Ade Armando selalu serius membela mereka. Sebisanya. Bahkan pada beberapa kasus ia terlihat sangat naif. Hanya karena ia mudah berempati pada kesedihan orang lain.
Banyak yang menarik dari sosok Ade Armando dalam kejadian ini. Saya punya cerita.
Saat dia terbaring di RS, dalam keadaan luka masih sangat terbayang perihnya, Ade Armando selalu berusaha terlihat tersenyum. Dia yang selalu menyemangati teman-teman yang membesuknya.
"Jangan mundur, Ko. Ini cuma resiko kecil, " ujarnya kepada saya. Dia bicara sambil tersenyum dipaksakan. Saya hanya diam memandang wajahnya yang babak belur.
Ada rasa sedih tercekat. Saya mengangguk. Memegang tangannya. Di samping saya, Mazdjo Pray menitikkan air mata.
Malam itu Ade Armando menjalani pemeriksaan kepala. Ada pendarahan di bagian otaknya. Cukup serius.
Esoknya beberapa dari kami kembali mengunjungi. Kepada Ade Armando sebagian kita menceritakan kisah heroik teman-teman yang berusaha melindunginya saat kejadian.
Ada anak muda bernama Belmondo yang selalu memeluk dia dan melindungi dari hujan pulukan. Anak ini ikut terluka.
Ada anak lain, Indra Jaya Putra,
Bambang Triyono dan Rama Sanidya Putra yang juga ikut dirangsek pengeroyok. Ketika kami menceritakan kejadian itu, kita lihat pojok mata Ade Armando menitikkan air mata. Ia menangisi teman yang ikut terluka dalam kejadian tersebut.
Lalu Nong Darol mengisahkan beberapa polisi yang melakukan evakuasi saat kejadian. Polisi-polisi itu menyediakan dirinya dihujati serangan demi melindungi Ade Armando dari serbuan srigala buas.
"Enam polisi luka serius, bang. Ada yang kepalanya terkena benda tumpul. Mungkin sejenis besi, " kisah Nong.
Mendengar ada orang lain lagi yang luka pada kejadian itu, Ade Armando menangis tersedu. Ia menangisi orang lain yang terluka. Padahal dirinya sendiri masih tergeletak lunglai. Tangisan itu membuat mesin yang tersambung ke tubuhnya bereaksi. Bip, bip, bip...
Kami langsung mengalihkan pembicaraan.
Siang itu juga, sehari setelah kejadian beberapa polisi menanyai Ade. Mereka mau mengambil keterangan dan BAP. Polisi harus bertindak cepat.
Sore harinya, polisi juga mengambil keterangan dari rekan-rekan muda Cokro TV yang ada di lokasi. Belmondo, Indra Jaya Putra, dan ilham, Goenawan.
Saat itu juga mereka dipertemukan dengan dua tersangka yang sudah diamankan. Ternyata keduanya simpatisan gerombolan pengasong agama.
Kalau melacak medsos para pelaku ini, kita tahu kemana afiliasi mereka. Otak mereka sudah lama dirusak provokasi atas nama agama.
Ada 4 orang lagi tersangka yang masih dalam pengejaran.
Salah seorang dari mereka menanyakan, apakah ibu-ibu provokator pertama yang membawa batu juga akan ikut ditangkap?
"Sepertinya masih didalami. Tapi kayaknya Bang Ade Armando dalam keterangannya ke polisi tidak menyebut-nyebut nama ibu itu," kisah seorang teman yang mendampingi para awak Cokro menjalani BAP.
Waktu ditanyakan, Ade hanya menjawab, "kayaknya posisi ibu itu agak jauh. Saya gak perhatikan."
Padahal kita tahu, Ade Armando tahu persis ibu-ibu yang dimaksud. Dia ibu pertama yang memprovokasi keadaan. Ada kesan Ade gak mau menariknya dalam kasus ini. Ade malah pernah menceritakan peran ibu itu ke kami waktu membesuk. Tapi tidak kepada polisi.
Kepada polisi Ade hanya bercerita dia terjatuh. Dan gak ingat sosok ibu itu.
"Bang Ade terkesan mau melindungi ibu itu. Dia tidak banyak menceritakan peran ibu itu ke polisi. Bahkan terhadap pembencinya bang Ade masih memikirkannya. Mewek aku," kisah Susi Rizki menceritakan keadaan.
Mungkin saja di kepala Ade Armando, mencaci dirinya seperti yang dilakukan ibu di arena demi kemarin bukan sebuah kesalahan. Meskipun kita yang menonton video kejadian menganggap ibu itu provokatornya.
Saya kenal Ade Armando. Pendapat-pendapatnya memang garang. Ia keukeuh pada pemikirannya. Tapi rasa kemanusiaannya luar biasa. Ia seorang dosen sejati. Berusaha selalu membimbing anak-anak muda. Ia selalu ikhlas berada di depan membela orang yang dianggapnya perlu dibela.
Jika Cokro kedatangan tamu yang mengadukan keadaan. Kami selalu serahkan kasusnya ke Bang Ade.
Ada saja yang datang. Korban kekerasan rumah tangga. Korban penipuan. Korban PHK. Korban penggusuran. Bahkan korban kalah tender proyek.
Ade Armando selalu serius membela mereka. Sebisanya. Bahkan pada beberapa kasus ia terlihat sangat naif. Hanya karena ia mudah berempati pada kesedihan orang lain.
Malam sebelum kejadian saya masih menikmati fastfood yang sering dipesannya untuk berbuka. Ade Armando memang penggemar fastfood. Itulah yang selalu jadi bahan ledekan kami di Cokro.
"Bang Ade kalau soal selera makan, berubah menjadi anak kecil. Hahahahaha... "
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews