Raga Arswendo boleh terkungkung, tapi tidak untuk jiwanya. Badannya di terungku, tapi pikirannya bebas mengembarai jagat raya.
Ada begitu banyak novel, buku, sajak, yang lahir dari penjara dan sudut-sudut kelam keterkungkungan di muka bumi. Sampai-sampai saya pernah berkesimpulan –meski tak sepenuhnya benar -karya sastra besar selalu lahir dari penderitaan dan ketertindasan.
Salah satu buktinya adalah wartawan senior Arswendo Atmowiloto yang berpulang sore tadi. Sebuah jajak pendapat yang sesungguhnya sedikit iseng yang digelar Tabloid Monitor yang dikelolanya pada tahun 1990-an, membawanya ke pengadilan dan jadi narapidana dengan hukuman lima tahun penjara.
Raga Arswendo boleh terkungkung, tapi tidak untuk jiwanya. Badannya di terungku, tapi pikirannya bebas mengembarai jagat raya. Ia tetap menulis, bahkan sangat produktif dan bermutu.
“Ada yang mengatakan saya ini gila menulis. Ini mendekati benar, karena kalau tidak menulis saya pastilah gila, dan karena gila makanya saya menulis,” tulisnya, suatu ketika.
Di bawah rezim yang menindas, bahkan dalam penjara, Arswendo tetap berkarya. Ia menulis Menghitung Hari, Abal-abal, Khotbah di Penjara, Auk.
Saat ia bebas, ia semakin kreatif dan melahirkan banyak kisah baru, sebagian diilhami petualangan jiwanya di dunia yang lama terkungkung.
Selamat jalan Pak Arswendo. Semoga damai di sana bersamaNya. Kepada sahabatku Sony Wibisono, saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepergian sang ayah.
Saya kutip pesan mendiang ini, sebagai pengingat, betapa ia begitu bersiap untuk pergi: “Kalau aku mati, aku tak bisa minta dikremasi. Atau dibuang ke laut atau dikubur biasa. Terserah, mati bukan milikku lagi.”
Oh ya, saya masih menyimpan cerita silat setebal dua bantal ini: serial lama karya Arswendo yang belakangan dibukukan oleh Gramedia, Senopati Pamungkas, yang pernah saya baca sebulan tanpa jeda.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews