Sekelumit soal Ade Armando

Ade Armando selalu serius membela mereka. Sebisanya. Bahkan pada beberapa kasus ia terlihat sangat naif. Hanya karena ia mudah berempati pada kesedihan orang lain.

Kamis, 21 April 2022 | 05:40 WIB
0
170
Sekelumit soal Ade Armando
Ade Armando dijenguk kolega (Foto: detik.com)

Banyak yang menarik dari sosok Ade Armando dalam kejadian ini. Saya punya cerita.

Saat dia terbaring di RS, dalam keadaan luka masih sangat terbayang perihnya, Ade Armando selalu berusaha terlihat tersenyum. Dia yang selalu menyemangati teman-teman yang membesuknya.

"Jangan mundur, Ko. Ini cuma resiko kecil, " ujarnya kepada saya. Dia bicara sambil tersenyum dipaksakan. Saya hanya diam memandang wajahnya yang babak belur.

Ada rasa sedih tercekat. Saya mengangguk. Memegang tangannya. Di samping saya, Mazdjo Pray menitikkan air mata.

Malam itu Ade Armando menjalani pemeriksaan kepala. Ada pendarahan di bagian otaknya. Cukup serius.

Esoknya beberapa dari kami kembali mengunjungi. Kepada Ade Armando sebagian kita menceritakan kisah heroik teman-teman yang berusaha melindunginya saat kejadian.

Ada anak muda bernama Belmondo yang selalu memeluk dia dan melindungi dari hujan pulukan. Anak ini ikut terluka.

Ada anak lain, Indra Jaya Putra,

Bambang Triyono dan Rama Sanidya Putra yang juga ikut dirangsek pengeroyok. Ketika kami menceritakan kejadian itu, kita lihat pojok mata Ade Armando menitikkan air mata. Ia menangisi teman yang ikut terluka dalam kejadian tersebut.

Lalu Nong Darol mengisahkan beberapa polisi yang melakukan evakuasi saat kejadian. Polisi-polisi itu menyediakan dirinya dihujati serangan demi melindungi Ade Armando dari serbuan srigala buas.

"Enam polisi luka serius, bang. Ada yang kepalanya terkena benda tumpul. Mungkin sejenis besi, " kisah Nong.

Mendengar ada orang lain lagi yang luka pada kejadian itu, Ade Armando menangis tersedu. Ia menangisi orang lain yang terluka. Padahal dirinya sendiri masih tergeletak lunglai. Tangisan itu membuat mesin yang tersambung ke tubuhnya bereaksi. Bip, bip, bip...

Kami langsung mengalihkan pembicaraan.

Siang itu juga, sehari setelah kejadian beberapa polisi menanyai Ade. Mereka mau mengambil keterangan dan BAP. Polisi harus bertindak cepat.

Sore harinya, polisi juga mengambil keterangan dari rekan-rekan muda Cokro TV yang ada di lokasi. Belmondo, Indra Jaya Putra, dan ilham, Goenawan.

Saat itu juga mereka dipertemukan dengan dua tersangka yang sudah diamankan. Ternyata keduanya simpatisan gerombolan pengasong agama.

Kalau melacak medsos para pelaku ini, kita tahu kemana afiliasi mereka. Otak mereka sudah lama dirusak provokasi atas nama agama.

Ada 4 orang lagi tersangka yang masih dalam pengejaran.

Salah seorang dari mereka menanyakan, apakah ibu-ibu provokator pertama yang membawa batu juga akan ikut ditangkap?

"Sepertinya masih didalami. Tapi kayaknya Bang Ade Armando dalam keterangannya ke polisi tidak menyebut-nyebut nama ibu itu," kisah seorang teman yang mendampingi para awak Cokro menjalani BAP.

Waktu ditanyakan, Ade hanya menjawab, "kayaknya posisi ibu itu agak jauh. Saya gak perhatikan."

Padahal kita tahu, Ade Armando tahu persis ibu-ibu yang dimaksud. Dia ibu pertama yang memprovokasi keadaan. Ada kesan Ade gak mau menariknya dalam kasus ini. Ade malah pernah menceritakan peran ibu itu ke kami waktu membesuk. Tapi tidak kepada polisi.

Kepada polisi Ade hanya bercerita dia terjatuh. Dan gak ingat sosok ibu itu.

"Bang Ade terkesan mau melindungi ibu itu. Dia tidak banyak menceritakan peran ibu itu ke polisi. Bahkan terhadap pembencinya bang Ade masih memikirkannya. Mewek aku," kisah Susi Rizki menceritakan keadaan.

Mungkin saja di kepala Ade Armando, mencaci dirinya seperti yang dilakukan ibu di arena demi kemarin bukan sebuah kesalahan. Meskipun kita yang menonton video kejadian menganggap ibu itu provokatornya.

Saya kenal Ade Armando. Pendapat-pendapatnya memang garang. Ia keukeuh pada pemikirannya. Tapi rasa kemanusiaannya luar biasa. Ia seorang dosen sejati. Berusaha selalu membimbing anak-anak muda. Ia selalu ikhlas berada di depan membela orang yang dianggapnya perlu dibela.

Jika Cokro kedatangan tamu yang mengadukan keadaan. Kami selalu serahkan kasusnya ke Bang Ade.

Ada saja yang datang. Korban kekerasan rumah tangga. Korban penipuan. Korban PHK. Korban penggusuran. Bahkan korban kalah tender proyek.

Ade Armando selalu serius membela mereka. Sebisanya. Bahkan pada beberapa kasus ia terlihat sangat naif. Hanya karena ia mudah berempati pada kesedihan orang lain.

Malam sebelum kejadian saya masih menikmati fastfood yang sering dipesannya untuk berbuka. Ade Armando memang penggemar fastfood. Itulah yang selalu jadi bahan ledekan kami di Cokro.

"Bang Ade kalau soal selera makan, berubah menjadi anak kecil. Hahahahaha... "

***