"Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, Kita masih hidup di Musim Pancaroba!! Tetaplah Bersemangat Elang Rajawali"(Soekarno :1949)
Penggalan kalimat diatas, merupakan pekik realitas dari Presiden pertama RI yang masih relevan hingga sekarang. Entah siapa yang dimaksud "elang rajawali" oleh sosok Soekarno.
Mencerna tentang sinar bulan purnama, jelaslah tidak bisa setiap saat kita menikmati suasana bumi yang konon bermandi cahaya bulan saat bulat penuh.
Begitupun tentang musim pancaroba, sebuah siklum alam yang bisa saja terjadi kapan saja dan dimana saja. Sebab perubahan cuaca dan kondisi alam hanyalah dalam kuasa Tuhan semata.
Sejurus kemudian, saya menangkap imajinasi tentang siapa kiranya yang layak disebut sebagai "elang rajawali". Sejatinya dua nama burung itu berbeda, namun entah kenapa digabungkan menjadi saru frasa kata. Seolah ingin menggambarkan kesempurnaan makna dibalik kata Elang Rajawali itu sendiri.
Ada filosofi tentang kepemimpinan dibalik simbol elang rajawali. Dan sosok " elang rajawali"itu kiranya tidak jauh dari gambaran seorang Jokowi.
Dilansir dari Beberapa portal berita yang mengulas tentang elang dan atau rajawali, beberapa hal positif terkait kehidupan yang identik dengan burung perkasa ini memiliki sisi filosofi yang luar biasa.Saya pun mencoba mencari sisi filofosi yang kira-kira sesuai dengan Presiden RI ini.
Pertama , Fokus pada tujuan baik dalam berbicara maupun bersikap. Kedua senantiasa meningkatkan kemampuan diri (tidak merasa paling diantara yang lain), Ketiga , mampu berkawan dengan badai (tetap bekerja meski dihujat, difitnah dan didzalimi).
Keempat,Berdiri diatas Kaki sendiri, meski demikian tetap mampu memimpin sebuah team work dan tidak merasa menjadi super man. Kelima , berupaya meninggalkan hal buruk dan merubahnya menjadi positif dengan melibatkan banyak pihak untuk bekerja sama bergotong royong.
Keenam , keluar dari zona nyaman, dengan blusukan dan kesederhanaan Jokowi mampu melepas gap sosial antara jabatan tertinggi sebagai presiden dengan tetap dekat dengan masyarakat. Ketujuh, Setia hanya kepada sang Istri pujaan hati yakni Bu Iriana.
Demikianlah frasa kata elang rajawali kerap menjadi simbol kekuatan , kejayaan hingga kebijaksanaan. Terlepas dari Jokowi sebagai sosok Elang rajawali, nyatanya ada sosok perempuan yang turut andil menjadi penyeimbang kehidupan lahir batin Jokowi.
Terlebih posisinya sebagai Presiden, tentu penyeimbang dalam hal ini keberadaan perempuan pendamping sangatlah perlu. Sebab perempuan itu memiliki posisi yang dibutuhkan oleh banyak pihak, banyak kalangan. Dialah sang Ibu Negara, yang tidak boleh kosong posisinya.
Iriana, sebuah nama yang yang seolah menyatu dalam tiap penampilannya yang sederhana. Konon nama ini pemberian dari kakeknya yang pernah menjadi guru dan bertugas di Irian Jaya (sekarang juga). Perempuan berusia 55 tahun ini kerap mengundang sorot mata kemera.
Sebagai Ibu negara yang kerap mendampingi Jokowi, Iriana tampil anggun keibuan. Aura perempuan Indonesia terpancar sedemikian kentara dalam dirinya.
Terlahir sebagai perempuan Solo, bukan satu-satunya alasan Iriana mampu tampir nyaris sempurna layaknya sosok "putri solo" yang kerap disebut sebagai perlambang perempuan yang membawa keberuntungan politik. Sebab hanya perempuan berhati baik dan tuluslah yang mampu tampil menjadi pendamping seorang pemimpin.
Terlebih dalam kapasitas seorang Presiden. Perjalanan hidupnya menjadi Ibu negara justru berawal dari posisinya yang hanya menjadi ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan Jokowi saat berusia 23 tahun.
Siapa yang menyangka,kini Iriana menyandang status sebagai "the first Lady" nya Indonesia. Itu semua tidak ujug-ujug begitu saja. Anak tangga yang ditapakinya bersama Jokowi setapak demi setapak mencapai Puncak. Dari mulai memimpin Surakarta, kemudian memimpin DKI Jakarta, Iriana tidak tinggal diam begitu saja.
32 tahun usia pernikahan mereka, mematangkan langkah iriana untuk lebih memberi peran penyeimbang bagi seorang Presiden.
Saat bertemu wartawan istana yang meminta berforo bersama, Iriana tak canggung untuk duduk dilantai meski ia berkebaya. Saat mendampingi Presiden Jokowi gala diner KTT APEC di Sheraton Resort Da Nang, Vietnam tahun 2017 misalnya, Iriana terlihat tidak canggung saat berbincang dengan Presiden Amerika Donald Trump.Terlebih berada ditengah warga, bersalaman hingga menggendong anak-anak.
Begitulah sosok Iriana mampu menjadi figur perempuan yang secara langsung ataupun tidak menjadi salah satu titik kekuatan Jokowi.
Sudah bukan rahasia umum lagi, dibalik laki-laki yang hebat ada perempuan tangguh yang tak hanya berada di belakangnya, namun juga siap untuk berjalan disampingnya. Menjadi Ibu negara, tidak menjadikan Iriana menjauh dari kediriannya. Dan berbahagialah Jokowi yang memiliki ibu iriana sebagai ibu negara dengan 1001 kharisma perempuan sejati.
Dilansir dari portal online ruangperempuan, terdapat sederet alasan mengapa ada perempuan hebat dibalik kesuksesan laki-laki dalam memimpin.
Tak terkecuali keberadaan Bu Iriana dibalik Kesuksesan Jokowi selama ini, hal inilah yang mungkin telah dilakukan Bu iriana : selalu mendoakan suami,sebagai Istri selalu mendukung dan mengurus pak Jokowi, Perhatian dan penyayang, lemah lembut dan penuh senyum, setia dan menjadi pendengar yang baik, sabar, rendah hati dan berjiwa besar, murah hati dan bisa menciptakan moment kebahagiaan bagi keluarga.
Bukan perempuan biasa, itulah keistimewaan Bu Iriana yang kini dan nanti menjadi ibu negara kita. Simbol dari perempuan Indonesia. Itulah kenapa sosok pemimpin apalagi selevel Presiden sedemikian perlu untuk memiliki pendamping.
Bukan tidak mungkin, selaku ibu negara, Bu Irianalah yang selama ini telah menjadikan Jokowi bak "elang rajawali", melesat fokus pada kerja pemerintahan. Menembus cakrawala kehidupan masyarakat Indonesia untuk terus ditingkatkan kesejahteraannya. Dan terus memacu mentalitas kepemimpinan. Yang merakyat, demi bangsa dan negara yang bermartabat.
Saya yakin, senyum Bu Iriana mampu menghapus rasa capek sepelah seharian pak Jokowi bekerja. Kasih Bu Iriana menjadi keseimbangan batin dan kestabilan emosi. Hingga Jokowi terhindar dari marah-marah yang tidak pada tempatnya.
Begitulah, kekuatan perempuan sedemikian menopang kepemimpinan. Seperti penggalan kalimat dari Soekarno bahwa laki-laki dan perempuan adalah seperti dua sayap seekor burung, jika dua sayap saya kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya. Jika patah satu daripada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.
Dan sapa serta sikap hangat sang Ibu negara, sungguh telah menjadikan Jokowi bak "Elang Rajawali", yang senantiasa semangat membangun negeri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews