Sisi lain dari seorang wartawan "ikonik" Harian Kompas, ia bisa santai dalam keseharian tapi bisa juga serius dalam pekerjaan. Tutur katanya mengalir, menggunakan gaya bahasa kekinian.
"MBang, si Kris ke mana, sih?"
"Gak tau tuh, gw telponin juga mati hapenya," jawabku.
"Ngehek juga ya tuh orang!"
Nah, mulai marah nih Badil. Matanya menajam, mulutnya cemberut. Persis elang mau mematuk. Gawat nih!
Benar aja, omelannya mulai sering terdengar. Bolak-balik nanyain Kris, teman sejawatku di penelitian.
"Ini gimana sih, gw bantuin malah ditinggal?!"
Waktu itu Pilkada Jatim 2008. Di kantor Biro Jatim cuma tinggal kita berdua di ruang editing. Gw dan Badil punya tugas berat ngedit tulisan2 teman2 peneliti muda, malam itu juga harus kelar karena mau dicetak.
Meski sambil ngomel, jarinya tetap lincah memainkan huruf2 di komputer. Sesekali gw ngeliat, gimana dia memecah kebekuan kalimat dengan jurus2 riangnya.
"Ini musti kita kasih trivia-trivia nih," katanya.
"Apaan tuh trivia-trivia?"
"Itu loh, semacam informasi2 kejutan, jadi pembaca dapat bonus...ngerasa dapat sesuatu tambahan yg menyenangkan."
"Oh, gitu...." aku masih meraba2 apa maksudnya.
Dini hari, akhirnya selesai juga kami ngedit tulisan. Dan, senangnya, pemetaan dan tulisan kami dipakai televisi2 berita dan lembaga survei lain untuk membedah geopolitik jatim. Semua main comot begitu saja. Tapi gpp, yg penting kami puas. Sampai sekarang, tiap pilkada jatim, peta itu tetap dipakai.
Oh ya, pagi harinya si Kris akhirnya nongol. Mukanya pucat dan tampak loyo.
"Ke mana sih lu? Dicariin Badil tuh!"
Mukanya tambah pucat. Kris gak jawab, cuma tersenyum kecut.
Beberapa tahun kemudian, setelah anaknya lahir baru dia cerita.
"Sorry ya... waktu itu udah jadwal gw. Harus dilakukan malam itu juga kata dokter, gak boleh kelewat. Biar jadi... Waktu itu aku udah ditungguin bini."
Semprul! Ternyata malam itu dia enak2an indehoy sama bininya.
Untung Badil gak denger soal ini.
(Bersambung)
BST
Tulisan sebelumnya: Memoirs of Rudy Badil [2]: "Hotdog"
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews