Beberapa buku menyebut Larsen seorang petarung sejati di atas papan catur dan selalu menghindari hasil imbang, meskipun kadang-kadang terlalu optimis dan terlalu percaya diri.
Juara dunia catur terkuat saat ini, yang disebut-sebut manusia terkuat sejagat raya ini, adalah Magnus Carlsen. Ia lahir dari negara yang bukan "negeri catur" seperti Rusia atau Amerika Serikat, melainkan dari Norwegia, sebuah negara Skandinavia selain Denmark dan Finlandia. Berkat Carlsen lah nama Norwegia menjadi lebih dikenal, setidak-tidaknya oleh pecinta catur.
Tahukah Anda bahwa Skandinavia juga pernah memiliki pecatur hebat pada masanya, yaitu Bent Larsen. Benar, ia bukan berasal dari Norwegia sepeti Carlsen atau Finlandia, tetapi dari negara yang justeru terkenal karena para pemain bulu tangkis hebatnya, Denmmark.
Di peta dunia catur, Larsen seolah-olah melengkapi para jagoan catur Skandinavia lainnya dari Swedia yang dikenal sebagai "three musketeers" catur pada masa lalu, yaitu Gideon Stahlberg, Erik LUndin dan Goesta Stoltz
Jørgen Bent Larsen yang lahir 4 Maret 1935 dan meninggal 9 September 2010 adalah seorang grandmaster dan penulis catur Denmark yang dikenal karena gaya permainannya yang imajinatif dan "sangat modern" untuk mengatakan "tidak ortodoks" sebagai gaya permainannya. Nama Larsen ditabalkan dalam salah satu pembukaan catur yang disebut Nimzo-Larsen Attack atau Queen Fianchetto Opening dengan langkah pertama 1.b3.
Pembukaan Larsen untuk saat ini jarang digunakan, sebab biasanya pecatur mendahului 1. Kf3 sebelum kemudian melangkahkan 2. b3 alih-alih memperkuat pusat. Akan tetapi Larsen langsung melangkahkan bidak 1.b3 disusul menempatkan Gajahnya di b2 dan karenanya disebut fianchetto.
Larsen adalah pemain non-Soviet terkuat kedua, di belakang Bobby James Fischer dalam kurun waktu 1960-an dan 1970-an dan disebut-sebut pecatur terkuat kelahiran Denmark dan terkuat dari Skandinavia hingga munculnya Magnus Carlsen beberapa dekade kemudian.
Juara Denmark enam kali dan Kandidat Kejuaraan Catur Dunia pada empat kesempatan ini mencapai semifinal kejuaraan dunia tiga kali. Dia memetik banyak kemenangan saat berhadapan dengan tujuh Juara Dunia yang memegang gelar dari tahun 1948 hingga 1985, yaitu Mikhail Botvinnik, Vasily Smyslov, Mikhail Tal, Tigran Petrosian, Boris Spassky, Bobby Fischer, dan Anatoly Karpov, tetapi ironisnya skor negatif seumur hidupnya melawan mereka semua.
Larsen tidak pernah merebut mahkota Juara Dunia, tetapi ia dikenang sebagai Grand Master dan kandidat kejuaran dunia yang luar biasa. Lahir dan dibesarkan di Denmark, Larsen belajar bermain catur pada usia 7 tahun dan guru pertamanya adalah seorang teman sekolahnya.
Pada usia 12, Larsen mulai belajar catur sendiri melalui buku-buku dan pemikirannya sangat dipengaruhi oleh buku tertentu tentang King's Gambit- "perkasa dalam debutnya, seperti badai yang sebelumnya tidak ada yang bisa bertahan!" Berkat buku itu, Larsen mencapai kesuksesan dengan cepat: ia berturut-turut menjadi juara klub, kota, provinsi dan, ketika 19, Denmark.
Perkembangan caturnya terhambat oleh dinas militer - dia menganggap kali ini sebagai yang paling tidak berguna dalam hidupnya. Tetapi pada tahun 1956, bermain untuk Denmark di papan pertama, Larsen menunjukkan kinerja terbaik di Olimpiade di Moskow dan di situlah dia dianugerahi gelar Grand Master.
Pada tahun 1964, Larsen menjadi kandidat juara dunia untuk pertama kalinya setelah membelah posisi 1-4 pada turnamen antar zona di Amsterdam. Selama siklus itu, ia lolos ke semi final pertandingan kandidat, di mana ia kalah dari Mikhail Tal dalam pertandingan yang ketat (4,5:5,5)
Pada tahun 1966, Larsen memenangkan turnamen internasional di Le Havre, menyalip grandmaster Soviet Polugaevsky dan Krogius dengan 2 poin, membuat mereka membagi tempat ke-2-3. Selain Fischer, dia adalah satu-satunya grandmaster Barat yang bersaing dengan "monster catur" Soviet pada 1960-an dan 1970-an dengan sukses. Namun ironisnya, Larsen tidak pernah menjadi "profesional" menurut kriteria negaranya - dia berlatih sendiri dan menganggap asisten terbesarnya adalah istrinya, Lizzy.
Dia menghabiskan banyak waktu menulis artikel dan melaporkan turnamen-turnamen besar. Bent Larsen adalah jurnalis yang fantastis dan dia bekerja dengan sepuluh perusahaan media Eropa.
1967 adalah tahun yang spektakuler bagi Larsen. Dia memenangkan tiga turnamen besar berturut-turut, di Havana, Winnipeg dan Palma de Mallorca. Kesuksesannya di turnamen antar zona di Sousse membuat Larsen menjadi salah satu pesaing utama juara dunia. Pada tahun yang sama, ia menjadi pemenang pertama catur "Oscar".
Larsen memenangkan lebih dari 40 turnamen internasional, termasuk yang sangat bergengsi, dan pada tahun 1970 ia setuju untuk memimpin tim dunia dalam Pertandingan Abad Ini melawan Uni Soviet. Fischer kebobolan di papan pertama saat berhadapan dengannya, tetapi pertandingan kandidat satu tahun kemudian dengan tegas menunjukkan siapa pemain catur pertama dari Barat paling hebat, yaitu Grandmaster Amerika Bobby Fischer yang melumat Larsen tanpa ampun, 6:0.
Beberapa buku menyebut Larsen seorang petarung sejati di atas papan catur dan selalu menghindari hasil imbang, meskipun kadang-kadang terlalu optimis dan terlalu percaya diri.
Kualitas permainannya yang "sangat modern" pada masanya ini menuai kekaguman dan rasa hormat dari publik dunia, tetapi para pemain hebat sezamannya seperti Fischer "mencegah" Larsen mencapai kesuksesan yang lebih besar lagi. Namun, ketika ditanya apa yang bisa menghentikannya menjadi juara dunia, Larsen pun menjawab: “Hanya keberadaan 5-6 pemain catur di dunia ini yang bermain lebih baik dari saya”.
Pada 9 September 2010, Larsen meninggal di Buenos Aires, di mana ia menghabiskan beberapa tahun terakhir hidupnya akibat menderita diabetes dan pendarahan otak.
Berikut pernyataan Bent Larsen saat diwawancarai Erik Nielsen di Aalborg, Swedia, tahun 1989 atau 21 tahun sebelum ia meninggal dunia.
***
Sumber utama: Federasi Catur Rusia dan sumber-sumber lainnya.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews