Pelihara Burung dan Mancing, Dua Hobi Suami yang Tidak Disukai Istri

Boleh saja para suami mempunyai hobi mellihara burung atau mancing tapi jangan sampai lupa tanggung jawab keluarga.

Rabu, 16 Juni 2021 | 07:17 WIB
0
879
Pelihara Burung dan Mancing, Dua Hobi Suami yang Tidak Disukai Istri
Memancing (Foto: pikiran-rakyat.com)

Ada hobi laki-laki atau suami yang tidak disukai oleh para istri. Sekalipun tidak semua para istri tidak menyukai hobi para suami itu.

Hobi apakah itu?

Yaitu hobi melihara burung dan mancing. Dua hobi ini sering menjadi masalah bagi pasangan suami-istri kalau tidak ada saling pengertian.

Mengapa para istri cenderung tidak menyukai hobi suami yang memelihara burung berkicau?

Kebanyakan karena merasa jijik karena kotoran burung tersebut. Dan terkadang istri tidak mau direpotkan kalau disuruh atau dimintai tolong untuk memindahkan burung karena hujan atau kepanasan pada waktu burung dijemur dan suami sedang pergi atau tidak ada di rumah.

Ada istri yang sering nyindir-nyindir, ngedumel atau ngome-ngomel terkait hobi para suami yaitu memelihara burung atau dengan sebutan kicau mania. Bahkan ada istri yang saking jengkelnya dengan hobi suami tersebut nekat melepas burung dari kandangnya. Biasanya suami diam membisu dan tertunduk lesu.Tak berani atau protes. Entah demi kondusifitas rumah tangga atau karena suami menyadari kesalahannya yang terlalu sibuk dengan hobinya tersebut.

Kalau ada istri yang sampai berani melepaskan burung dari kandang-pasti rasa jengkelnya sudah di ubun-ubun. Biasanya sering terjadi di ekonomi kebanyakan masyarakat kita.

Seperti kita ketahui, bagi pecinta burung atau kicau mania-bangun pagi hari yang diurus atau yang dipegang burung melulu. Mulai dari membersihkan kandang, ganti air minum atau makanan dan menjemurnya. Dan sambil ngopi atau merokok.

Begitulah nikmatnya pengobi burung atau kicau mania sambil menikmati ocehan burung bukan mendengarkan ocehan istri yang ngedumel-ngedumel.

Makanya bagi kalangan kicau mania atau penghobi burung ada bahasa sandi atau redenominasi penyebutan harga burung. Misalnya, harga burung 1 juta rupiah atau 2 juta rupiah, maka akan disederhanakan menjadi seribu dan dua ribu rupiah. Ini semua dilakukan demi situasi yang kondusif dalam rumah tangga dan tidak mengagetkan atau membuat istri bisa jantungan kalau mendengar harga burung yang dibeli oleh suaminya.

Sebenarnya tidak semua para istri tidak mendukung hobi suaminya yaitu memelihara burung. Asal tahu waktu dan tidak lupa tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Dan kalau bisa hobi burung tersebut yang bisa menghasilkan atau mencetak uang. Dengan kata lain ternak dan hasilnya bisa dijual. Dan yang nerima hasil penjualan adalah istrinya. Biasanya istri akan siap mendukung dan malah membantu hobi para suami yang memelihara burung.

Dan juga perlu diketahui, mempunyai suami yang hobi memelihara burung itu juga ada sisi positifnya. Yaitu tipe suami rumahan atau suami yang betah di rumah. Dan biasanya tidak suka pergi lama atau sampai menginap. Karena faktor melihara burung tadi. Kecuali ada orang yang khusus untuk membantu merawat kalau ingin pergi jauh dan tidak pulang beberapa hari.

Suami yang hobi memelihara burung biasanya tipe laki-laki atau suami yang setia pada pasangannya. Mereka tidak menyukai pelakor atau janda yang bohay sekalipun. Apalagi memelihara istri simpanan. Cukup memelihara burung.

