang rusak.

Secara manual maksudnya, biji kopi dipilih oleh tangan-tangan terampil petani kopi. Saya pernah lihat proses pemilihan biji kopi, dilakukan oleh ibu-ibu . Habis itu diresting /diistirahatkan kopinya selama 1 minggu, baru kemudian diproses untuk roasting. Wooow...

Jadi kira-kira memakan waktu 3 bulan setelah panen, baru kopi Arabika Wine bisa dijual ke pedagang kopi. Pantas kan, jika harganya lebih mahal dari kopi Arabika original.

Saya bukan penikmat kopi pada awalnya. Namun perlahan-lahan, saya mencoba menikmati kopi di Takengon.

Berbeda jauh rasanya dengan kopi sasetan yang biasa di iklan-iklan kopi dengan model artis yang sepertinya menunjukan kopi yang diminumnya sudah yang terlezat. 

Biasanya saya suka minum Nira ekspresso Gayo Arabika Wine...dan saya bisa menghabiskan lebih dari secangkir.

***