Selain menggambarkan pandangan yang sempit, juga sedikit-banyak bisa merintangi kreativitas teknik tendangan yang merupakan modal esensial untuk mengecoh serta mengejutkan lawan.
PERNAH seorang pelatih level dunia, mengatakan, “Sepakbola Bukan Matematika” (SBM). Sebab, tidak seorang pun bisa menjamin apa yang akan terjadi. Maksudnya siapa yang akan jadi juara dalam kompetisi.
Nada yang sama sering juga terdengar dari para komentator sepakbola.
SBM bisa ditafsirkan bahwa setiap tim memiliki kesempatan untuk kalah atau menang. Berlaku bagi tim mana pun dengan. Bila demikian untuk apa FIFA capek-capek tiap periode mengumumkan peringkat setiap negara anggotanya.
Boleh jadi adanya ungkapan “SBM” dipengaruhi karakteristik khas pada bola. Ia bangun dimensi tiga yang semua permukaannya hanya terdiri dari bidang lengkung. Lain dengan bangun, seperti kubus, silinder, dan balok, yang mengandung bidang datar.
Sehingga bila bola disimpan di bidang datar dengan posisi sembarang, dipastikan "selalu labil" atau "sangat sensitif". Terusik sedikit saja langsung bergoyang, bergerak, atau melompat. Tidak ada bangun dimensi tiga yang seunik bola dalam pergaulannya dengan manusia.
Tetapi tetap tidak bisa dijadikan alasan tiap kali melihat hasil pertandingan. Ucapan itu mengandung "pesimistis". Seolah-olah "sepakbola" sebagai pertandingan yang mengandung "ketidakpastian". Peluang memenangkannya, "fifti-fifti", tanpa melihat kelebihan dan kekurangan setiap kesebelasan dalam berbagai aspek. Jadi mutu keterampilan tidak jadi penentu.
Malah bisa dianggap pembodohan intelektual. Karena pengucapan tanpa henti seperti itu sama saja dengan mengapresiasikan kekeliruan pada generasi berikutnya.
Seharusnya yang diapresiasikan ialah komentar "teknik permainan". Kalau hanya dengan komentar "SBM" tentu kita tidak bisa menaksir peluang masing-masing kesebelasan, meskipun taroklah yang bertanding itu adalah Jerman dan Indonesia. Padahal peta kekuatannya sudah jelas.
Untuk kondisi dulu, pelampiasan seperti itu mungkin bisa dimaklumi. Tradisi pertandingan ketika itu kebanyakan mengandalkan fisik secara alami. Siapa yang kuat, ia yang menang. Tapi paradigma seperti itu tidak bisa lagi dipertahankan.
Karenanya, komentar "SBM " selain menggambarkan pandangan yang sempit, juga sedikit-banyak bisa merintangi kreativitas teknik tendangan yang merupakan modal esensial untuk mengecoh serta mengejutkan lawan. (Nasrullah Idris/Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews