Terimakasih, Buya, atas segala teladan. Seorang cendekiawan yang berani menyampaikan kejujuran melihat persoalan, di tengah marak keberanian orang-orang menyampaikan ketidakjujurannya.
Buya Syafii Maarif (1935 – 2022), seorang cendekiawan dan johan budiman. Teladan paling meresap darinya, ialah kejujuran dan keberanian. Karena ia tanpa pretensi pribadi, tanpa tendensi atau pamrih primordial, maka ia berani. Engkau wafat menjelang ulang tahun ke-87, pada 31 Mei mendatang.
Nasihat yang paling mengesankan, soal medsos yang akan dikuasai oleh mereka yang berani asal njeplak. Kita harus berani pula tapi tidak untuk asal njeplak. Kita harus berani ngomong, karena jika tidak, mereka yang akan menguasai wacana. Mereka (dan kita), itu sebuah garis yang tegas.
Nasihat berbeda justeru datang dari kaum yang lebih muda, soal hoax dan ujaran kebencian; Diamkan saja. Sing waras ngalah. Gusti ora sare. Karena membicarakan mereka, sama dengan membuat top up, justeru mempopulerkan mereka.
Saya lebih sepakat pendapat Buya. Membicarakan mereka terus akibatnya mempopulerkan mereka, itu mengandaikan dunia dipenuhi mereka. Padal tidak. Ada sisi masyarakat yang berbeda, yang bisa mengerti duduk persoalan setelah terinformasi, dan baru kemudian bisa menilai secara proporsional.
Di samping tentu, apa yang disampaikan oleh Adolf Hitler, benar adanya. Kebohongan yang diciptakan terus-menerus, akan (dirasa) menjadi kebenaran. Apalagi tanpa wacana pembanding. Tanpa ada ajakan untuk melihat persoalan lebih cermat dan proporsional.
Lebih apalagi, justeru karena masih banyak yang mudah terprovokasi. Maka provokator aktif lebih berbahaya daripada provokator pasif, kebalikan dari dalil yang mengkampanyekan rokok: Perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif. Karena itu merokoklah!
Buya Syafii seorang pemberani, tanpa beban. Justeru karena ia benar-benar mengatakan apa yang (setelah mengajinya) diyakini lebih adil. Ia tidak dalam rangka merekayasa pernyataan-pernyataannya. Ia tidak tricky, sebagaimana orang-orang yang mengritik karena ingin menggantikan yang dikritik, atau agar dagangannya dibeli.
Baca Juga: Syafii Ma'arif dan Isu Perbudakan Spiritual
Pertemuan terakhir dengan Buya, sekira sebulan lalu di rumahnya. Ketika itu saya dimintai tolong menghubungi beliau untuk acara ‘moderasi beragama’. Beliau sudah sakit-sakitan. Waktu itu pas omnicron. Kami berdiri berbatas pintu berkaca. Buya, dengan masker, mengatakan lagi mengiolasi diri, tak berani bertemu dengan banyak orang.
Mengingat kau dari rumah, naik sepeda, mengajak makan soto terenak di jalan Godean itu bersama teman-teman. Terimakasih Buya, untuk bunga kecombrangnya duluuuuu, ketika engkau memangkasinya sendiri di kebun Hafiz putra tunggalmu. Dan saya berani menikmati sayur kecombrang, lebih karena berharap mendapat sawab dari Buya, untuk berani dan tidak partisan.
Terimakasih, Buya, atas segala teladan. Seorang cendekiawan yang berani menyampaikan kejujuran melihat persoalan, di tengah marak keberanian orang-orang menyampaikan ketidakjujurannya.
Sunardian Wirodono
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews