Kehadiran Nunik dengan menggunakan momentum pemeliharaan jalan ini bisa menjadi pintu pembuka bagi Dawam yang diusung PKB untuk mewartakannya kepada publik.
Wakil Gubernur Chusnunia Chalim yang akrab disapa Nunik hari Selasa (27/10/2020) mengawasi pembangunan dan pemeliharaan beberapa ruas jalan provinsi di Lampung Timur.
Kehadiran Nunik ke situ bisa dimaknai bermacam-macam oleh banyak orang. Bagi kalangan awam, kehadiran Nunik dianggap biasa, karena sebagai Wakil Gubernur Lampung dia punya wewenang dan hak untuk meninjau pembangunan jalan provinsi di semua daerah di Lampung.
Tetapi, bagi kalangan politikus dan pengamat politik, kehadiran Nunik tidaklah diangap biasa, Lampung Timur adalah “kandang politiknya” Nunik. Apalagi, Lampung Timur sekarang sedang menyelenggarakan pilkada yang coblosannya pada 9 Desember 2020.
Dari Lampung Timur inilah, Nunik lahir menjadi “hero”. Dia yang sekarang Ketua DPW PKB Lampung ini memanangi kontestasi pilkada Lampung Timur bersama wakilnya Zaiful Bokhari pada 2015.
Setelah menjadi Bupati, Nunik mencalonkan diri menjadi wakil gubernur bersama Arinal Djunaidi. Pasangan ini pun menang di pilkada Lampung pada 2018. Kursi bupati Lampung Timur pun dia tinggalkan, lalu diduduki wakilnya, Zaiful Bokhari yang sekarang sebagai petahana calon bupati.
Zaiful Bokhari akan bersaing dengan dua penantangnya, salah satunya adalah pasangan Dawam Rahardjo – Azwar Hadi yang diusung PKB, Golkar, PAN. Di sini, PKB yang dipimpin oleh Nunik adalah motor utamanya.
Nah, fakta politik ini bisa menggambarkan sekaligus menjadi perhatian ketika sosok Nunik meninjau pemeliharaan jalan di Lampung Timur. Apalagi dia bikin pernyataan yang dikutip media bahwa dia memastikan jalan provinsi terjaga perawatannya. Sebuah pernyataan penegasan bahwa dia memastikan setiap jengkal pembangunan yang dia kontrol dijamin berkualitas.
Kehadiran Nunik ini patut dicermati sebagai upaya menghadirkan Nunik effect (pengaruh Nunik) untuk Dawam Rahardjo – Azwar Hadi. Apalagi, Lampung Timur sebagai kandangnya Nunik sudah membuktikan dua kali kemenangan untuknya.
Pertama pada pilkada 2015. Pada tahun itu, masyarakat Lampung Timur memenangkan Nunik menjadi bupati. Lalu kedua adalah pada pilkada Lampung 2018. Pada waktu itu, masyarakat juga memberi kemenangan kepada Nunik yang berpasangan dengan Arinal Djunaidi sebagai gubernur. Arinal – Nunik menang dengan suara 304.931 atau 59 persen dari total suara sah. Suara ini jauh di atas pesaing utamanya, Herman HN-Sutono dengan 87.109 suara atau 16,9 persen.
Menilik hasil ini, terlihat bahwa Nunik punya daya tarik yang kuat di Lampung Timur. Tidaklah heran bila sekilas saja kehadirannya di Lampung Timur diharapkan bisa memberi tuah (pengaruh, keberuntungan, kesaktian) politik bagi orang yang sekubu dengannya.
Apalagi, Nunik hadir di Lampung Timur dikemas dengan mengawasi pemeliharaan jalan. Bagi masyarakat, jalan menjadi mahkota pembangunan yang memiliki gengsi tinggi. Kemajuan suatu daerah banyak yang diukur dari kualitas jalannya. Semakin mulus jalannya di se-antero daerah maka semakin tinggi apresiasi masyarakat kepada kepala daerahnya, begitu juga sebaliknya.
Kehadiran Nunik dengan menggunakan momentum pemeliharaan jalan ini bisa menjadi pintu pembuka bagi Dawam yang diusung PKB untuk mewartakannya kepada publik. Di sini, Dawam akan tertolong untuk mengimbangi petahana yang sudah banyak membuat kebijakan pembangunan infrastruktur di mana-mana. Sedangkan Dawam sendiri belum punya investasi monumental di Lampung Timur, karena posisinya sebagai seorang challenger.
Pilkada Lampung Timur ini juga menjadi titik uji bagi Nunik dalam membuktikan superiortitas politiknya. Mampukah dia membuktikan dominasi politiknya? Atau malah dia tersisih oleh kekuatan petahana Zaiful Bokhari yang telah memberi sentuhan pembangunan di Lampung Timur.
Krista Riyanto, Penulis Tinggal di Jakarta
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews