Sampai saat ini dua Novel yang yang sudah terbit lebih awal, yakni Alena dan Perempuan Penyapu Halaman, sangat direspon publik, semoga novel Dua Ustad juga begitu.
Agak kaget juga saya ketika kang Pepih Nugraha mereferensikan wajah Sherly Malinton masih muda, sebagai wajah di dalam cover Novel Perempuan Penyapu Halaman ini. Dalam kemasan perempuan desa yang sedang menyapu halaman.
Berapa sulitnya Saya memvisualkan sosok Sherly Malinton di masa muda, sesuai dengan imajinasi kang Pepih, tapi ini tantangan yang harus saya jawab sebagai seorang desainer.
Cover ini berkali-kali bongkar pasang, karena begitu saya dapat memvisualkan Sosok Sherly Malinton di masa muda, saya harus mengimajinasikan pandangannya yang sesuai dengan keinginan kang Pepih.
Jelas itu tidak mudah, saya harus menterjemahkan deskripsi yang dikemukakan kang Pepih. Bagaimana pandangan yang kosong, namun tidak terkesan seperti gadis yang buta, dan tetap tervisualkan sosok gadis desa yang cantik yang sedang memegang sapu sapu halaman.
Saya harus mencari banyak referensi secara visual yang menggambarkan sosok perempuan yang memandang kedepan dengan pandangan yang kosong, itu pun harus berkali-kali dipresentasikan. Sesuatu yang imajinatif itu memang harus dengan rasa dalam memvisualkannya.
Entah pada presentasi ke berapa baru kang Pepih meng-iyakan, dan saya begitu sangat senang dengan pencapaian itu. Saya mengerti, karena sosok perempuan yang divisualkan harus memberikan kesan yang mendalam bagi pembaca novel ini.
Disamping itu saya juga harus memvisualkan sosok lelaki yang tak kalah penting, lelaki desa yang muda dan kekar, dengan wajah mewakili lelaki desa, namun harus menarik. Kalau ini tidak terlalu sulit, karena dari awal saya sajikan kang Pepih langsung oke, begitu juga sosok dangau yang ada di latar belakang cover.
Saya senang, karena kang Pepih sudah mengeksplor imajinasi saya dalam mendesain cover ini. Saya teringat waktu zaman masih kuliah dulu, dimana saya harus menguras ide dan imajinasi untuk sebuah tugas kuliah.
Benar kata kang Pepih, ini adalah bentuk kolaborasi imajinasi antara penulis dengan desainer grafis. Memang saya sangat menyadari, untuk mencapai sebuah kerja yang maksimal, dibutuhkan totalitas dalam mengerjakannya.
Dari 3 Novel kang Pepih, Alena, Perempuan Penyapu Halaman, dan Dua Ustad, tidak ada yang mudah memvisualkan imajinasinya, karena imajinasi itu begitu melekat dalam benak kang Pepih sebagai penulis.
Saya sangat kenal dengan kesungguhan kang Pepih dalam segala hal, dia tidak pernah main-main, dan setengah-setengah dalam mengerjakan sesuatu, sehingga saat apa yang ada dalam bayangannya belum terwujud, maka dia akan berusaha dengan keras untuk mewujudkannya.
Secara mental akhirnya saya terbawa dengan ritme kerja dan imajinasi visual kang Pepih. Saya tidak memosisikan diri sebagai seorang penerima pesanan, saya lebih merasa sebagai partner kerja kang Pepih.
Bukan cuma saya yang sudah menerima tantangan ini, sebelumnya sudah ada desainer yang mengerjakan cover-cover tersebut, dan saya adalah orang ketiga yang dipercaya untuk mendesainnya. Alhamdulillah, ketiga cover novel tersebut berhasil saya wujudkan.
Semoga novel-novel kang Pepih tersebut bisa dinikmati pembacanya. Sampai saat ini dua Novel yang yang sudah terbit lebih awal, yakni Alena dan Perempuan Penyapu Halaman, sangat direspon publik, semoga novel Dua Ustad juga begitu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews