Cebong Waras Itu Kini Telah Tiada

Lelah lahir batin itu mungkin menjadi pintu masuk Covid 19 menyerang dirinya. Di saat dia lengah dan terlambat mencegahnya.

Sabtu, 15 Mei 2021 | 14:41 WIB
0
230
Cebong Waras Itu Kini Telah Tiada
Birgaldo Sinaga (Foto: Facebook/Budi Setiawan)

Seluruh keluarga di Jakarta Utara Saya kerahkan untuk memilih Lae Birgaldo, ketika dia nyalon jadi anggota DPRD Jakarta dari Partai Nasdem di Pemilu kemarin. Untuk DPR, kami memilih Grace Natalie.

Sumbangan kecil dari saya dan keluarga untuk seorang besar yang selalu objektif, tanpa pamrih menolong orang dan memegang teguh kebenaran.

Sebagai pendukung Jokowi, Saya dan Lae Birgaldo sejalan. Kita puji prestasinya dan kita kritisi habis kebijakan Presiden yang melukai hati rakyat. Kritisi bukan menghina apalagi memfitnah.

Dan resikonya, Birgaldo dijauhi para budak cinta. Dicaci maki bahkan dijuluki pendukung kadrun.

Rekan sejalan juga tak segan menghinanya. Bahkan memfitnahnya. Hingga Birgaldo mengeluarkan serapahnya untuk kelakuan rekannya itu. Dia menjauh sejauh-jauhnya.

Sangat jelas bagi saya, bahwa Birgaldo tidak menginginkan dan berhasrat jadi influencret yang membela junjungannya membabi buta. Mau salah mau benar. Pokoknya bela habis.

Birgaldo membiarkan semesta menunjuk dirinya sebagai orang terkenal. Yang apa adanya. Tidak lebay. Dan tidak ada nama dia di daftar kroni "kakak pembina".

Dia juga sangat sadar ketika dia berpihak. Dia undur diri dari medsos setelah jagoannya menang di Kepri. Dia menjadi staff khusus yang sekaligus menunjukkan bahwa Birgaldo punya pengaruh luas di Batam.

Mungkin di situ dia kelelahan. Secara fisik.

Secara batin, mungkin dia juga lelah. Tidak bebas lagi berkomentar sembarangan. Khawatir kalau tulisan dan opininya dianggap sebagai pesan sponsor.

Itu karena dia sangat tahu diri. Tidak seperti orang-orang lain yang setara dengannya. Yang selalu aktif bermain dan surfing di media sosial menaikkan serta menggoreng isu dan opini.

Lelah lahir batin itu mungkin menjadi pintu masuk Covid 19 menyerang dirinya. Di saat dia lengah dan terlambat mencegahnya.

Birgaldo kini telah tiada. Saya bangga mengikuti jejaknya. Untuk tidak memuja persona. Namun memuja penuh keutuhan bangsa.

Manakala Saya rindu BirgaldoTorop pe bintang dilangit. Di situlah saya akan selalu menemukan sosok Birgaldo na burju.

Pejuang NKRI yang sebenarnya. Yang namanya sekarang berada di antara bintang yang bersinar di langit.

***