Sang Pamong

Saya gembira sekaligus bangga, karir, kapasitas, kapabilitas serta kompetensi yang dirintis oleh Asiano Gamy Kawatu, kini memasuki puncak tertingginya.

Minggu, 26 Desember 2021 | 14:25 WIB
0
172
Sang Pamong
Asiano Gammy Kawatu (Foto: dok. Pribadi)

Karir itu perjuangan. Ia bukan diminta apalagi diberi. Jika posisi dan jabatan diperoleh, hal itu sesungguhnya pergulatan kerja keras, profesionalitas dan tentu moralitas menjadi tuntutan utama. Karena, karir sebagai jabatan merupakan anugerah sekaligus amanah.

Karir di mana sama saja memiliki nilai, fungsi dan tunjuannya. Selain menguasai sistem tatakerja (manajemen), karir itu dihasilkan oleh kompetensi, kapasitas, kapabilitas dan terutama profesionalitas (di dunia akademik disebut profesor).

Asiano Gammy Kawatu SE, MSi, salah satu karib lama saya yang lebih dari 20 tahun cukup dekat khusus di Pemprov Sulut. Bahkan istrinya, Dra. Paulina Mantiri (kakak dari Prof. Dr. Ir. Desy Mantiri DEA), adik kelas di Sastra Inggris Fakultas Sastra Unsrat(kini, FIB).

Di era Gubernur E.E. Mangindaan (1995-2005) dan Sekprov Hi. Arsjad Daud SH (salah satu anaknya, Ir.Restuardy Daud MSc, pejabat di Kemendagri), Gamy (baca: Gemmy) menjadi Karo Tata Kesektariatan (nama jabatan karir kalo tak keliru masa itu).

Sekprov, Pak Arsjad Daud mengenalkan bentuk kinerja birokrasi dengan istilah URC (Unit Reaksi Cepat) untuk merespons segala bentuk tatalaksana karir, profesi dan kinerja (performance) di pemerintahan daerah. Karena di era itu lagi tren isu globalisme dan 'reinventing goverment' (Gaebler & Osborne), Pak Arsjad memimpin pembentukan Musda MIPI (Masyakarat Ilmu Pemerintahan Indonesia) digalakkan oleh pencetus pembaharuan otonomi dan pemerintahan daerah, Prof. Dr. Ryaas Rasjid.

Tak tanggung-tanggung, Sekprov Arsjad Daud menugaskan Gemmy untuk membentuk Musda pertama MIPI Sulut dan disertai seminar nasional dengan tema: ''Pemerintahan Daerah dalam Perspektif Manajemen Global'' dengan para sumber dari MIPI pusat serta LAN (Lembaga Administrasi Negara).

Sejak itu, istilah pada kinerja birokrasi yang dibesut oleh Direktur Sespanas LAN, Dr. Sadarsono Harjo Sukarto (LAN), "jika bisa dipersulit mengapa harus dipermudah" sebagai penyakit birokrasi dalam pelayanan prima menjadi istilah yang mengenaskan. Mengingat di era itu, krisis politik dan kinerja pemerintahan terus disorot hingga tak lebih setahun kemudian, reformasi dan jatuhnya rezim Orde Baru pecah.

Namun, hasil dari seminar nasional itu diterbitkan menjadi buku dengan judul: Pemerintahan Daerah dalam Perspektif Manajemen Global(1997).

Akhirnya, saya gembira sekaligus bangga, karir, kapasitas, kapabilitas serta kompetensi yang dirintis oleh Asiano Gamy Kawatu, kini memasuki puncak tertingginya.

Ia telah dilantik jadi Sekprov (Esolon 1) sebagai anugerah hidup dari karir hidupnya yang memang memiliki biogenetik pamong praja sejak dari orang tuanya, Ernst Paulus Kawatu(1933-2003). Selamat bertugas Pak Sekprov.

ReO Filsawan