Emil Salim amat penurut di depan Pak Harto, beda dengan tokoh yang lebih muda Sarwono Kusumahatmadja yang bicara soal "cabut gigi" di SCTV dan langsung diblokir oleh Pak Harto.
Emil Salim adalah bagian terpenting rezim Suharto, dia merupakan anak didik Prof. Mitro generasi awal. Ia seangkatan dengan jaringan tokoh keuangan pro liberalisme yang menggantungkan diri pada modal asing utamanya Amerika Serikat macam Widjojo Nitisastro, Radius Prawiro, Ali Wardhana, JB Sumarlin dll kelak kelompok inilah yang membangun perbankan Indonesia dengan liberalisme dunia keuangan yang berujung pada bangkrutnya Indonesia.
Kelompok Mafia Berkeley dalam ring satu Suharto ditentang oleh BJ Habibie yang juga dekat dengan Ibnu Sutowo. Pertarungan antara Kelompok Widjojo melawan Kelompok Habibie adalah pertarungan legendaris di era pemerintahan Suharto utamanya dekade 80-an dan memuncak di awal dekade 90-an.
Mafia Berkeley satu ideologi dengan kelompok Neoliberalisme bentukan Milton Friedman yang anti dengan sistem sosialisme kerakyatan dan mengenalkan sistem Neoliberalisme dimana semua persoalan persoalan ekonomi diserahkan pada pasar bebas. Lalu Presiden terpilih Allende digulingkan oleh Jenderal Pinochet lewat kudeta yang dibeking Amerika Serikat dan mengubah Chile menjadi budak modal asing Amerika Serikat. Orang orang Allende ditangkapi dan banyak pendukungnya diculik.
Pinochet menamakan gerakan hantam Allende dengan nama "Operation Djakarta", meniru gerakan Suharto yang berhasil menyingkirkan Bung Karno di tahun 1966.
Baik Mafia Berkeley ataupun Chicago Boys, tutup mata dengan korupsi besar besaran yang terjadi dalam pembangunan dengan todongan bayonet, mereka tak pernah mengganggu penguasa. Adanya "Ekonomi Malam" juga bagian dari kebijakan Neoliberalisme untuk mengamankan agenda agendanya.
Baca Juga: Orang-orang Songong dari Senayan
Namun Emil Salim tidak seperti rekan rekannya yang menguasai lembaga lembaga keuangan, di tahun 80-an bisa dikatakan jaringan Radius-Ali Wardhana menguasai dunia keuangan Indonesia mulai perbankan sampai Pasar Modal.
Nasib Emil malah diserahi ngurusi rumpon rumpon di Teluk Jakarta karena Pak Harto kesal mau mancing jarang dapat ikan, setelah rumpon rumpon becak yang ditenggelamkan berhasil menjadi rumah bagi ikan, maka banyak ikan kembali bermunculan di Teluk Jakarta, Pak Harto senang. Bagi Suharto memancing adalah cara dia berpikir soal strategi politik, dan tempat paling disukainya di Teluk Jakarta.
Emil Salim, adalah politisi penurut dia seperti Radius Prawiro yang kalau bicara ke Pak Harto selalu didahului ucapan "Nyuwun Duko", mungkin inilah tipikal Teknokrat di jaman itu, logika logika keras soal pemberantasan korupsi jelas bukan bagian dari alam pikiran para mafia berkeley ini...
Beda dengan Jenderal LB Moerdani, yang pernah tegur pada Pak Harto soal anak anaknya ketika Pak Harto dan Benny maen Billyard bareng. Benny ingatkan Pak Harto soal kelakuan anak anak Cendana, Pak Harto nggak suka lalu meletakkan stik billyar dan berbalik masuk ke ruang dalam. Sejak itu hubungan Benny dan Pak Harto menjadi dingin, puncak kerenggangannya ada di "Interupsi Ibrahim Saleh" soal Sudharmono.
Emil Salim amat penurut di depan Pak Harto, beda dengan tokoh yang lebih muda Sarwono Kusumahatmadja yang bicara soal "cabut gigi" di SCTV dan langsung diblokir oleh Pak Harto.
Dalam sejarahnya Emil Salim adalah "pak turut' dalam jaman Orde Baru, entah kenapa sekarang dia dijadikan ikon oleh para strategi komunikator kelompok pro Novel Baswedan dalam soal KPK saat ini.
Waktu yang akan menjawab semua permainan politik ini...
Anton DH Nugrahanto
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews