Autisme Bisa Sembuh? Simak Penjelasannya!

Kamis, 22 Juni 2023 | 17:24 WIB
0
139
Autisme Bisa Sembuh? Simak Penjelasannya!
Autisme Bisa Sembuh? Simak Penjelasannya!

Kondisi autisme (Autism Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autisme (GSA)) adalah sebuah gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan individu berkomunikasi, berinteraksi dengan dunia, serta memproses informasi. 

Umumnya, individu yang memiliki kondisi ini cenderung memiliki minat yang terbatas dan perilaku yang repetitif atau terfokus terhadap suatu hal. Gangguan ini juga sangat bervariatif tergantung dengan spektrum yang dimiliki tiap individu. 

Untuk lebih lanjutnya, artikel berikut akan menjelaskan apakah Autisme Bisa Sembuh

Penyebab Kondisi Autisme

Seperti yang telah dijelaskan, autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang membuat penderitanya mengalami gangguan perilaku dan interaksi sosial. Hingga saat ini, autisme belum memiliki penyebab pasti, namun banyak ahli menduga kondisi ini berkaitan dengan faktor genetik, kelahiran prematur, lahir dari pasangan berusia di atas 40 tahun, serta dilahirkan dari ibu yang mengkonsumsi alkohol atau obat tertentu selama masa hamil.

Faktor genetik yang diturunkan dari anggota keluarga serta faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan otak anak pada masa mengandung, persalinan, dan pasca kelahiran. Beberapa penyakit yang diketahui menjadi faktor risiko kondisi autisme meliputi Rett Syndrome, Fragile X Syndrome, dan tuberosklerosis.

Apakah Autisme dapat Dideteksi Dini?

Pendeteksian autisme pada anak dapat orang tua lakukan sejak dini dengan berkonsultasi ke dokter atau ahli yang tepat. Sebagai orang tua, Anda juga perlu mewaspadai gejala berikut:

1. Imajinasi Lebih Tinggi

Anak dengan kondisi autisme umumnya akan bermain dengan cara atau hal yang sama dalam jangka waktu yang cukup panjang karena mereka memiliki daya imajinasi yang lebih tinggi dari anak-anak pada umumnya.

2. Sulit Berinteraksi dengan Anak Lain

Kondisi autisme seringkali menyebabkan anak lebih cenderung menonton anak-anak lain dari kejauhan atau bermain seorang diri. Meski berhasil berinteraksi dengan anak-anak, anak tersebut akan bermain dengan aturannya sendiri. Hal ini akan membuat anak kesulitan untuk menyesuaikan diri.

3. Menghindari Kontak Mata

Autisme menyebabkan anak kesulitan melakukan berbagai gerakan seperti gerakan deskriptif, gerakan emosional, gerakan instrumental, hingga terbatasnya variasi dari ekspresi wajahnya. Hal ini membuat anak sulit mempertahankan kontak mata, menginterpretasi perilaku komunikasi non verbal, juga memahami hubungan atau interaksi.

4. Hiperfokus 

Anak autis juga cenderung menjadi sangat obsesif terhadap satu hal tertentu dalam periode waktu yang khusus. Perilaku ini disebut juga sebagai hiperfokus dan merupakan adalah gejala yang umum pengidap miliki, dan seringkali membuat anak merasa kesulitan untuk membagi perhatian kepada beberapa topik yang berbeda.

5. Perilaku yang Berulang dan Terbatas

Gejala autisme berupa perilaku, aktivitas, dan minat yang terbatas serta berulang dapat anak praktikan dalam bentuk gerakan tubuh yang kurang wajar, penggunaan benda yang tidak sesuai fungsi, ucapan berulang–ulang (repetitif), adanya keterikatan terhadap suatu rutinitas, minat yang berlebihan dan tidak wajar dalam hal-hal tertentu.

Apakah Autisme Bisa Sembuh?

Autisme tidak dapat disembuhkan secara total karena belum ada obat yang dapat menyembuhkan Autisme. Meskipun demikian, penderita dapat meminimalisir gejala dan tingkat keparahan gangguan autisme dan perlahan belajar untuk mengelola kondisinya serta hidup secara mandiri dengan sejumlah perawatan.

Penanganan kondisi autisme anak dapat dilakukan dengan memberikan terapi khusus sedini mungkin. Terapi tersebut umumnya melingkupi terapi perilaku dan komunikasi, terapi okupasi, terapi keluarga, dan terapi edukasi untuk meningkatkan keterampilan sensorik, motorik, perilaku positif kognisi, dan sosioemosional. 

Mencegah Autisme Sejak Masa Kandungan

Belum ada metode yang dapat mendeteksi apakah anak yang masih di dalam kandungan tersebut mengidap autisme atau tidak. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan perkembangan janin dalam kandungan. Berikut adalah beberapa diantaranya.

1. Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak

Kualitas kesehatan ibu sangat mempengaruhi kesehatan calon anak. Dengan menjaga kesehatan, ibu hamil dan janin dapat meminimalisirkan risiko berbagai macam penyakit dan kelainan.

Ibu dapat meningkatkan kualitas kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, menjauhi rokok dan alkohol, dan berolahraga. Untuk lebih lanjut, Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk menemukan pilihan yang tepat bagi diri dan calon anak.

2. Pastikan Keamanan Obat Selama Hamil

Saat menjalani kehamilan, Anda perlu mewaspadai jenis obat-obatan yang dikonsumsi. Beberapa kandungan obat dapat menjadi cukup berbahaya bagi tubuh ibu dan anak meski telah biasa dikonsumsi sebelumnya.

Beberapa penelitian juga telah menemukan hubungan antara ibu hamil yang mengkonsumsi obat-obatan dengan risiko autisme pada calon anak. Salah satu studi yang Journal of the American Medical Association terbitkan juga menemukan bahwa valproate (obat untuk epilepsi dan gangguan saraf lainnya) meningkatkan risiko autisme bila dikonsumsi saat hamil.

3. Penuhi Asupan Zat Besi

Salah satu penelitian yang diterbitkan di American Journal of Epidemiology menemukan bahwa kekurangan zat besi selama hamil akan meningkatkan risiko melahirkan anak dengan autisme yang lebih besar.

4. Rutin Melakukan Pemeriksaan 

Rutinitas pemeriksaan dapat membantu Anda mengawasi kondisi kandungan dengan lebih baik sejak dini. Selain baik untuk perkembangan otak dan saraf anak, kunjungan dokter juga dapat memberikan memberikan saran atas kondisi kehamilan Anda dengan tepat.

Kondisi autisme memang belum dapat dicegah maupun disembuhkan total, namun banyak hal yang dapat orang tua lakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu selama kehamilan sehingga risiko autisme pada anak juga dapat diminimalisasikan. Anda juga Mengenal Ciri-ciri Autisme dan Penanganannya sebagai tindak antisipatis di masa mendatang.