Dan lebih celaka lagi, nakalnya ini ditunjukkan pula setiap hari melalui beraneka ragam postingan yang seperti tanpa mengenal lelah
Media sosial macam fesbuk ini bagi saya lebih untuk cari hiburan dan ketawa-ketiwi ketimbang dijadikan sesuatu yang serius, yang bikin jidat berlipat-lipat. Beda energilah sama urat sekitar mulut dan bibir yang bertugas merespons tawa. Di sana ga ada lipatan daging macam di kening seperti kalo lagi berpikir keras. Makanya kalo saya sering sharing video lucu atau kalimat-kalimat lucu, ya sebagai konsekuensi pilihan saja.
Emang sih saya selalu inget wejangan para pakar komunikasi itu, bahwa fungsi media itu sesungguhnya cuma empat, yang berarti sama dengan batasan poligami, yaitu to inform (ngasih informasi), to educate (mendidik), to inspire (menginspirasi) dan to entertain (menghibur).
Nah, alih-alih ngasih informasi mutakhir, mendidik atau menginspirasi, saya lebih suka yang paling bontot itu; menghibur.
Lha penghibur dong kenanya. Sumpah, ga ada bakat sama sekali saya jadi pria penghibur. Pelawak? Apa lagi... Toh saya pikir ngasih sesuatu yang menghibur itu tidak harus gape melawak. Bukankah para perempuan penghibur atau lelaki penghibur itu tidak bermaksud melawak dan bukan pelawak? Yeps, mereka sebatas bikin orang lain senang, bahagia, yang ujung-ujungnya terhibur. That it's.
Nah, di medsos inilah selain saya ngasih sedikit hiburan ke temen-temen dan jamaah (follower), saya cari hiburan juga dong di sana biar imbang. Ada banyak postingan teman-teman yang saya nikmati; dari nakal sampai vulgar, dari yang religius sampai misterius, dari tema atheis sampai melankolis (sungguh, ini ga aple to aple). Pokoknya yang bikin saya terhibur sajalah.
Nah, yang paling terhibur di medsos ini saat saya membaca sejumlah postingan teman (jadi yang tidak terdaftar di friendlist saya jangan tersinggung, ya!) yang wara-wiri di timeline saya, khususnya mereka yang saya kategorikan TELAT NAKAL. Duh, istilah apa pula ini?
Gini sis en brow... nakal itu ya harusnya waktu anak-anak toh, setidak-tidaknya remajalah. Nakalnya ya macem-macem, ada nakal macam anak-anak (nge-bully temen-temennya sendiri), nakal macem remaja (rebut cewek/cowok temen), dan nakal mahasiswa (main "papah-mamah" di kost-kostan).
Nah, harusnya nakal dibatasi saat jadi mahasiswa saja (tercermin dari poster-poster dan ucapan adik-adik mahasiswi soal "Selangkangan milik pacar gue"), selepas itu seharusnya hidup lebih tertata, jauh dari kenakalan macam-macam lagi. Jangan malah setelah sukses dalam pekerjaan dengan jabatan setinggi po'on kebembem, malah baru nakal. Ini kan aneh, kayak upil ketuker sama slilit!
Dan lebih celaka lagi, nakalnya ini ditunjukkan pula setiap hari melalui beraneka ragam postingan yang seperti tanpa mengenal lelah, yang kalau ga mosting sejam saja, brand atau merek NAKAL-nya itu ditakutkan luntur, takut ga diakui lagi para jamaah dan teman-temannya. Kesannya jadi, maaf... eksibisionis. Dia merasa para jamaah dan teman-temannya terhibur dengan postingan nakal (baca: mesum) atau colotehan vulgarnya!
Saya sih, malah berharap postingan mesumnya itu bisa dilakukan setiap menit, biar saya terhibur terus, toh!? Bukankah kata berita berpikiran mesum itu bikin otak jadi tajam.
Nah, ini yang telat saya sadari mengapa selama ini saya berotak tajam.
#PepihNugraha
***
Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [3] Bertemankan Artis
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews