Video viral kesaksian petugas medis di Wuhan tentang dampak wabah yang sebenarnya terjadi. Seperti telah diduga banyak pihak, korban tewas sesungguhnya mungkin telah mencapai ribuan. Dan, sudah menginfeksi puluhan hingga ratusan ribu lainnya.
Karena bila hanya puluhan yang mati tidak mungkin jenazah-jenazah tersebut digeletakkan begitu saja di koridor rumah sakit dengan alasan kamar mayat telah penuh. Klaim sepihak berhasil dilakukan oleh pemerintah China.
“Karena hampir tidak ada kehadiran lembaga internasional dan media asing di sana,” begitu tulis narasi video kesaksian seorang dokter di sebuah RS di Wuhan via pesan suara di Weibo berdurasi 1:42 menit itu yang dikutip Arrahmah.com.
Saya telah bekerja sepanjang hari. Sekarang saya sedang libur kerja. Saya selesai kerja sekitar jam 4 sore. Saya telah habis menangis. Sebenarnya, infeksi (virus corona) jauh lebih buruk daripada yang diberitakan TV. Mayoritas diam di rumah.
Ada begitu banyak kasus. Makanan hampir kosong. Para dokter telah memperkirakan sekitar 100.000 orang telah terinfeksi. Kami punya lebih dari sepuluh dokter di sini. Dan setiap dokter telah merawat lebih dari 100 orang yang terinfeksi hanya dalam satu hari.
Banyak dari mereka (dokter) tidak selamat. Tidak ada ranjang rumah sakit. Kerabat-kerabat pasien mengeluh dan memaksa untuk dirawat di rumah sakit kami. Karena mereka mengutip janji pemerintah. Rumah sakit harus mengobati mereka yang terinfeksi dengan virus corona.
Meskipun begitu, pemerintah tidak menunjang kami dengan perbekalan medis.Kami tidak punya cukup sumberdaya untuk mengopname para pasien. Opname tidak akan berhasil jika situasinyaq memburuk seperti ini.
Kita telah banting tulang sepanjang hari dan kami semua ambruk. Kami tidak sanggup lagi. Para pasien memohon pada kami dengan putus asa, tapi kami tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka sekarat tepat di depan mata kami.
Karena itu, tolong ambil setiap langkah untuk melindungi dirimu sendiri di rumah. Jangan pernah mempercayai pemerintah. Kami sendirian sekarang. Itulah sepenggal cerita langsung dari seorang dokter di Wuhan yang tersebar luas.
Jumlah korban meninggal dunia akibat virus corona di Wuhan atau 2019-nCoV masih terus bertambah. Jika sebelumnya pihak otoritas China merilis sebanyak 170 orang meninggal, kini angka itu sudah bertambah menjadi 213 orang.
Melansir CNNIndonesia.com, Jumat (31/01/2020 07:07 WIB) korban meninggal akibat virus corona di China terus bertambah hingga mencapai 213 orang per Jumat (31/1/2020). Komisi Kesehatan Provinsi Hubei melaporkan 42 kematian baru, 30 di antaranya ada di Wuhan.
Sebanyak 1.220 kasus baru dikonfirmasi ada di 17 kota. Sehingga total yang terjangkit virus itu mencapai 9.356 orang. Jumlah itu melampaui wabah SARS yang merebak pada 2002 sampai 2003.
Saat itu jumlah penduduk di seluruh dunia yang terjangkit virus itu sebanyak 8,098 orang. Sedangkan yang meninggal tercatat mencapai 774 orang. Dikutip dari AFP, jumlah korban semakin meningkat meski sejumlah langkah penanganan dan pencegahan telah dilakukan.
WHO menyatakan status gawat darurat yang menjadi perhatian dunia adalah kejadian luar biasa yang mengancam kesehatan masyarakat di banyak negara akibat penyebaran wabah secara global. Hal ini juga membutuhkan tanggap dan koordinasi dari seluruh dunia.
Status itu pernah ditetapkan ketika merebaknya wabah Ebola, Zika, dan H1N1. Tapi, WHO menyatakan sampai saat ini belum diperlukan larangan bepergian ke China akibat dampak wabah virus corona.
Selain di China, kasus infeksi virus corona terdeteksi di sejumlah negara, yakni di Kanada, AS, Prancis, Sri Lanka, Thailand, Taiwan, Vietnam, Korsel, Nepal, Singapura, Australia, Malaysia, Jepang, Kamboja, Jerman, Finlandia, Uni Emirat Arab, Filipina, dan India.
Meski demikian, hingga saat ini belum ada laporan korban meninggal dunia selain di China. Beberapa negara juga sudah mengevakuasi warganya keluar dari Wuhan. Pihak Indonesia sendiri masih menunggu instruksi pemulangan WNI dari Wuhan.
Konfirmasi terbaru, virus corona ini telah menyebar ke seluruh wilayah China. Karena itulah banyak warga negara asing yang ingin keluar dari China. Beberapa maskapai internasional telah menghentikan atau mengurangi rute mereka ke China.
Evakuasi sukarela dari ratusan warga asing dari Wuhan sedang berlangsung untuk membantu orang-orang yang ingin meninggalkan kota yang sudah ditutup dan kembali ke negara mereka.
Dua penerbangan ke Jepang telah mendarat di bandara Haneda Tokyo dan para penumpang sedang diperiksa di institusi medis. Sejauh ini, tiga orang telah dinyatakan positif terkena virus, lapor media Jepang.
Sekitar 200 warga AS juga telah diterbangkan keluar dari Wuhan dan sedang diperiksa di AS. Sekelompok warga Singapura juga sudah diterbangkan, sementara orang-orang dari Wuhan terdampar di Singapura karena ada pembatalan seluruh penerbangan ke China.
Penerbangan warga Inggris dan Korsel keluar dari Wuhan, sempat tertunda setelah izin yang relevan dari pemerintah China tidak kunjung tiba. Menurut pemerintah Inggris, mereka yang baru tiba dari China akan dimasukkan “ruang isolasi lengkap” selama 14 hari dengan “semua perawatan medis yang diperlukan”.
Australia berencana untuk mengkarantina pengungsi di Christmas Island, 2.000 km (1.200 mil) dari daratan. Dua pesawat akan menerbangkan warga negara Uni Eropa untuk pulang dengan 250 warga Perancis. Mereka berangkat pada penerbangan pertama.
Kanada, Filipina dan Malaysia juga mengumumkan rencana untuk menerbangkan warganya dari Wuhan. Semakin banyak negara yang menyarankan warganya untuk menghindari semua perjalanan yang tidak penting ke China. Indonesia?Pemerintah sedang upaya diplomasi dan diminta banyak berdoa!
Melansir Kontan.co.id, Kamis (30 Januari 2020 / 11:50 WIB) jumlah korban virus corona telah meningkat menjadi 170 orang (kini 213 orang). Dengan kasus yang telah dikonfirmasi di Tibet, virus ini sekarang telah menyebar ke setiap wilayah di daratan China.
WHO bertemu pada hari Kamis untuk membahas apakah virus tersebut merupakan kondisi darurat kesehatan global. Setelah pertemuan itu, WHO mengumumkan situasi darurat global terkait virus corona mematikan yang menyebar dari China.
Pengumuman pada Kamis (30/1/2020) ini diambil setelah China melaporkan lonjakan angka kematian terbesar dalam sehari. Dilansir AFP dan AP, WHO merevisi penilaian risiko mereka terhadap virus corona. Tercatat, virus corona kini telah membunuh 213 orang di China.
“Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah,” kata petinggi WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pengarahan di Jenewa seperti dikutip dari AFP, Jumat (31/1/2020).
“Kita semua harus bertindak bersama-sama untuk membatasi penyebaran... kita hanya bisa menghentikannya bersama-sama,” tambahnya.
Meski demikian Tedros menyebut tidak perlu ada pembatasan perjalanan dan perdagangan dengan China dalam upaya membendung penyebaran virus. Virus corona diketahui sudah menyebar di 15 negara di seluruh dunia.
Tedros menyebut alasan utama dari deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di China. Ini karena virus corona menyebar hingga ke belasan negara. “Alasan utama dari deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di China tapi karena keadaan di negara-negara lain,” ujarnya.
“Deklarasi ini bukanlah mosi tidak percaya di China. Tapi sebaliknya, WHO terus memiliki kepercayaan akan kapasitas China untuk mengontrol wabah,” kata Tedros.
Banyak negara yang telah memperingatkan warga negara mereka untuk tidak mengunjungi China, sebagian telah melarang wisatawan dari Wuhan, China, di mana virus itu pertama kali muncul.
Kalau melihat penyebarannya yang semakin luas, ini berarti penularannya bukan lagi melalui kontak badan dengan terinfeksi. Tapi, bisa jadi sudah melalui udara yang mudah tersebar. Ini jelas sangat bahaya, karena tidak mungkin mengisolasi ruang udara.
Jika sudah lewat udara, maka virus akan lebih mudah menempel dan masuk ke pori-pori kulit manusia, sehingga sebaran infeksinya juga lebih cepat. Kita coba lihat, apakah ada diantara para pejabat pemerintah/PKC atau tentara China yang terkena virus corona ini.
Sepertinya, tidak ada! Itu karena mereka sudah disuntik serum atau vaksin anti virus corona. Jadi, sebenarnya China sudah punya serum atau vaksin anti virus corona ini. Itu kalau virus corona ini memang senjata biologis, pasti mereka sudah siapkan vaksinnya.
Mereka yang menjadi korban virus corona ini kebanyakan dari rakyat biasa. Atau maksimal petugas medis karena mereka ini kontak langsung dengan pasien. Jika benar itu senjata biologis, tinggal kapan waktu yang tepat China sebar vaksinnya saja.
Seperti halnya virus SARS yang konon juga diciptakan oleh China yang akhirnya bisa juga diatasi oleh China sendiri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews