Harianto Badjoeri [8]: Senang Biayai Orang Baik atau “Ndugal” ke Tanah Suci

Bagi HB, senakal-nakalnya manusia di bumi, menziarahi tanah suci tempat nabi dan rasul dilahirkan adalah kewajiban yang mesti diperjuangkan agar manusia punya relasi istimewa dengan Tuhan.

Senin, 28 Oktober 2019 | 06:39 WIB
0
441
Harianto Badjoeri [8]:  Senang Biayai Orang Baik atau “Ndugal” ke Tanah Suci
Harianto Badjoeri bersama Rudi, seorang petugas kebersihan yang diumrahkan (Foto: Dok. pribadi)

Banyak orang yang tidak kesampaian melihat tanah yang mereka sucikan sesuai agama mereka, karena membutuhkan biaya relatif mahal selain faktor panggilan dari tuhan.

Ini disadari oleh Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB. Berangkat ke Mekah dan Medinah bagi orang Islam adalah sebuah perjalanan spiritual yang tidak mudah dijangkau, karena biayanya puluhan juta rupiah. Begitu juga pergi ke Jerusalem, Israel, tanah sucinya pemeluk Kristen.

HB yang sudah pergi ke Mekah dan dan Medinah untuk menapaki perjalanan spiritual sebagai seorang muslim, merasa kasihan dengan orang lain yang belum beruntung pergi ke  tanah suci itu. Padahal pergi ke tanah suci untuk berhaji adalah rukun Islam.

“Menghajikan orang tidak mudah, karena kesempatannya terbatas,  tetapi saya berusaha memberangkatkan orang untuk umrah bagi saudara muslim dan berziarah ke Jerusalem bagi saudara pemeluk Kristen,” ujar HB.

Bagi HB, membiayai orang pergi ke tanah sucinya adalah klimaks batin yang tidak bisa dinilai harganya. Dia seperti mencapai sebuah puncak kepuasan hidup manakala orang yang dia biayai itu bisa menuju ke tanah sucinya.

“Saya akan merasakan kebahagiaan yang sama dengan orang yang pergi ke tanah suci,” katanya.

Membiayai orang pergi ke tanah suci tentu diseleksi. Biasanya, HB membiayai orang tersebut jika yang bersangkutan benar-benar orang baik yang tidak punya biaya, sehingga kelak dia bertambah baik keimanannya. Atau orang yang “ndugal (jawa = nakal –red) agar kendugalannya itu sembuh, sehingga orangnya menjadi “waras” (jawa= normal sehat –red).

“Saya seperti mimpi saja tiba-tiba diberangkat umrah oleh Pak Harianto. Padahal saya bukan saudara Bapak, anaknya juga bukan. Saya berterima kasih sekali, karena tidak bisa membalas kebaikan beliau,” ungkap Rudi (25 tahun), karyawan bagian dapur asal Sumedang, Jawa Barat ini.

Lain lagi cerita seorang pegawai honorer rendahan yang dia berangkatkan umrah. Sebelum umrah, cinta lelaki itu ditolak oleh calon mertua, karena dianggap tak akan mampu membiayai puterinya bila menikah dengannya.

Setelah diberangkatkan umrah oleh HB, rezeki pun menghampiri lelaki itu, Begitu pulang umrah, tak selang berapa lama dia diangkat menjadi pegawai negeri. Kesejahteraannya pun meningkat pesat.

“Calon mertuanya lalu meminta dia untuk menikahi puterinya,” ujar HB sambil tertawa.

Lain lagi cerita Raymond Pardede, lelaki berkumis tebal pemeluk Kristen ini. Dia diberangkatkan HB ke Vatikan, Roma, sebuah negeri tempat pemimpin Krsiten Katolik tertinggi bertahta.

“Saya tak terpikir bisa pergi ke Vatikan. Tetapi, Pak HB malah berpikir jauh ke sana. Puji Tuhan buat Pak HB. Semoga Tuhan berkati Pak HB,” kata Raymond.

Bagi HB, senakal-nakalnya manusia di bumi, menziarahi tanah suci tempat nabi dan rasul dilahirkan adalah kewajiban yang mesti diperjuangkan agar manusia punya relasi istimewa dengan Tuhan yang Maha Kuasa.

“Saya tidak berharap pamrih dan imbalan dari mereka,” ujar HB yang mengaku bahagia bila dibalas dengan doa kebaikan. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [7]: Mengasihi dan Melindungi Kaum Wanita