Sekumpulan orang dengan nilai-nilai yang sama, namun gagal bersepakat tentang nyata atau tidaknya suatu kejadian. Hoax atau tidaknya suatu kejadian, banyak orang gagal paham.
Setiap melihat lukisan kubisme, abstrak ataupun nama Pablo Picasso, saya pasti teringat ayah saya. Bapak selalu jengkel melihat lukisan abstrak. "Aku nggak tahu di mana letak indahnya. Bahkan aku sering mikir, jangan-jangan pelukisnya nggak bisa melukis. Berlindung kebebasan berkreasi dan pesan-pesan terselubung dalam lukisannya. Kita mau melihat lukisan dan bukan mau berpikir..."
Sebenarnya untuk ukuran orang seangkatannya, Bapak cukup progresif. Pernah hobi ngegim, dengan gim jadul seperti Doom. Dan pada waktu itu, selalu gegap gempita mengikuti polemik tentang post modernisme yang sedang ramai.
"Posmo itu memutarbalikkan nilai, "kata Bapak." Apa yang kita anggap bernilai saat ini, saat lain akan berbeda. Bapak lalu menjelaskan tentang botol dalam film Gods Must Be Crazy. Botol yang jatuh di tengah pemukiman suku terasing, mendadak menjadi benda ajaib bagi mereka. Semua memperebutkannya. Padahal itu hanya botol.
Makin maju peradaban, banyak nilai-nilai lama dimaknai beda. Apple dan Blackberry bukan lagi hanya nama buah-buahan. Beranak banyak kini jadi pandangan yang ditertawakan, tetapi kelak mungkin pandangan ini diterima lagi.
Itulah Bapak saya. Seseorang yang bisa memahami posmo, tetapi tidak mampu memahami Picasso. Karena memang ada sisi-sisi konservatif dari diri Beliau.
Kini posmo bukan lagi wacana yang ramai dibahas. Tergantikan topik baru bernama 'post-truth'. Posmo jauh lebih kompleks menurut saya. Sedang pada post-truth, yang dipersoalkan adalah hanya realitas.
Sekumpulan orang dengan nilai-nilai yang sama, namun gagal bersepakat tentang nyata atau tidaknya suatu kejadian. Hoax atau tidaknya suatu kejadian, banyak orang gagal paham.
Pertanyaannya, ketika engkau bertemu seseorang, dengan pendapat-pendapat super cerdas yang mengingatkanmu pada Bapak, dan menganggapnya sebagai kerasukan Bapak atau barangkali malah justru inkarnasi Bapak, apakah ini fenomena post-truth juga?
Pertanyaannya lagi, wajarkah ia untuk dirindukan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews