Sepulang kami berburu kuliner dan kembali ke kondominium, kami masih lanjut ngobrol di kamar.
Singapore memang sorga teraman plus ternyaman untuk berkuliner meski malam selarut apapun. Gak bakal pernah terbersit hal-hal yang mencemaskan pikiran jika kita nongki-nongki subuh di negeri teraman didunia ini. Hmmm...mood selalu gembira di manapun kita berada.
Sambil menunggu menu pesanan kami datang, topik obrolan pun muncul. AHY mulai bercerita. "Surprais banget akhirnya bisa berjumpa dengan mas Sabar", kata AHY. Bahwa tengah malam itu, dia merasakan "dream come true".
Maksudnya, baheula karena sering main dan shopping ke gerai saya (Rockets Indonesia di Bandung Indah Plaza), AHY pengen banget bisa bertemu dengan pemilik gerainya. Ternyata, kami bisa bertemu langsung. Itupun sempatnya terwujudnya di Singapore...hehehe
Maksud AHY lagi, bahwa dia pengen banget punya bisnis seperti saya. Jadi dia butuh diskusi soal merintis bisnis impiannya. AHY pun terus terang bahwa passionnya adalah berbisnis "collector's item", seperti pisau premium bermerek Swiss Army.
Walaupun berlatar lulusan militer, AHY bilang bahwa passionnya mirip dengan adiknya Ibas, yaitu berbisnis. Saat itu, Ibas sedang kuliah di Perth, Australia. Ibas ngambil e-commerce di Curtin University.
Tengah malam itu, AHY bilang pengen mengenalkan Ibas dengan mas Sabar karena profesinya nyambung. Tetapi AHY dalam waktu dekat pengennya membuka bisnis kafe lebih dahulu. Karenanya, AHY butuh mentor bisnis untuk merintis itu. Kamipun sepakat akan bertemu lagi di Jakarta. Ahsiaaap.
Sepulang kami berburu kuliner dan kembali ke kondominium, kami masih lanjut ngobrol di kamar. Kata AHY, besok siang kami akan lanjalan bareng "teman dekat" nya. Seorang amoy Palembang nan jelita akan menemani kami berempat. Ehmmm...
Di kamar saya, mas Harry (polisi intel pengawal pribadi AHY) udah tidur pulas.
(Bersambung)
***
Tulisan sebelumnya: Gak Nyangka AHY Putus (1)
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews