Ani menyebut hari-hari pertama tinggal di Istana Merdeka sebagai latihan menahan sunyi. Apalagi kala itu bertepatan dengan Ramadan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik sebagai Presiden RI ke-6 pada 20 Oktober 2004. Dengan berbagai pertimbangan, antara lain mengurangi kemacetan, SBY memutuskan untuk tinggal di Istana Merdeka.
Sebagai Ibu Negara, Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono) manut, meski mengaku merasa kesepian. Sebab putra sulungnya, Agus Harimurti tinggal di asrama tentara di Karawang, dan Edhie Baskoro (Ibas) masih harus menuntaskan kuliahnya di Curtin University, Perth, Australia.
Ani menyebut hari-hari pertama tinggal di Istana Merdeka sebagai latihan menahan sunyi. Apalagi kala itu bertepatan dengan Ramadan. Di rumah pribadinya di Cikeas, jarak ruang makan dan dapur sangat dekat. Celotehan orang-orang dapur terdengar hingga ke meja makan, dan menciptakan sensasi hangat menyenangkan.
“Masakan bergerak dari dapur menuju meja makan dalam keadaan panas, menebar aroma menggugah selera,” ungkap Ani Yudhoyono dalam buku “10 Tahun Perjalanan Hati” yang ditulis Alberthiene Endah.
Kondisi sebaliknya terjadi di Istana Merdeka. Ruang makan ada di dekat dapur di sisi barat, berseberangan dengan area ruang tidur di sisi timur. Untuk mengjangkaunya, menurut Ani, ia dan SBY harus berjalan melintasi raung resepsi, hall yang sangat besar. Keduanya harus mengangguk-angguk ke para staf rumah tangga istana yang berdiri siaga di beberapa arah.
“Kami sahur dalam situasi agak tegang, sangat resmi, dan nyaris tak ada suara kecuali bunyi denting sendok dan garpu yang menyentuh piring. Jauh dari gambaran orang sahur dalam suasana hangat,” ungkap Ani. Ketidaknyamanan lain yang muncul adalah masakan yang dihidangkan tak lagi panas.
Hingga beberapa hari kemudian, ia memberanikan diri menyampaikan usul kepada SBY. “Tidak bisakah kita merasakan makan sahur yang lebih privat, Po?.”
SBY paham, sebab ia pun sepertinya merasakan ketersiksaan yang sama. Di hari berikutnya, petugas dapur menyediakan hidangan sahur di lorong kecil depan ruang tidur.
“Begitulah, di lorong yang panjang dan senyap itu saya makan bersama SBY. Kami mengobrol dengan berbisik-bisik,” kata Ani. Dengan susah payah ia berusaha menekan kerinduan akan sensasi hangat sahur di rumah sendiri.
(Selesai)
***
Tulisan sebelumnya: Mengenang Ani Yudhoyono [2] Ketika Merana Karena Makanan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews