Siapa tak kenal Sandiaga Uno, pengusaha kaya raya, tampan, cerdas, anak dari orang terkenal, sekarang jadi Calon Wakil Presiden pula. Dia tumpuan harapan dari banyak pendukungnya, Prabowo serta partai koalisi di belakangnya. Punya pamor, punya uang, dia punya segalanya tinggal menunggu peruntungan menuju kursi RI 2.
Apalagi, selama masa kampanye aktivitas blusukan Sandiaga makin menaikkan popularitasnya. Warga di daerah terpencil yang awalnya tidak kenal siapa itu Sandiaga Uno kini bisa mengenalnya, mengingat wajahnya serta janji programnya.
Dalam setiap blusukan kampanye, Sandiaga mengundang decak kagum, kejaran wartawan, kejaran pendukung yang hendak menyapa, bersalaman hingga ingin memeluk pria ganteng ini. Hampir semua video rekaman perjalanan kampanye Sandi menjadi viral dan dikomentari oleh netizen.
Satu yang paling berkesan belakangan ini yaitu video blusukan Sandiaga yang menggambarkan seorang wanita yang mengejarnya dari luar mobil yang ia naiki.
Wanita itu ingin sekali bersalaman dan berfoto selfie dengan Sandi sampai menangis memaksa-maksa kendaraan yang dinaiki Sandi melambat dan mengizinkannya berfoto dulu. Sesaat pemandangan itu membuat orang cukup terharu hingga esok harinya foto wanita itu viral di media sosial dan disinyalir adalah kader partai dari koalisi Sandiaga sendiri.
Pernah juga saat Sandiaga blusukan ke sebuah pasar ada kertas tertulis kalimat penolakan atas kehadirannya di pasar itu yang ditempel seorang pedagang di depan kedainya. Melihat itu, Sandi tidak marah justru merangkul si pemilik kedai dan menyampaikan bahwa dia memaklumi hal itu. Belakangan viral informasi beredar bahwa kertas yang ditempelkan itu memang diminta oleh pihak dari rombongan Sandiaga Uno.
Sandiwara Uno, dua kata yang sempat viral di akun Twitter karena beberapa kejadian yang mengarah pada dua kata ini yang disorot oleh netizen. Sandi sendiri tidak terlihat menanggapi tudingan Sandiwara Uno.
Geramnya Mien Uno
Seseorang boleh jadi tahan menghadapi tuduhan atau goncangan terhadap dirinya, tapi hati ibu mana yang rela anaknya dicap negatif oleh orang lain. Mendengar tudingan perihal 'Sandiwara Uno', Mien Uno, sang ibunda Sandiaga pun mengadakan jumpa pers di Media Center Prabowo-Sandi pada hari Senin, 11 Februari 2019.
Mien Uno meminta kepada pihak-pihak yang memberi label 'Sandiwara Uno' meminta maaf langsung kepada dirinya. Mien Uno mengaku geram dan sakit hati melihat tagar serta foto dan video yang tersebar di media sosial yang menyebut label 'Sandiwara Uno'. Dirinya tak terima putranya dikatakan pembohong.
"Saya ingin berhadapan dengan orang itu. Jadi sekarang kalau ada orang yang mengatakan itu Sandiwara Uno dia harus minta maaf kepada ibunya, yang melahirkan dan mendidik Sandi," tegas Mien Uno. Mien yakin semua yang diperbuat dan diucapkan anaknya itu benar.
Padahal, sejak Mien melakukan jumpa pers itu, pergerakan netizen dalam membuli Sandi semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak, pamor yang sudah susah payah Sandi bangun jatuh karena citra 'anak mami' yang belum mampu membela dirinya sendiri di depan publik. Upaya melindungi anaknya justru jadi bumerang. Wajar kalau anaknya hanya masyarakat biasa. Lah ini... Sandi kan calon wakil presiden...! Bagaimana kalau Sandi terpilih dan kebijakannya diprotes dan dibuli publik, haruskah wajah seorang Mien Uno muncul berulang-ulang di televisi demi bela sang anak?
Bagaimana dengan Sujiatmi?
Saya jadi teringat bagaimana nasib Sujiatmi, ibunda Jokowi yang melihat anaknya menerima fitnah bertubi-tubi dari mulai hoaks Jokowi adalah PKI, bukan anak kandung orang tuanya, berdarah Cina, nonmuslim hingga capres boneka.
Bukan hanya Jokowi, Iriana sang menantu pun tak lepas dari fitnah keji. Hingga kini saja masih banyak pihak yang menginginkan adanya tes DNA antara Jokowi dengan ibu kandungnya karena tuduhan bahwa Jokowi adalah anak PKI yang ditutupi jati dirinya.
Di banyak komentar netizen bahkan ada pembahasan soal perhitungan tahun kelahiran Jokowi dan tahun kelahiran ibundanya yang dianggap tak masuk akal. Bahkan, beberapa foto beredar membandingkan wajah ibu kandung Jokowi yang berbeda dari foto satu ke foto lainnya. Padahal, yang saya telusuri, foto wanita yang lebih tua itu adalah nenek dari Jokowi dan ibu yang lebih muda itu adalah ibu kandung Jokowi.
Mien Uno adalah guru dari sekolah kepribadian. Saya yakin betul ia tak hanya pandai mengajarkan etiket kepada murid yang diasuhnya tetapi tentunya mengajarkan dan mencontohkan hal baik kepada anaknya sendiri. Adalah wajar jika ia tergerak membela sang anak, terlepas ia mengetahui fakta sebenarnya atau tidak.
Yang dilakukan Mien Uno ini bisa saja dilakukan banyak ibu lainnya yang merasa anaknya terzalimi. Dalam dunia politik, perang tudingan adalah biasa. Yang membedakan adalah tingkat kekejaman fitnah itu sendiri. Jokowi maupun Prabowo pastilah juga mengalami hal yang sama. Bahkan, Kyai Ma'ruf Amien yang sejak menjadi calon wakil presiden Jokowi banyak menerima tudingan negatif hingga label 'kyai amplop'.
Mungkin selama ini luput dari perhatian kita bahwa di setiap fitnah atau tuduhan yang disebarkan ada orang tua yang juga ikut tersakiti. Merekalah korban kontestasi pilpres yang memakai cara kotor.
Saya tak mengatakan bahwa tuduhan sandiwara terhadap Sandiaga adalah salah atau benar. Tapi, ucapan seorang Mien Uno juga harusnya membuat kita empati terhadap ibu kandung Jokowi yang tidak sedikitpun terbawa emosi atau melawan setiap perlakuan tidak baik terhadap anaknya.
Di satu sisi, ada kearifan seorang ibunda Jokowi yang luput kita perhatikan, yaitu ia percaya anaknya di posisi benar dan ia percaya anaknya cukup matang untuk membela dirinya sendiri. Ibunda Jokowi yakin bahwa Jokowi mampu membuktikan sendiri bahwa tuduhan semua orang adalah salah.
Saya pernah mendengar hukum cubit daging, siapa ingin tau sakitnya orang lain dicubit maka cubitlah dagingmu sendiri. Jika tak mau diusik ya gak perlu mengusik orang lain. Beres, toh?
Semoga kontestasi pilpres berjalan secara sehat. Politik kepalsuan dan metode hoaks bukan lagi cara berbobot. Setegar-tegarnya seorang ibu, ia cuma manusia yang pasti sakit melihat anaknya tersakiti. Bukan hanya Sandiaga, semua orang terlahir punya ibu kandung. Ayo kampanye sehat agar pemilu damai...! Pilih pemimpin berprestasi, sabar tapi punya nyali...!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews