Harianto Badjoeri [32]: Sering Mencari Sahabatnya Untuk Berbagi Cerita

Kekuatan HB adalah keibaan hatinya melihat kesusahan orang lain. Ia akan takluk saat mendengar sahabatnya butuh pertolongan. Dia tidak kuasa menolak permintaan pertolongan dari sahabatnya.

Sabtu, 23 November 2019 | 11:02 WIB
0
536
Harianto Badjoeri [32]: Sering Mencari Sahabatnya Untuk Berbagi Cerita
Anoeng Setyomono (Foto: dok. pribadi)

Meskipun bertubuh besar, berkarakter keras, dan berpengaruh, Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB adalah manusia biasa. Dia tidak melulu kuat perkasa, namun terkadang resah dan sedih juga perasaannya.

Sesuatu yang normal dialami oleh manusia. Dua sisinya selalu diisi dengan sudut yang berbeda. Ada kuat ada lemah, ada sedih ada gembira, dan ada suka maupun duka.

Yang membedakannya adalah cara manusia dalam menyelesaikan masalahnya. Ada yang diam diri, namun ada juga yang membaginya kepada sahabat atau orang-orang yang dikenal dekat.

Bagi seorang HB, membagi kehidupannya adalah kebutuhan hidupnya. Baik suka maupun duka dia bagi kepada orang yang dia kenal dekat. Salah seorang yang dia anggap dekat adalah sahabatnya sedari kecil, Anoeng Setyomono namanya.

Anoeng memanggil Harianto Badjoeri dengan sapaan Hari, bukan Har atau HB yang popular di kalangan kolega di Ibu Kota. Hari adalah panggilan bagi teman-teman HB di kampungnya.

Anoeng adalah sahabat HB sejak masih kanak-kanak di kampungnya di Kota Blitar, Jawa Timur. Mereka bukan sekadar bersahabat biasa, tapi bersahabat dalam segala hal termasuk dalam urusan mbelingnya (kenakalan – Jawa red) anak-anak di waktu kecil sampai remaja.

Sejak masih di kampung halamannya, HB paling suka mengumpulkan teman-temannya untuk bermain di rumahnya yang besar dan berhalaman luas. Segala makanan disuguhkan HB kepada teman-temannya itu. Yang penting suasana menjadi gembira.

“Berteman adalah watak dan kebutuhan Hari sejak kecil. Dia paling nggak bisa hidup dalam kesendirian,” ujar Anoeng.

Pembawaannya sejak kecil berlanjut hingga HB memiliki kedudukan terhormat di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dia selalu menjalin relasi dengan sahabat lamanya yang ada di Ibu Kota ini. Bagi sahabat lamanya di kampung halaman, HB rutin menyambangi mereka minimal setahun sekali di hari Lebaran.

Persahabatan demikian umumnya hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang berjiwa pemimpin. Membangun relasi dan mempertahankan relasi adalah kebutuhan pokok bagi pemimpin dalam memperluas pengaruhnya.

Jaringan yang luas akan memperkuat posisinya. Ibarat laba-laba yang berdiam di tengah, namun jaringnya meluas di mana-mana yang sewaktu-waktu bisa digunakan untuk segala keperluannya.

Bagi HB, sahabatnya adalah kekuatannya. Dia rajin memelihara relasi dengan sahabatnya, apalagi yang dia kenal sejak kecil seperti Anoeng ini. Apapun kondisinya, persahabatan punya harga tinggi dalam hidup, karena mereka adalah aset sosial.

Anoeng juga melihat ketulusan HB dalam mengikat relasi dengan sahabatnya. Dalam situasi apapun, HB menjadikan sahabatnya sebagai tempat membagi cerita. Baik itu cerita suka maupun duka.

HB juga rajin mengunjungi rumah sahabatnya, termasuk Anoeng. Mengunjungi rumah sahabatnya adalah baik, bukan hanya untuk membangun relasi tetapi juga untuk menyegarkan emosi. Percakapan sebagai sahabat meskipun hanya sebentar bisa memberi energi baru.

“Dalam bersahabat, Hari memang luar biasa,” kata Anoeng yang di rumahnya terpajang foto-foto HB dalam ukuran besar dengan seragam petinggi Satpol PP DKI.

Foto-foto HB ini oleh Anoeng buat jaga-jaga manakala ada orang yang mengisengi dirinya. “Pernah ada orang mau iseng ke sini. Begitu lihat fotonya Hari, mereka langsung mundur,” kata Anoeng terkekeh-kekeh.

Kekuatan HB lainnya adalah keibaan hatinya dalam melihat kesusahan orang lain. HB akan takluk ketika mendengar sahabatnya butuh pertolongan. Dia tidak kuasa menolak permintaan pertolongan dari sahabatnya.

Hal hal yang berkaitan dengan persahabatan juga beberapa kali disebut dalam hadist Rasulullah. Berikut ini hadist Nabi yang berhubungan tentang pertemanan dan persahabatan:

“Di sekitar Arsy-Nya ada menara-menara dari cahaya, di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya, wajah-wajah mereka pun bercahaya. Mereka bukan para nabi dan syuhada, hingga para nabi dan syuhada pun iri kepada mereka.” Ketika para sahabat bertanya, Rasulullah menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.” (HR Tirmidzi).

Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [31]: Ikut Mengantarkan Anak Sahabatnya Jadi Dokter