Mereka yang dulu berseberangan, kini bersama-sama. Dan mereka yang dulu bersama-sama, kini berseberangan.
Ini hal yang biasa saja dalam politik. Itu “hal- hil” yang lazim belaka dalam pemilu presiden. Demikianlah sikap kita ketika membaca banyak sekali berita yang menunjukkan memanasnya hubungan Megawati dan Jokowi dalam pilpres 2024.
Dua tokoh sentral ini, yang dulu dikenal bersama-sama dalam dua pilpres sebelumnya, namun dalam pilpres kali ini kebersamaan itu tak lagi semesra dulu.
Ini contoh aneka beritanya. Majalah Tempo menuliskan: “Bara dalam sekam Jokowi Mega” Atau media lain menggambarkannya: “Hubungan Jokowi- Megawati Memanas, Begini Pengakuan Politikus PDIP.”
Apakah yang menjadi pangkal hubungan Megawati dan Jokowi yang tak semesra dulu? Menurut para pengamat, juga para jurnalis, diekspresikan dalam kalimat ini: “Meski Prabowo ketua umum Gerindra, Jokowi cenderung mendukungnya, ketimbang mendukung kolega partainya sendiri: Ganjar pranowo.”
Persepsi Jokowi lebih mendukung Prabowo ketimbang Ganjar yang ditunjuk oleh Megawati sebagai calon Presiden, ini memang tidak hanya ramai di kalangan pengamat atau jurnalis. Opini publik mengkonfirmasi itu.
Mari kita mulai dengan data. Ini survei LSI Denny JA, di bulan September 2023. Kita tanyakan kepada publik luas, menurut Bapak Ibu, Siapakah capres yang didukung oleh Jokowi?
Ini jawabannya. Yang mengatakan bahwa capres yang didukung oleh Jokowi itu Prabowo sebanyak 41,2%. Yang meyakini Jokowi mendukung Ganjar sebanyak 28,3%. Dan yang mengatakan Jokowi mendukungppp Anies: 9,6%.
Publik luas pun merasa memang Prabowo lebih didukung oleh Jokowi atau Jokowi lebih memilih Prabowo, ketimbang mendukung Ganjar.
Salahkah persepsi publik atas Jokowi? Kita perlu melihatnya dari kaca mata hukum besi politik.
Ini yang akan terjadi. Siapapun presidennya, ketika ia berkepentingan dengan siapa yang harus menggantikannya, maka tiga hal ini yang akan menjadi pertimbangan.
Pertama, ia menilai siapakah dari calon presiden yang paling menjamin melanjutkan program utamanya? Menjamin di sini artinya punya niat dan punya kemampuan.
Apa program utama Jokowi? Banyak sekali, diantaranya yang terpenting mungkin, pindahnya ibukota negara ke Kalimantan.
Kedua, dari capres yang ada, siapa pula yang memberikan peran yang lebih besar kepada Jokowi untuk ikut menentukan proses pencalonan Sang Capres, dan programnya?
Untuk point kedua ini, Prabowo lebih beruntung. Itu karena Prabowo sendiri yang in charge, yang memimpin kubu pemenangannya. Prabowo sendiri orang paling tinggi di porosnya.
Tapi untuk kasus Ganjar, orang tertinggi di porosnya itu adalah Megawati. Untuk kasus Anies Baswedan, ada Surya Paloh yang harus menyetujui.
Yang ketiga, soal kemungkinan menang. Siapakah yang paling mungkin menang diantara ketiganya? Dalam aneka survei yang terakhir, memang Prabowo lebih tinggi posisinya. Apalagi, jika Prabowo head to head dengan Ganjar, maupun Anies.
Dengan tiga pertimbangan ini, wajar saja jika misalnya Jokowi memang lebih nyaman dengan Prabowo. Konsekwensinya, hubungan Jokowi dengan Megawati tak semesra dulu.
Tapi sekali lagi, Jokowi, Megawati itu tokoh-tokoh bangsa. Pada ujungnya, kembali mereka dan elit berpengaruh lain memilih harmoni. Kepentingan negara, kepentingan bersama, lebih menjadi orientasi mereka.
Denny JA
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews