Wacana sertifikasi sudah beberapa kali di dengar lalu ambiyar. Kenapa begitu sulit melakukan hal yang sangat dibutuhkan itu.
Masih ingat saat setelah dilantik, Menag tampil beda dengan mengatakan bahwa dia adalah Menag Indonesia yang berdiri di atas semua agama.
Tidak berapa lama kemudian terdengar wacana mensiertifikasi para penceramah agama yang belakangan cenderung liar malah sudah menjurus kepada mengumbar permusuhan.
Ada yang menyerang agama lain, ada yang menyerang budaya Nusantara yang sudah berumur ratusan tahun. Terakhir Basalamah yang menghina wayang. Dan disebutnya wayang haram, harus dimusnahkan. Yakin lu bisa, coba saja, mungkin pakai bantuan Ari Untung atau Rafi Ahmad.
Penceramah agama Islam di Indonesia ini wuenak pol, ngapal Asmaul Husna, ingat juz amma, ngapali doa satu dua, bisa njeplak di mimbar langsung tampil, Joss viral. Mau sedikit kuat tambah jenggot, pakai gamis, langsung laris.
Wacana sertifikasi sudah beberapa kali di dengar lalu ambiyar. Kenapa begitu sulit melakukan hal yang sangat dibutuhkan itu.
Apa karena memang penceramah tidak banyak yang bakal lolos mendapat sertifikat, kualifikasinya entah apa kita yang awam pastilah tak paham.
Tapi yang pasti tidak boleh mulutnya bocor ga berdasar. Mengartikan makna "lakum dinukum waliadhien " saja tak mampu, bagaimana bisa dikata berilmu.
Mungkin tidak terealisirnya sertifikasi karena takut kekurangan penceramah Jumat, sehingga kalau dipaksa jumatan bisa ditunda atau giliran. Misal masjid A jam 11.45, masjid B jam 13.00 begitu terus sampai datang waktu ashar.
Soal makanan bahkan kulkas MUI fokus dengan sertifikat halal, padahal yang dijaga hanya mulut sampai perut dan jadi sampah.
Ini soal konsumsi akhlak malah sampah berkeliaran di mimbar masjid dibiarkan. Kita memang selalu gagal fokus. Makanya ada balapan gak ada sirkuit tiketnya di jual duluan, dan ada yang beli pula.
Kend Subiakto
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews