Zaiful Bokhari (5): Selalu Mendekat kepada Kiai dan Ulama

Secara politis, terbangunnya komunikasi dengan para kiai dan ulama juga bisa mengikat suasana kebatinan antara umat dan Zaiful agar tetap utuh seperti awal mula dia menjadi wakil bupati.

Selasa, 30 Juni 2020 | 09:43 WIB
0
774
Zaiful Bokhari (5): Selalu Mendekat kepada Kiai dan Ulama
Mengunjungi Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj FOto: Dok. pribadi)

Sebagai kepala daerah, Zaiful Bokhari tidak pernah mengambil jarak dengan kiai dan ulama yang berperan membimbing spiritual umat manusia. Zaiful paham betul bahwa pemerintah dan negeri ini secara kultur tradisional tidak bisa dilepaskan dari peran kiai dan ulamanya.

Sejarah negeri ini mencatat bahwa kerajaan dan kesultanan senusantara dibangun oleh raja dan sultan yang bersinergi dengan pemuka agama maupun kiai dan ulama.

Kerajaan mulai Mataram kuno hingga Majapahit banyak dipengaruhi oleh pemuka Hindu dan Buddha. Begitu juga dengan kesultanan yang banyak bersinergi dengan Islam di mana kiai dan ulama memegang peran yang tidak kecil dalam membentuk pemerintahan berikut kebudayaannya.

Sampai di zaman sekarang pun, pengaruh tokoh agama tidak bisa dikesampingkan dari pemerintahan dan negara, karena mereka menjadi elemen sentral yang dipanuti oleh umatnya.

Di Kabupaten Lampung Timur yang mana banyak berdiri pondok pesantren, tokoh agama menjadi mitra pemerintah dalam mengasuh warga masyarakat. Tokoh agama ikut serta menjaga suasana kebatinan warga dalam hidup bermasyarakat secara damai dengan lingkungannya maupun dengan kepala daerahnya.

Selama memimpin Lampung Timur, Zaiful tidak pernah sedikit pun untuk tidak dekat dengan tokoh agama. Dia bahkan amat mendengar masukan dari tokoh agama dalam mengambil kebijakannya.

Apalagi pada tahun politik yang mana pemilihan kepala daerah akan digelar pada Desember 2020 ini, Zaiful semakin merapatkan diri kepada tokoh agama tanpa melihat kelompok dan golongannya. Baginya, tokoh agama adalah figur panutan umat yang bisa merekatkan suasana kebatinan antara warga masyarakat dan pemerintah, sehingga pemilihan kepala daerah bisa berjalan kondusif.

Agar suasana kebatinan lebih hangat lagi, Zaiful juga sedang merancang menyelenggarakan pengajian oleh hafidz Quran setiap malam Jumat. Kegiatan ini semata-mata untuk menjaga suasana kebatinan agar tahun politik di Lampung Timur tetap berada dalam suasana damai, aman, dan lancar.

Dengan menempatkan tokoh agama sebagai salah satu sumber legitimasi sosial, Lampung Timur mudah-mudahan tetap aman dan tenang di tahun politik ini.

Itulah mengapa Zaiful selalu meluangkan waktu untuk membangun komunikasi dengan tokoh agama agar suasana lebih tenteram dan damai.

Bahkan kiai berpengaruh seperti Ketua Umum Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj di Jakarta dan Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar di Surabaya, Jawa Timur, dikunjungi oleh Zaiful agar dia mendapat wejangan atau saran dalam segala aspek.


Menghormati Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di Surabaya (Foto: Dok. pribadi)

Komunikasi yang dibangun Zaiful dengan para kiai dan ulama ini menandakan bahwa dia menghormati orang-orang yang punya ilmu agama lebih tinggi. Dia meyakini bahwa setiap pemimpin harus selalu dekat dengan orang-orang bijak agar setiap kebijakan pemerintahannya mendatangkan manfaat buat masyarakat.

Jika komunikasi dengan para pemuka agama sudah terbangun demikian baik, langkah Zaiful dalam membangun suasana kebatinan dengan umat juga akan semakin ringan. Berbagai isu-isu miring yang akan menjauhkan Zaiful dari umat akan hilang dengan sendirinya.

Secara politis, terbangunnya komunikasi dengan para kiai dan ulama juga bisa mengikat suasana kebatinan antara umat dan Zaiful agar tetap utuh seperti awal mula dia menjadi wakil bupati.

Dan, elemen-elemen yang berusaha menjauhkan ikatan Zaiful dan umat akan kehilangan kepercayaan diri melihat baiknya komunikasi antara sang bupati dan para kiai maupun ulama tadi.

***

Krista Riyanto, Penulis dan mantan Jurnalis