Pendidikan karakter dimulai dari keluarga dan orang-orang tercinta disekitar kita, jadi anak memiliki perilaku yang buruk, semua tergantung pendidikan dari orang tua.
Didik Anak Secara Otoriter, Psikologi Terdampak Buruk
Bapak ibu pernah tidak mengatasi anak yang bandel, sudah diberitahu malah makin bandel. Setiap anak memiliki sifat dan perilaku yang keras kepala dan susah di betuk. Semakin anak bertumbuh dewasa karakter bawaan anak makin sulit untuk prediksi.
Anak sering dibentak ketika anak berbuat salah tidak mau ikuti perintah, anak malah dibentak dengan kekerasan baik verbal maupun non verbal. Hal ini malah membuat anak sakit hati, walaupun anak mengikuti perkataan orang tua. Namun di dalam hati mereka ada rasa jengkel dan tidak sepadan pada orang yang tidak sepihak.
Pembentukan karakter juga akan memberikan dampak positif dan negatif bagi anak, apalagi menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus yang harus diperhatikan secara penuh dan orangtua harus selalu menuruti semua permintaan orang anak, ketika anak tamtrum karena meminta sesuatu ada orang tua yang cenderung mengikuti permintaan anak agar tidak lagi menangis.
Kebiasaan akan membangun sikap keras kepala, intoleransi, dan egoisme terhadap diri sendiri. Anak akan belajar bahwa sikap keras akan menjadikan dirinya seorang premanisme yang mana semua kebutuhan terpenuhi, misalnya. Kalau melewati sebuah toko mainan, makanan ringan, minuman bersoda dan hal-hal yang seperti tidak begitu besar pengeluaran. Tapi bisa berakibat fatal pada orangtua jika anak sedang beranjak dewasa.
Ada orangtua yang juga memberikan pengertian secara jelas dengan empat mata, sehingga anak mampu mengetahui mengapa tidak membeli mainan itu, karena lebih penting membeli alat belajar dan kebutuhan sekolah. Ada juga orangtua yang tidak memberikan penjelasan secara jelas, sehingga anak selalu menuntut ditempat umum untuk kebutuhannya harus terpenuhi yaitu dengan membelikan mainan tersebut, hal tersebut salah.
Selalu berbicara dengan nada keras disertai dengan kekerasan, membangun karakter anak agar memiliki jiwa sosial, dan budaya.
Maka tanamkan hal-hal positif yang berhubungan anak karena adalah peniru ulung dan apapun yang dilakukan oleh orangtua dalam keseharian akan ditiru oleh anak-anak. Orang tua selalu mengajarkan anak dengan toleransi, maka anak akan belajar melakukan hal yang sama juga, tetapi tidak anak akan berlaku kasar dan keras kepala. Jadi ajarkan anak untuk tidak berbicara kasar dan kotor pada teman dan orang-orang disekelilingnya.
Anarkisme sering terjadi pada anak-anak yang memiliki pengalaman buruk dalam keluarga, sehingga tidak heran jika menjadi besar jadi kasar dan tidak menghargai orang tua dan keluarga.karena anak yang mendapatkan perhatian penuh pun bisa menjadi keras.
Orangtua yang tidak toleran biasanya mengajarkan anak dengan hal yang sama sehingga anak-anak menjadi kasar dan egois untuk selalu mengikuti peraturan orangtuanya. Tak hanya menjadi keras kepala, akanpun akan melawan orang tua dan melakukan tindakan kekerasan.
Pendidikan karakter dimulai dari keluarga dan orang-orang tercinta disekitar kita, jadi anak memiliki perilaku yang buruk, semua tergantung pendidikan dari orang tua. Orangtua harus memiliki sikap yang baik untuk mendidik anak-anak agar menjadi dewasa secara dan memiliki kecerdasan sosial.
Selain dari itu, kita sebagai orangtua juga harus lebih bijaksana ketika bersikap soal tindakan, pengetahuan, cerdas dalam menentukan waktu yang tepat untuk memberikan nasihat. Karena sangat berhubungan dengan pembentukan karakter anak sejak dini dan tanaman nilai-nilai kesadaran pada anak agar karakter semakin membaik.
Surabaya, 14/04/2022
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews