Arhan Pratama tidak akan bisa menolak ekspektasi dari para fansnya di Indonesia bahkan di luar negeri, jadi tetaplah membumi.
Jika ada pesepakbola Indonesia yang followers instagramnya tiba tiba membludak beberapa hari terakhir itu adalah Arhan Pratama. Bek kiri timnas Indonesia pada perlehelatan piala AFF 2020 yang digelar di Singapura beberapa waktu lalu mendadak jadi idola baru para pecandu sepak bola tanah air.
Namanya hampir ada disetiap scroll berbagai akun media sosial, Youtube, IG, Facebook, twiter dan yang lainnya, selain dianggap punya skil olah bola yang diatas rata rata, dirinya juga memiliki kegigihan dalam bermain bola dan konon parasnya juga mampu mencuri hati para kaum hawa penggila sepak bola dari tanah air.
Kini ekspektasi masyarakat Indonesia utamanya penggila bola sangat tinggi kepada pemain berusia 20 tahun itu. Pemilik nama lengkap Pratama Arhan Alif Rifai saat ini sudah memiliki kurang lebih 2.2 juta followers di Akun IG nya dan digadang gadang sebagai gambaran cerah masa depan sepak bola Indonesia.
Namun fenomena Arhan Pratama mendadak terkenal dan juga diidolakan oleh banyak masyarakat Indonesia, jika tidak bijak dan membumi serta berusaha untuk lebih baik dalam mengasah bakat dengan kedisiplinan dalam latihannya maka dipastikan Fenomenanya akan seperti aroma bunga bunga yang mekar dimusim semi dan lenyap dimusim gugur dan bahkan bisa berpengaruh buruk pada kesehatan mentalnya.
Dikutip dari idntimes.com yang dimuat pada 4 mei 2020 silam, bahwa pada Pada 1968, seniman asal AS yang terkenal mencetuskan "pop art", Andy Warhol, mengungkapkan sebuah prediksi mencengangkan, "Semua orang bisa terkenal selama 15 menit di seluruh dunia."
Rasanya, agak mustahil saat itu untuk mempercayai Warhol, karena menjadi seorang selebritas tidaklah mudah. Perlu talenta dan berbagai intrik untuk naik ke panggung hiburan papan atas.
Namun, ternyata, hal tersebut terbukti relevan di masa canggih seperti saat ini.
Sekitar 45 tahun setelah prediksi Warhol, profesor sosiologi di Utrecht University, Belanda, Arnout van de Rijt, bersama tim mendukung pernyataan Warhol dalam penelitiannya, "Only 15 Minutes? The Social Stratification of Fame in Printed Media".
"Kami menyelidiki mobilitas ketenaran berdasarkan sumber data unik yang berisi catatan harian berisi referensi yang dibuat terhadap nama-nama orang yang kerap muncul dalam beberapa sumber media berbahasa Inggris," papar van de Rijt.
Ia dan tim menemukan bahwa rata-rata, orang-orang yang namanya muncul hanya beberapa kali dalam satu tahun tertentu mencapai ketenaran singkat, sementara mereka yang namanya muncul secara rutin di media mendapatkan ketenaran yang lebih panjang.
Memang ada dua tipe ketenaran, yang berjangka pendek dan berjangka panjang.
Van de Rijt menjelaskan bahwa saat orang-orang sedang mengobrol, mereka kerap membuat "referensi" orang-orang yang lawan bicara kita tahu atau kenal. Oleh karena itu, nama-nama besar tetap terkenal dalam waktu yang lama.
Ketenaran ini tidak bisa hanya disangkutpautkan dengan media sosial saja. Ia mengatakan bahwa media tradisional pun memiliki perannya.
"Saat seseorang terkenal, ia kemudian masuk berita, bukan? Nah, inilah saat media tradisional dan sosial memiliki peran yang sama dalam menentukan ketenaran seseorang," sebut van de Rijt.
Baca Juga: Adakah Tuhan dalam Permainan Sepakbola? Atau Justru Dewi Fortuna yang Bertahta
Ketika seseorang menapaki ketenaran, hal tersebut tidak bisa serta-merta ia tinggalkan begitu saja. Dunia hiburan adalah dunia penuh tekanan ekspektasi dan persaingan ketat. Lalu, bagaimana jika seseorang tidak siap akan hal itu?
Jadi semoga Arhan Pratama tidak silau dengan popularitas yang kini ada pada dirinya, karena banyak juga contoh pesepak bola luar negeri yang punya bakat tapi pada akhirnya kariernya cepat redup dampak negatif dari popularitas yang membawa diri menjadi merasa hebat.
Dengan sebuah popularitas akan banyak tawaran dari kiri kanan, bawah atas dan sebagainya, seperti main film, bintang iklan, bintang tamu di televisi dan sebagainya, sehingga sampai melupakan hal apa dan bagaimana awal dirinya bisa jadi populer.
Arhan Pratama tidak akan bisa menolak ekspektasi dari para fansnya di Indonesia bahkan di luar negeri, jadi tetaplah membumi, hati – hati terhadap popularitas karena sekarang bisa saja mereka memuji setinggi langit besok saat bermain buruk bisa saja memaki dan mencaci, mental harus sekuat baja.
Pepatah Batak bilang: "Sada so sada dua so dua ujung na malua sude". Kurang lebih diartikan satu tidak satu, dua tidak dua, akhirnya semuanya terlepas. Hal ini Acapkali diidentikkan dengan orang yang tamak untuk meraih segala sesuatunya, baik itu materi ataupun posisi dan ketenaran.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews