Tidak heran, jika siapa pun yang berkunjung ke permukiman Baduy akan disuguhi bunyi tak-tek-tok dari setiap emperan rumah panggung.
Mirsyah atau Mirsah. Perempuan delapan belas tahun ini, bersuami dengan satu anak. Sama dengan umumnya perempuan Baduy, ia nikah pada usia sangat muda: belum genap 15 tahun. Tanpa pacaran, sebab itu dilarang adat (ulah jinah papacangan = jangan berjinah dan berpacaran. Itu salah satu "pikukuh" adat).
Mereka dijodohkan orang tua untuk hidup bersama pasangannya sepanjang hayat di kandung badan. Tak ada kata cerai bagi mereka.
Juga sama dengan perempuan Baduy lain, ia pandai menenun. Sejak usia 12 tahun, sudah belajar menenun. Di Baduy Dalam, kepandaian menenun merupakan keharusan, karena kebutuhan pakaian tidak dibenarkan didatangkan dari luar.
Pohon randu yang tumbuh nyaris di setiap pekarangan, merupakan sumber bahan baku pembuatan benang.
Di Baduy Luar, menenun selain untuk mencukupi kebutuhan sandang sendiri juga merupakan sumber tambahan penghasilan keluarga. Produk tenunan Baduy, kini bukan hanya dijual di kawasan Baduy Luar dan sekitar Baduy Luar tetapi sudah merambah jauh ke luar kawasan Baduy.
Bahan baku berupa benang untuk memproduksi kain tenun, sebagian besar dibeli di pasar bebas. Ini bedanya denga produksi kain tenun di Baduy Dalam.
Maka tidak heran, jika siapa pun yang berkunjung ke permukiman Baduy akan disuguhi bunyi tak-tek-tok dari setiap emperan rumah panggung.Itulah suara alat tenun yang dioperasikan perempuan Baduy berkalung dan bergelang emas. Tak jarang di samping tempat mereka menenun, seorang bayi tertidur lelap dalam ayunan kain.
(Bersambung)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews