Lelaki itu lalu bangkit, mematikan rokok yang tinggal setengah di asbak. Meraih belati tajam dari laci meja kecil.
Baginya, cinta adalah nonsens.
Tak ada artinya. Dan Sia-sia.
Entahlah, lelaki itu selalu menganggap cinta adalah sebentuk sakit yang familiar. Ia jadi terbiasa memaknai setiap desir rasa yang menghentak batin tersebut sebagai sesuatu yang memang sudah seharusnya. Lazim. Wajar tanpa syarat. Dan seperih apapun luka perpisahan yang ia alami tak akan membuatnya limbung, hilang kendali atau melakukan langkah ekstrim : berteriak lantang sekeras-kerasnya hingga segala beban dihatinya lenyap seketika.
“Aku tidak semelankolis itu,” ucapnya dalam hati. Ia lalu tersenyum getir lalu mengisap rokoknya dalam-dalam. Asapnya rimbun mengepul mengelilingi wajahnya dengan rahang mengeras.
Ia tahu bagaimana cara menikmati luka dengan menanggulanginya oleh luka yang lain. Setidaknya itu membuat batinnya lebih baik. Dan terhormat.
Perempuan itu sudah membuatku menderita bertahun-tahun, gumamnya lirih.
Meninggalkannya adalah sebuah kekeliruan besar. Yang justru membuatnya rentan dari segala kesakitan. Kebal dari segala kesunyian dan tegar menghadapi hempasan badai. Sekuat apapun.
Sosok di tempat tidur itu menggeliat. Wajahnya terlihat cantik diremang lampu kamar.
“Kok belum tidur, sayang?” tanyanya manja.
Lelaki itu menghela nafas panjang,
“Sebentar saya ke situ”, sahutnya pelan.
Perempuan itu mendesah dan kembali memejamkan mata.
Lelaki itu lalu bangkit, mematikan rokok yang tinggal setengah di asbak. Meraih belati tajam dari laci meja kecil.
“Cukup satu malam saja, perempuan kelima. Mari nikmati kesakitanmu. Kesakitan kita”, ucapnya pilu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews