Sketsa Harian [5] Disegani Pengamen Waria

Tapi okelah, satu hal yang saya sadari dari dari kejadian ini; betapa mudahnya menyelipkan foto mantan terindah di dompet agar tidak kena geladah, tetapi tidak usia!

Jumat, 25 Oktober 2019 | 06:20 WIB
0
895
Sketsa Harian [5] Disegani Pengamen Waria
Waria di Kampung Bandan (Foto: dw.com)

Sebelum beranjak ke peraduan (emang mau ngadu apa sih?), izinkan saya menulis sepenggal pengalaman yang baru saja saya alami bersama si Sulung. Tadinya saya meminta si Sulung memesankan kopi susu es pake GoSend, tapi dia punya usul, "Kita ngopi di depan SMP Auliya aja, Yah, ada warkop baru di sana!"

Okeeeehh... Saya menjauh dari meja komputer dan beranjak cari dompet. Menggunakan sepeda motor kami berdua membelah malah. Cuaca bagus, cerah, dengan semilir angin yang membelai seperti belaian tangan mantan yang pernah saya rasakan pada masa lalu (beeuuu.... lale, orang Makassar bilang).

Sesampainya di warkop yang tertata rapi dan bersih itu, saya memilih duduk di luar, beratapkan langit, berpendingin udara malam yang telanjang. Kami memilih kopi susu es gula aren dan sessstt... jangan bilang-bilang orang rumah, ya, saya pesen indomie rasa soto pake french fries sebagai toppingnya. Bintang berkerlip genit di mayapada sana.

Sambil menikmati kopi, bapak-anak (layaknya seperti kawan), ngobrol ngalor-ngidul, tentang pengalaman tadi pagi, tentang kegiatan saya yang sudah pensiun tapi kok sering bergerak ke sana ke mari, sering ga ada di rumah. "Tadi ayah kemana, sih?" tanya si sulung. Ya saya jawablah sesuai pengalaman yang terjadi, bertemu Si A atau Si B, mengungkapkan siapa Si A atau Si B. Intinya dia paham apa yang saya kerjakan dan sisa mimpi apa yang saya akan lakukan.

Okelah, bukan detail itu yang mau saya ceritakan. Itu loh, dua pengamen yang melewati begitu saja meja kami, padahal kedua pengamen itu (satu lelaki berpenampilan perempuan dan satu lagi ibu paruh baya) bernyanyi di dekat meja kami. Bahkan saya menikmati goyangannya Si "Mbas" pengamen dari belakang. O ya, "Mbas" ini sebutan saya saja, perpaduan antara "Mbak+Mas" (jangan ditiru!).

Pertama si Ibu paruh baya. Dia sudah bernyanyi dengan suara yang dibesarkan melalui pelantang. Suaranya ga karu-karuan dan sumpah, saya ga ngerti barusan dia nyanyi apa.

Saya minta uang receh sama si Sulung, sebab di dompet (bukan maksud nyombong ya), isinya dollar dan dinar masing-masing lembaran 1 USD dan 1 dinar uang Arab (ini koleksi aja sih), plus lembaran seratusan ribu (alhamdulillah pensiunan masih bisa pegang uang kelir merah).

Ajaib, usai menyanyi, si Ibu malah melewati meja bundar saya di mana saya lagi menikmati kopi dan nyeruput indomie, padahal uang receh lembaran sudah di atas meja. Meja lain dia datangi satu persatu, bahkan minta ke pemilik cafe pula. Sampai-sampai saya otomatis memanggil si ibu pengamen, "Ini, Bu!" saat dia ngeloyor pergi dan balik badan kemudian ketika saya panggil.

Setelah itu, datanglah Si "Mbas" dengan kotak berpengeras suara dan mike yang dipegangnya erat-erat, seperti takut kehilangan pegangan. Dia memantati saya karena menghadap meja lain, sehingga saya bisa paham goyangannya. Nah, habis buang hajat.... (ya ga lah, habis nyanyi gitu), Si "Mbas" mulai memunguti jasa jual suaranya.

Tapi lagi-lagi.... meja saya ia lewati!

Di sini saya ga berusaha memanggilnya, soalnya bingung mau manggil apa; "Mas" atau "Mbak", masak manggil "Mbas", sebutan yang belum tentu dia terima. Sebagai reaksinya, saya bersama si Sulung mulai menganalisa apa yang terjadi, apa sebabnya, dua kali dilewati begitu saja sama dua pengamen.

Tercetuslah kata si Sulung, "Mungkin mereka segen sama Ayah!"
"What... segen? Why?"
"Mungkin mereka lihat ayah paling senior di antara para pembeli yang seusia-usia Kakang (si Sulung menyebut dirinya), jadi mereka segen minta ke ayah yang lagi nikmatin indomie dan kopi."
"Bilang aja karena Ayah udah tua, gitu, Kang?"
Si sulung ketawa kena smash, "Bukan gitu sih, Yah, tapi kali aja gitu..."

Nah, bingung 'kan jawabannya kalau bercampur ledekan.

Tapi okelah, satu hal yang saya sadari dari dari kejadian ini; betapa mudahnya menyelipkan foto mantan terindah di dompet agar tidak kena geladah, tetapi tidak usia!

Hai penontoooon.... adakah di antara kalian yang tahu bagaimana cara paling efektif menyembunyikan usia?

#PepihNugraha

***

Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [4] Telat Nakal