Dan waktunya habis atau tersita untuk ngurusin burung. Dan handphone bukan berisi nomer telpon selingkuhan tapi lebih banyak berisi suara masteran burung atau video tutor atau cara penjodohan burung. Bukan berisi video film bokep atau kawin.

Hobi pelihara burung bisa menjadi teman di masa tua sebagai pelipur lara yang sepi atau mengisi kesibukan atau kekosongan di masa pensiun untuk memperpanjang usia.

Saya punya cerita terkait hal ini. Ia seorang pensiunan BUMN dan punya 5 anak yang sudah jadi orang semuanya. Orang menyebutnya pak Haji. Dan dikenal juragan kost. Saya kenal karena kalau pas sholat dhuhur sering ke masjid milik pak Haji tersebut. Akhirnya jadi akrab karena kesamaan hobi tersebut. Pak Haji memelihara burung Murai Medan, Cucak Ijo, Kacer, Jalak Suren dan Poksay Jambul Putih.

Pak Haji bercerita hobi tersebut untuk mengisi waktu di masa pensiun dan mencari kesibukan daripada bengong dan diam tidak ada aktivitas. Sebenarnya hobi ini juga dari muda sudah ia sukai.Bukan yang tiba-tiba.Karena dalam dunia hobi burung tidak ada yang tiba-tiba.

Tapi hobi pak Haji ini tidak didukung oleh istrinya yang hobi melihara kucing anggora. Saya pernah ditawari anak kucing anggora ini.Tapi tidak mau karena saya tidak hobi melihara kucing. Dan suara anaknya terbelah ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung. Ternyata hobi melihara burung pak Haji ini nurun kepada anak lelakinya. Bahkan koleksi burungnya lebih bagus, seperti Cucak Rowo dan Muray Medan yang harganya tidak murah.

Menurut cerita pak Haji, ia sering diomelin istrinya karena pagi-pagi sudah sibuk ngurusin burung. Tapi omelan istrinya dianggap angin lalu saja. Ia tetap pada pendiriannya ingin menghabiskan masa tuanya dengan hobi yang sudah ia sukai sejak muda tersebut. Akhirnya kedua suami-istri yang sudah menua tersebut bersepakat, istrinya tidak mau direpotkan dengan hobi suaminya tersebut. Dan pak Haji juga tidak mau direpotkan dengan banyaknya kucing di rumah tersebut.

Dan anak-anaknya yang awalnya suaranya terbelah, akhirnya sepakat mendukung hobi bapaknya tersebut. Karena anak-anaknya menyadari hobi tersebut ada sisi positifnya di usia yang semakin menua.

Nah suatu hari burung pak Haji ini lepas. Karena pembantu wanita waktu ngasih makanan burung muray lupa nutup pintu kandangnya. Dan lepaslah burung muray itu.

Ada lagi kasus yang kurang lebih sama dengan kisah pak Haji yaitu sepasang suami-istri hidup berdua menikmati hari tuanya di Ciamis. Anak-anaknya sudah pada berkeluarga, ada yang di Bandung dan Jakarta.

Suami mempunyai hobi memelihara burung dan istrinya juga tidak menyukainya. Di usia yang makin tua itu, adakalnya keributan sering terjadi hanya soal hobi sang suami tersebut. Istrinya sering protes dan minta burung yang ada dikandang itu untuk dilepaskan atau diterbangkan. Si istri memang sudah lama sakit dan sering kambuh yaitu diabet dan jantung. Bahkan sudah pasang ring. Suami masih berat hati dengan hobi burung kesayangan tersebut.

Anak-anaknya tidak ada yang protes hobi bapaknya tersebut. Dan cenderung mendukung atau memperbolehkan.Karena mereka juga menyadari hidup berdua di suatu desa tentu terasa sepi. Hanya hobi pelihara burung itu yang menemaninya dihari tuanya.

Dan anak yang tinggal di Bandung ini sering tiba-tiba izin dari kantor untuk pulang ke Ciamis kalau ada telpon dari orang tuanya tersebut yang tiba-tiba kambuh penyakitnya. Karena mereka hanya tingga berdua saja.

Beberapa Minggu yang lalu waktu pulang ke Ciamis melihat bapaknya duduk di depan rumah sambil memegang burung kesayangan dan dielus-elus. Burung itu tidak langsung dilepas atau diterbangkan. Sepertinya berat hati untuk melepaskannya. Ketika ditanya sang cucu perempuannya yang baru kelas 1 SD. "Kenapa burungnya, Kek?" "Burungnya mau diterbangkan," jawab sang kakek tanpa memberi alasannya. Dan burung itu akhirnya dilepaskan atau diterbangkan dengan berat hati.

Ternyata burung itu dilepaskan demi memenuhi permintaan istrinya yang sakit-sakitan dan ini permintaan yang bukan sekali atau dua kali permintaan dari sang istri. Sang suami tidak ingin ribut-ribut soal hobi burung ini, mengalah demi istri tercinta dimasa-masa tuanya.

Hobi memancing

Hobi memancing laki-laki atau suami sering kali juga menimbulkan konflik atau masalah dalam rumah tangga.Umumnya para istri tidak suka hobi memancing para suaminya. Tapi tidak selalu juga.

Mengapa para istri cenderung tidak suka hobi memancing para suaminya?

Memancing itu terkadang tidak kenal waktu. Kalau mancingnya di Danau/waduk atau sungai besar biasanya berangkat di pagi hari habis subuh atau jam 6 pagi harus sudah siap-siap atau berangkat menuju tempat mancing. Dan pulangnya biasanya sore hari. Itu pun belum tentu dapat ikan. Karena mancingnya di Danau/waduk atau sungai.

Istri mana yang tidak jengkel kalau lihat suami mancing pergi pagi hari dan pulang menjelang maghrib.

Berbeda mancing di tempat pemancingan atau kolam yang sudah ada ikannya. Memancing itu butuh kesabaran yang sangat tinggi. Biasanya sambil merokok sambil menunggu kail ikan disambar ikan. Yaa kalau yang nyambar itu ikan. Kadang-kadang yang nyambar atau nyangkut malah pembalut wanita. Bagi pemancing di sungai kail ikan nyangkut di pembalut sudah biasa.

Sebenarnya memancing tidak selalu negatif bagi keluarga. Ada yang malah positif bagi kerukunan atau kehangatan suatu keluarga. Seperti ramai-ramai dengan keluarga mancing di pemancingan dan sambil makan di tempat pemancingan tersebut. Mancing jenis ini termasuk mancing jenis hiburan atau rekreasi semata. Dapet ikan atau tidak tetap makan ikan goreng atau ikan bakar. Biasanya ini untuk keluarga mapan atau tidak kesulitan ekonomi.

Tetapi ada jenis mancing yang terkadang sebagai pelarian karena masalah rumah tangga atau beratnya menghadapi hidup atau malas berkerja. Suami tipe ini hari-harinya pergi mancing. Pergi pagi-pulang sore hari. Wajar saja suami tipe seperti ini sering diomelin atau dimarahin istrinya.Tak jarang doran pancing dipatahin oleh istrinya.Ikan yang dibawa pulang tidak sebanding dengan waktu yang dihabiskan.

Tetapi konon, para suami yang mempunyai hobi melihara burung dan mancing sekalipun sering tidak disukai oleh para istri dan sering diomelin atau dimarahi-malah jarang terkena serangan jantung mendadak dibanding suami yang kehidupannya cukup harmonis dan romantis. Bahkan jarang terjadi pertengkaran atau keributan.

Jadi boleh saja para suami mempunyai hobi mellihara burung atau mancing tapi jangan sampai lupa tanggung jawab keluarga. Bagi istri jangan sering-sering ngomelin para suami yang hobi melihara burung atau mancing. Toh mereka tidak melihara wanita simpanan atau tergoda perempuan lain.

***