Kalau saja Pak Ojong masih ada, Kompas Gramedia pasti ikut program vaksinasi Mandiri.
Saat ini sedang marak istilah Vaksinasi Mandiri, perusahaan mengadakan vaksinasi gratis untuk karyawannya. Ini untuk mempercepat vaksinasi agar ekonomi segera pulih.
Saya jadi ingat Pak Ojong.(PK Ojong salah satu pendiri Harian Kompas) ketika tahun 1975 pemerintah merintis Perumnas, para wartawan mendaftarkan diri untuk mengambil kredit rumah Perumnas di Depok 1.
Begitu mendengar, Pak Ojong menolak dengan alasan itu jatah orang lain (orang miskin), Kompas mampu membelikan rumah untuk karyawannya. Saat itu perusahaan sudah membeli tanah di daerah Ciputat, menunggu pembangunan rumahnya.
Namun karena saat itu banyak wartawan yang sudah atau mau menikah, kehendak mereka tidak bisa ditahan.
Akhirnya, dilakukan screening, siapa yang sudah punya atau mengambil kredit rumah dari kantor pun diminta menyerahkan kepada yang benar-benar membutuhkan.
Ada yang mendapat kompensasi kredit mobil, ada yang dapat tambahan kredit dari kantor. Namun karena jarak Kompas ke Depok cukup jauh, 30 kilometeran, satu persatu wartawan pindah ke Jakarta.
Hal sama terjadi ketika pemerintah meluncurkan Askes, PK Ojong menolak ikut karena perusahaan mampu menjamin biaya kesehatan karyawan dan keluarganya. "Itu bukan hak kita" begitu kata beliau.
Baca Juga: Kompas Inside [11] Petrus Kanisius Ojong atau Auw Jong Peng Koen
Namun ketika Undang-undang mengharuskan semua perusahaan ikut serta, Kompas tetap ikut tapi tidak mengambil manfaat secara penuh, hanya Asteknya saja.
Kalau saja Pak Ojong masih ada, Kompas Gramedia pasti ikut program vaksinasi Mandiri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews