Akhirnya rumah itu kami beli. Rumah inilah yang kini Jadi tempat tinggal kami di kawasan Bintaro, masih di Jakarta Selatan
Sekitar tahun 1992 atau 1993an (saya lupa tepatnya), ketika saya masih tinggal di Pondok Indah, saya mencari rumah yang lebih besar dari rumah yang saya tempati. Maklumlah anak sudah tiga.
Kala itu, seorang perantara menghubungi saya, dan menawarkan kepada saya untuk melihat rumah yang mau di jual.
Saya setuju, dan lantaran si perantara mau saya melihatnya cepat-cepat, dia jemput saya dari Pondok Indah naik motor (pulang pergi) untuk melihat rumah itu.
Nah, disana, di rumah yang mau dijual, ada plang atau papan keterangan tentang rumah yang mau dijual. Plang pemberitahuan dari penjualnya ditempel di salah sayu tiang carport.
Waktu kami datang pager rumah, ternyata dikunci. Lantaran pagernya pendek, saya masuk, locat pager itu. Saya lihat-lihat rumah itu, dalam hati boleh juga nih rumahnya. Beberapa hari kemudian, saya janji minta masuk ke dalam.
Waktu saya lihat di dalamnya, saya langsung jatuh hati. Kepada isteri, saya diskripsikan keadaan rumah ini. Isteri tertarik, dan minta melihat juga rumahnya.
Setelah isteri melihat, rupanya dia juga tertarik. Padahal sebelumnya kami sudah melihat puluhan rumah sebagai alternatif, tapi tidak ada satupun yang membuat hati kami terpikat. Baru rumah inilah yang membuat kami langsung kesengsem.
Akhirnya rumah itu kami beli. Rumah inilah yang kini Jadi tempat tinggal kami di kawasan Bintaro, masih di Jakarta Selatan. .Si perantaran tinggal tak jauh dari rumah yang dijual, dan dia jadi tetangga kami. Setiap lebaran pagi hari pertama dia dan keluarga besarnya pasti datang ke runah kami. Beberapa tahun silam beliau telah wafat.
Kini pagar rumahnya sudah kami ganti menjadi lebih tinggi. Beberapa ruangan juga sudah direnovasi. Di belakang juga sudah sedikit ada perluasan. Tapi plang pemberitahuannya, sampai kini masih kami simpan sebagai kenangan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews