Apa persamaan Ki Dalang Panjang Mas dengan Ki Seno Nugroho. Keduanya harus "tiba-tiba" berhenti. Sebuah ciri yang nyaris sama pada dalang kondang yang tiba-tiba memiliki segalanya.
Setiap kali seorang dalang meninggal, setiap kali itu pula saya teringat satu situs paling unik, paling keramat, dan paling ajaib menurut saya. Berbeda dengan banyak "situs cinta", ia tetap abadi hidup dan menghidupi. Sebuah situs yang menggambarkan "kesejatian cinta", atau bolehlah dibalik sebagai cinta sejati.
Apa pun, Tanah Mataram ini memang menyimpan seribu satu kisah cinta ala Romeo dan Yuliet. Salah satu yang paling populer adalah tentu saja legenda cinta Rara Mendut dan Prana Citra. Tapi di luar itu banyak yang lain, sama tragik dan dramatisnya.
Kisah ini juga menjadi "keramat", karena legendanya menjadi abadi karena bukan saja situs ini dikenang, namun diluhurkan sebagai tempat untuk mewisuda seorang menjadi seorang dalang dan/atau sinden. Dan terakhir bisa disebut ajaib, karena inilah satu-satunya situs di bekas Kraton Plered yang hingga hari ini secara fisik masih utuh. Di Plered sebagai bekas pusat transisi (aneh ya, lebih tepat sebagai ibukota yang gagal), menjadi satu-satunya situs yang justru masih tersisa.
Inilah Situs Ratu Malang dan Dalang Panjang, yang terdapat di Bukit Gunung Kelir, Pleret, Bantul. Sebuah makam yang menurut saya dinamai dengan sangat tragik sekaligus mistis sebagai Makam Antakapura, yang berarti “istana kematian” atau “istana tempat menguburkan jenazah”. Istana kok kematian?
Kisah cinta yang tragis pasangan dalang dan sinden. Sial, saking cantiknya si sinden membuat jatuh cinta Raja Amangkurat I. Saking cintanya Sang Raja, bahkan ia rela menyisihkan sang permaisuri dan selir-selirnya yang lain demi sang sinden berparas cantik bernama Retno Gumilang. Sedemikian mabok kepayangnya sang raja hingga membuat si sinden disebut Ratu Malang. Ratu yang menghalang-halangi si permasuri dan selir-selir yang lainnya...
Padahal sang sinden secara de facto telah berstatus sebagai istri dalang kondang bernama Ki Dalang Panjang Mas. Upaya mempersunting si sinden yang ternyata tengah hamil dua bulan itu gagal, karena ditolak oleh sang suami. Tak kurang akal, sang raja menanggap si dalang dalam suatu acara meriah, yang ternyata tak lebih tipu muslihat. Karena dalam acara tersebut, pak dalang berserta seluruh kru-nya baik penabuh gamelan dan sinden diracun. Dan mati terbunuh!
Si putri cantik tak rela melihat suaminya diracun, dan ikut mati meminum racun. Tragik sebagai sebuah cinta yang platonik....
Makamnya dibangun megah, entah oleh siapa? Sebuah benteng kecil di atas bukit. Yang berisi makam sang sinden dan pak dalang, dengan seluruh sinden dan penabuh gamelannya. Inilah makam yang paling dikeramatkan mereka yang menekuni profesi yang sama. Untuk naik setapak demi setapak ke puncak kariernya.
Hari kemarin Sang Dalang kondang dari Jogja meninggal. Ia dianggap sebagai dalang dari Jogja yang paling kondang yang tercatat. Secara teknis, pedalangan Jogja memang relatif inferior dan kurang menjual bila dibanding "saudara"-nya dari Surakarta. Apalagi dibanding dalang pesisiran yang relatif lebih ugal-ugalan seperti dari Tegal atau Semarang misalnya...
Ki Seno Nugroho adalah "dalang modern", yang bisa tangan kanannya sambil memegang wayang, tangan kirinya memegang ponsel. Ia fasih berbahasa gaya anak milenial, sambil tanpa sungkan menggoda pesinden dan mengumumkan tranferan donasi. Ia adalah prototype dalang masa kini. Memahami seni tradisi berikut berbagai tetek bengek nilai adi luhungnya, tapi tak sungkan menyesuaikan diri dengan cara bergaul kekinian....
Akhir-akhir ini pertanyaannya menjadi sama; bagaimana merawat "nyawa" agar bisa lebih panjang. Nyawa di sini tidak sekedar usia, tetapi terutama bara, gairah, dan semangat agar bisa sedikit lebih panjang. Tidak mudah, bahkan semakin tidak mudah di hari ini...
Tidak mudah, karena kitalah yang selalu merasa di Pulau Buru. Terburu-buru, terus diburu, makin memburu. Sehingga selalu saja kita dipaksa bergumam terlalu cepat: lirih, miris, menangis.
Sugeng Tindak Ki Dalang...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews