Facebook Ini

Kata seorang bijak, setiap orang sesungguhnya membawa kegembiraan. Ada yang menggembirakan bila ia datang, ada juga yang menggembirakan bila ia pergi.

Kamis, 30 September 2021 | 18:55 WIB
0
181
Facebook Ini
Ilustrasi wajah (Foto: Vox)

Lebih sepuluh tahun lalu, di zaman blog mulai disenangi publik, ada yang meramal: tak lama lagi setiap orang punya halaman di Internet. Ramalan itu terbukti. Media sosial telah mewujudkannya. Masyarakat dunia maya terbentuk dengan segala warnanya.

Di Facebook ini juga.

Setiap rumah di Facebook punya cirinya sendiri. Ada yang beratap merah saga, penghuninya selalu marah, kata-katanya seperti ayunan pukulan ganda.

Ada pula yang beratap lembayung, penghuninya kemayu, tulisannya mendayu-dayu, keluh-kesahnya seperti lirik keroncong Melayu.

Juga tak sedikit rumah berdinding jingga, penghuninya merindu pada kekasih yang jauh. Isinya curahan hati dan kata cinta merayu. Dia patah hati melulu.

Ada rumah yang dihuni orang bijak-laksana, yang penuh petuah-petuah dan kutipan-kutipan matang dari para legenda dunia.

Eh, dan tentu saja, rumah para alim dan pendakwah yang tak lelah mengingatkan para pendosa, seraya menangisi dunia yang kian gila.

Ya, inilah masyarakat dunia maya.

Halaman Facebook saya ini, tuan dan puan, ibarat rumah tak berdaun pintu. Siapa pun boleh datang dan pergi. Tak harus datang tampak muka, tak perlu pergi tampak punggung.

Baca Juga: Sipirit Awal Facebook

Boleh datang beruluk salam, sila datang sembari meracau, juga tak dilarang berkeluh-kesah. Toh, saya juga bisa menyambutnya dengan sumringah, bisa dengan amarah, bisa pula dengan diam sahaja. Tapi saya akan tetap gembira.

Kata seorang bijak, setiap orang sesungguhnya membawa kegembiraan. Ada yang menggembirakan bila ia datang, ada juga yang menggembirakan bila ia pergi.

Selamat pagi dunia maya....

***