Tugas kru kan ngikutin dan terus menyorotkan kamera tersembunyinya. Itu jauh lebih genuine hasilnya. Kalo belum apa-apa sudah bereaksi, itu namanya "prank" setengah hati.
Padanan kata "prank" dalam bahasa Indonesia berarti seloroh, gurauan, guyonan. kelakar, banyol, ngelucu, ngelawak... apalagi dah tuh. Pokoknya seputar itulah. Tapi "prank" yang dikenal anak-anal milenial sekarang selalu berisi kejutan.
Muara "prank" adalah menerbitkan tawa, tapi sering juga berakhir duka. Semula dimaksudkan memancing tawa, yang terpancing bisa juga kemarahan. Alhasil, "prank" kadang menghibur, kadang juga bikin jengkel. Nyebelin (awas ketuker Ngabalin).
Alat utama "prank" jaman now adalah kamera tersembunyi, juga skenario yang sudah diatur sedemikian rupa. Agak sulit dipahami kalau "ngeprank" tanpa direkam oleh video camera, yang sekarang cukup dengan ponsel saja. Rekaman video itu nantinya diedit, lalu diviralkan di media sosial --biasanya di kanal Youtube.
Pernah liat orang "ngeprank" dan bikin heboh orang yang jadi sasaran? Itu loh, pria berbusana arab putih-putih lengkap dengan kafiyeh di kepala, berjalan membawa ransel. Ransel itu bisa diisi macem-macemlah, tapi oleh si pelaku ransel itu dilempar ke kerumunan orang atau ke seseorang yang sedang duduk di taman, si pelempar lari menjauh.
Alhasil hebohlah orang yang dilempari ransel itu karena mengira ada pria arab melempar bom yang disimpan dalam ransel!
Ada yang lari terbirit-birit seperti baru jumpa kuntilanak, ada yang mendadak bisa loncat tinggi sehingga pagar di atas 2 meter pun bisa terlampaui meski harus pake acara nyangkut badan dulu. Ada pula yang nyebur ke kolam padahal dia ga bisa renang, dan seterusnya. Pokoknya macem-macemlah.
Ini "prank" bomboman yang agak rasis, mempermainkan stereo type bangsa, menstigma orang Arab yang seolah-olah identik dengan bom (baca: kekerasan). Padahal ketahuilah, para pelaku bom bunuh diri di sini ga ada tuh yang berpakaian Arab, ga ada juga orang Arab. Orang Indonesia tulen tapi kerasukan pemahaman radikal.
"Prank" bisa dilakukan berbagai cara, tetapi di akhir bikin orang ketawa. Pakemnya emang gitu. Kadang yang jadi objek permainan bisa menerima kalau itu "prank", guyonan semata. Tapi bagi yang ga bisa terima, bisa juga berakhir di meja hijau karena boleh jadi membahayakan keselamatan orang lain.
Program "prank" yang terkenal di televisi adalah "Just for Lough Gags". Di-setting sekaligus di-shooting sedemikian rupa yang akhirnya menerbitkan tawa bagi penontonnya.
Tadi sore terbaca berita, Andika Kangen Band (bukan Andika Perkasa yang KSAD itu), diciduk Satpol PP di Semarang karena "ngeprank" di kota itu. Andika yang biasa dipanggil "Babang Tamvan" itu sempet diseret kasar karena menjadi gelandangan di tempat yang terlarang buat gelandangan, termasuk buat pengamen.
Lucunya, kru Andika yang cepat bereaksi meyakinkan Satpol PP kalau yang diciduk Si Babang Tamvan. Padahal, seharusnya kru membiarkan Andika dicokok dan digelandang ke markas Satpol PP, biar lebih seru hasilnya.
Tugas kru kan ngikutin dan terus menyorotkan kamera tersembunyinya. Itu jauh lebih genuine hasilnya. Kalo belum apa-apa sudah bereaksi, itu namanya "prank" setengah hati.
Saran saya, jangan kamu "ngeprank" ke pacar kamu, ya, bilang cinta padahal pura-pura karena masih larak-lirik rumput tetangga, ucap sayang padahal sayangmu cuma setengah hati, katakan kangen (bukan band) padahal ada yang lain yang kamu kangenin.
"Prank" yang begini ini ga lucu sama sekali.
#PepihNugraha
Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [22] Mati Sia-sia
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews