Bung Karno lalu meninggalkan ruang pertemuan. Soal Tritura yang dibacakan Cosmas, si Bung sama sekali tak menggubrisnya.
Peluncuran otobiografi "Abdul Gafur, Zamrud Halmahera" di Balai Kartini, tiga tahun lalu (2019) menjadi ajang reuni para mantan menteri Orde Baru. Atau mungkin lebih tepatnya reuni para politisi gaek Golkar.
Sebab, selain Prof Emil Salim (Menteri LHK) dan Prof JB Sumarlin (mantan Menko Ekuin dan Kepala BPK) di sana juga hadir para mantan Ketua Umum Golkar seperti Harmoko (hadir dengan kursi roda), Akbar Tanjung, Agung Laksono, Cosmas Batubara, Bomer Pasaribu, Theo L Sambuaga, Rame Kamarulzaman, Iris Indira Murti, dan lainnya.
Ketika pekan lalu mendapat kabar Abdul Gafur akan merilis buku, saya sempat tercengang. Saya mengira dia sudah berpulang. Ternyata masih bugar di usia menjelang 80 tahun. Bicaranya masih runut, sadar kamera, dan tahu bagaimana meladeni wartawan.
"Sejak masuk usia 70, saya rajin (puasa) Senin - Kamis, renang dan jalan kaki di sekitar rumah," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Jalan Teuku Umar sehari sebelum dia meluncurkan buku.
Di buku setebal lebih dari 700 halaman, Gafur yang dilantik menjadi Menteri Muda urusan Pemuda pada 1978, pangkatnya masih Mayor di lingkungan AURI. Dia bergabung dengan TNI-AU sebagai tenaga kesehatan sejak Maret 1967. Pangkatnya terakhir Marsekal Muda (Kehormatan). “Jenderal Feisal Tanjung yang menjadikan saya jenderal bintang dua atas permintaan Pak Harto,” ujarnya.
Bersama Cosmas Batubara, Liem Bian Koen (Sofjan Wanandi), Abdul Gafur adalah sebagian dari pentolan aktivis ’66. Mereka menjadi penggerak berbagai aksi mahasiswa lewat Tritura, salah satunya menuntut pembubaran PKI.
Tuntutan yang membuat Presiden Sukarno murka dan mendamprat mereka satu persatu di Istana Merdeka.
Ketika yang lain tertunduk, ciut nyali, Gafur malah balik menggoda Bung Karno usai didamprat. "Ayah saya berasal dari Aceh dan ibu saya dari Maluku Utara. Jadi saya sebenarnya putra Indonesia asli, Bapak Presiden. Maka saya pantas untuk memperoleh putri Bapak Presiden," ujarnya yang membuat Bung Karno tertawa terbahak.
"Kau berdemonstrasi untuk menurunkan saya dan sekarang kau mau putri saya. Tidak bisa, Abdul Gafur," kata Bung Karno, kembali diiringi tawa terbahak.
Bung Karno lalu meninggalkan ruang pertemuan. Soal Tritura yang dibacakan Cosmas, si Bung sama sekali tak menggubrisnya.
Kini Abdul Gafur dan juga Harmoko, keduanya dikenal sebagai tokoh Orde Baru, telah tiada.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews