Denny Siregar dan Anak-anak Calon Teroris

Mestinya yang harus ditelusuri siapa yang mengerahkan anak-anak itu dalam aksi-aksi. Siapa yang merusak jiwa anak-anaknya dengan doktrin beragama yang keras.

Senin, 6 Juli 2020 | 06:41 WIB
0
304
Denny Siregar dan Anak-anak Calon Teroris
Teroris ISIS (Foto: ayobogor.com)

Teman saya Denny Siregar dilaporkan ke polisi. Karena tulisan di FB, yang mengkhawatirkan anak-anak kecil yang sudah dididik agama garis keras. Agama yang anti toleransi.

Apa yang dikisahkan Denny adalah semacam kegundahan bahwa wajah Islam belakangan yang tampil menguasai ruang publik adalah wajah yang gahar. Wajah yang penuh kekerasan. Bahkan seringkali memggunakan kalimat suci "Allahuakbar" untuk menghardik.

Wajah seperti ini bukan saja ditampilkan orang dewasa. Tetapi juga anak-anak.

Masih ingat kan, kasus Pilkada Jakarta kemarin. Serombongan anak-anak pawai sambil meneriakkan bunuh Ahok. Betapa memgerikan.

Bukan hanya itu. Pelibatan anak-anak dalam demo-demo bernuansa agama juga sering terjadi. Padahal kita punya UU Perlindungan anak. Tapi orang dewasa yang mengeksploitasi anak-anak itu gak pernah diseret ke jalur hukum.

Saat demo, mereka mendadani anak-anak kecil dengan pakaian ala yang nuansanya agak ke ISIS-ISIS-an.

Misalnya dalam foto ilustrasi yang diunggah Denny di akun Facebooknya, dia menampilkan anak-anak yang dibalut pakaian hitam. Menggunakan ikat kepala bertuliskan mirip bendera HTI. Juga menenteng bendera HTI. Organisasi setara PKI yang keberadaanya haram di Indonesia.

"Itu lambang panji Nabi," kilah mereka.

Sudahlah. Bentuk dan warna panji Nabi, sampai sekarang masih dalam berdebatan. Ada yang bilang hitam, putih, kuning, hijau. Ada yang bilang bertuliskan kalimat syahadat. Ada juga yang meyakini polos saja tampa tulisan.

Lagipula panji atau bendera pada zaman Nabi hanya dikibarkan sebagau pertanda pasukan perang. Dikibarkan untuk peperangan. Bukan dikibas-kibaskan saat damai.

Nah, anak-anak yang ditampilkan Denny itu dalam foto yang diambil dari internet, sedang berfoto bersama membawa bendera HTI. Bendera organisasi teroris yang di banyak negara dilarang keberadaanya.

Jadi kegundahan Denny beralasan. Kita tahu, teroris juga menggunakan anak-anak sebagai pasukan perangnya. Bom bunuh diri di Surabaya benerapa waktu lalu, juga melibatkan anak-anak.

Mestinya yang harus ditelusuri siapa yang mengerahkan anak-anak itu dalam aksi-aksi. Siapa yang merusak jiwa anak-anaknya dengan doktrin beragama yang keras. Orang tua mana yang mengizinkan anaknya diseret dalam kubangan isu yang mereka sendiri belum mengerti.

Sebagai orang tua yang juga punya anak, Denny menghawatirkan masa depan anak-anak yang sejak kecil dijejali doktrin seperti ini. Ia menuliskan kekhawatirannya di halaman media sosialnya.

Dan sialnya. Kini orang-orang tua yang sering membawa anak-anak dalam aksi politisasi agama, malah mempermasalahkan tulisan itu. Mempermasalahkan foto yang diunggah Denny.

Sudah jadi rahasia umum. Negeri ini darurat teroris. Makanya kita punya lembaga seperti BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Negeri ini akan rusak jika kita membiarkan saja mereka berulah. Bahkan meracuni pikiran anak-anak dengan doktrin beragama yang penuh kekerasan.

Denny memperingatkan kondisi itu. Sebuah peringatan penting agar bangsa kita tidak kejeblos dalam kubangan seperti Syuriah, Irak atau Libya. Disana anak-anak adalah mahluk yang paling menderita.

Eko Kuntadhi