Di tengah tren dakwah sudah disulap jadi entertainment, ulama seperti Prof. Quraish Shihab salah satu yang masih "istiqomah" berdakwah dengan ilmu, pengetahuan, dan akhlaknya
Prof. Muhammad Quraish Shihab, Lc, ini adalah seorang habib. Namun beliau menolak puji-pujian, dan bahkan tidak membawa gelar sebagai penanda keturunan Nabi Muhammad, saking tawadhu'-nya beliau.
Ada perasaan malu dan takut di hati beliau, karena membawa nama besar keluarga Nabi SAW di matanya adalah membawa amanah yang sangat besar.
Tanpa "menumpang" nama leluhur, beliau tetap membawa amanah besar itu, dengan memberikan perhatian besar terhadap dakwah dan pengetahuan Islam.
Makanya, lusinan buku Islam lahir dari tangannya; dari buku berbentuk tanya jawab, kajian Alquran, dlsb.
Namun begitu beliau juga sering jadi sasaran fitnah, bahkan dituduh Syiah oleh sebagian orang, bahkan di antara penebar fitnah ini mengaku sebagai penempuh jalan dakwah.
Apakah beliau marah ketika difitnah? Tidak. Beliau tidak pernah menunjukkan wajah marah. Beliau hanya fokus kepada dakwah dengan wajah ramah.
Ya, beliau masih sering difitnah. Bahkan seorang mualaf, Yahya Waloni, yang hanya mencari hidup dengan mencela agama lamanya dan menghina ulama Islam yang diakui dunia sekelas Quraish Shihab.
Alih-alih membela Prof. Quraish Shihab, mereka yang di tahun politik rajin teriak bela agama dan ulama, justru mendukung Waloni.
Buat yang belum mengenal Prof. Quraish Shihab. Sumbangan beliau terhadap Islam tidaklah kecil. Hampir 70 buku keislaman lahir lewat tangan beliau, cermin kedalaman pengetahuan beliau tentang Islam.
Bahkan beliau menjadi salah satu penulis kitab tafsir. Kitab Tafsir Almisbah menjadi masterpiece beliau, lahir dari keahlian beliau di bidang ini sejak menuntaskan pendidikannya dari S1 sampai S3 di Al Azhar, Mesir.
Selain, juga memberi pesan bahwa beragama bukan sekadar gegayaan. Berislam bukan sekadar latah-latahan. Beliau membawa teladan bagaimana berislam dengan pengetahuan.
Sayang sekali, hanya karena gunjingan di media sosial, banyak yang alpa melihat sosok beliau sebenarnya. Bahkan banyak yang ikut-ikutan mencelanya. Kalian yang sering teriak bela ulama, hanya mau membela ulama yang rajin teriak-teriak saja?
Mereka sendiri mengaji saja belum benar, bahkan berani mencela beliau yang sudah menguasai ilmu sekelas tafsir quran.
Patut dicatat, sejak era Kiai Soleh Darat, Syekh Nawawi Albantani, hingga KH Ahmad Sanusi, sedikit sekali yang betul-betul mendalami ilmu tafsir. Di sini, Prof. Quraish Shihab menjadi salah satu dari sedikit orang yang menguasai ilmu itu.
Inilah kenapa, saat kudengar Yahya Waloni mendoakan beliau agar cepat mati, aku salah satu pengagum Prof. Quraish Shihab yang merasa berang.
Sebab, di tengah tren dakwah sudah disulap jadi entertainment, ulama seperti Prof. Quraish Shihab salah satu yang masih "istiqomah" berdakwah dengan ilmu, pengetahuan, dan akhlaknya.
Inilah kenapa, saat aku sendiri berang, melihat wajah beliau di foto saja mampu membuatku tetap tenang. Damai, inilah jalan dakwah yang selama ini terus beliau pegang.
Ini juga yang bikin pengagum beliau, termasuk saya sendiri, ikut kembali tenang, sebab beliau mengajak beragama dengan kasih sayang, bukan dengan wajah garang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews