Banyak umat Islam Indonesia yang mengimpikan hidup di zaman kekhilafahan yang didongengkan sangat indah dan gemerlap. Padahal bangsa Turki yang pernah hidup dalam kejayaan kekhilafahan saja tidak mau menoleh kembali.
Memang masih banyak umat Islam yang katrok. Mereka tidak bisa empan papan. Mereka tidak tahu kapan melihat sesuatu dengan kacamata agama, ibadah, ritual, budaya, sosial, adat, sejarah, dll. Mereka hanya punya satu kacamata yang dengan kacamata itu mereka menghakimi segala sesuatu dengannya.
Contohnya ya soal Mbak Rara dengan atraksi menghentikan hujannya di Mandalika tersebut. Bagi mereka itu adalah kesyirikan. Tentu saja hal ini sangat menggelikan, mengharukan dan sekaligus menyedihkan.
Bagi mereka apapun ritual yang tidak ada tuntunannya dari Nabi adalah kesyirikan. Tentu saja ini menggelikan karena balap MotoGP itu sendiri tidak ada tuntunannya dalam agama. Jadi balap motor itu samasekali tidak ada hubungannya dengan ajaran atau ritual agama apa pun.
Jadi tolong jangan mencari dalil fikihnya apa hukum menyelenggarakan balap motor. Jangankan balap motor, sedangkan balap onta pun tidak ada pada zaman Nabi. Percuma mencari dalilnya.
Jadi tidak mungkin kita bisa menghakimi semua ritual yang dilakukan pada saat balap itu dengan hukum Islam, apalagi menghakiminya sebagai sebuah kesyirikan.
Membangun sebuah sirkuit yang tidak ada tuntunannya dalam Islam apa bukan sebuah tindakan bid’ah, kemubadziran, dan bahkan sebuah kemaksiatan kalau Anda lihat dengan kacamata praktik agama Abad ke-7? Kenapa bukan untuk menyantuni para janda dan anak-anak yatim? Kan itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi?
Mbak Rara sendiri tidak pernah mengatakan bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah ritual agama Islam. Jadi mengapa tiba-tiba ritual atraktif tersebut dianggap sebagai sebuah ritual yang melenceng dari tuntunan Nabi dan merupakan sebuah kesyirikan?
Jika mereka menganggap bahwa balap motor itu bukanlah sebuah ritual ibadah yang perlu dikomentari lantas mengapa ritual Mbak Rara itu yang mereka anggap sebagai sebuah ritual ibadah yang syirik?
Sungguh tidak nyambung!
Apakah mereka mengharapkan agar balap MotoGP itu dimulai dengan ritual doa bersama dengan mengundang 100 anak yatim yang dipimpin oleh Novel Bamukmin agar lebih syar’i?
Apa gak sekalian aja diusulkan agar diadakan istighosah sebelumnya dan Marc Marques didoakan seperti Prabowo dipegang dadanya oleh UAS dan UAH waktu pilpres dulu agar terhindar dari kecelakaan?
Mungkin itu akan menjadi sebuah atraksi tersendiri yang akan menggemparkan dunia permotojipian. We islamize the race…!
Situasi umat Islam yang begini jelas menyedihkan. Ini jelas akibat ajaran yang salah dari para ustadz-ustadz mereka yang miskin wawasan dan hanya mengajarkan menggunakan satu kacamata dalam melihat segala sesuatu. Segala sesuatu hanya dilihat dengan kacamata ajaran Islam Abad ke-7 sehingga apa yang mereka lihat itu memang tampak salah semua.
Itu sebabnya masih banyak umat Islam Indonesia yang mengimpikan hidup di zaman kekhilafahan yang didongengkan sangat indah dan gemerlap. Padahal bangsa Turki yang pernah hidup dalam kejayaan kekhilafahan saja tidak mau menoleh kembali.
Surabaya, 23 Maret 2022
Satria Dharma
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews