Klemar-klemernya Jokowi dalam Debat Keempat kemarin, adalah bagian dari strategi dia untuk menaklukkan lawan.
Pada Debat Keempat kemarin, Jokowi betul-betul tampil sesuai dengan karakter aslinya. Sebagai petahana dia tidak lagi menyerang secara vulgar, namun dia tetap berusaha untuk mempertahankan falsafahnya 'menang tanpa merasa mengalahkan lawan.'
Berbeda dengan Debat yang pertama dan kedua, diluar dugaan Prabowo dan juga pengamat, Jokowi melakukan serangan terhadap Prabowo. Jokowi menyerang Prabowo dengan isu, banyak caleg Gerindra yang eks koruptor, sehingga jawaban Prabowo terkesan tidak siap.
Dimana akhirnya Prabowo seperti memaklumi prilaku korup dikalangan kadernya, dengan menyebutkan korupsi sedikit, jadi bisa dimaklumi. Ketika Jokowi ditanya tentang pembagian sertifikat oleh Prabowo, diluar dugaannya Jokowi balik menyerang tentang kepemilikan lahan seluas 340.000 hektar yang dikuasainya.
Pada Debat Keempat kemarin, Jokowi justeru benar-benar memposisikan sebagai petahana, berusaha tenang namun tetap fokus pada substansi pertanyaan yang diajukan, sebaliknya, Prabowo juga tampil dengan karakter aslinya yang meledak-ledak, sangat terasa bahwa Prabowo sangat emosional.
Jokowi sama sekali tidak terpancing untuk melakukan serangan balik secara emosional terhadap Prabowo, dia berusaha tetap tenang menjawab pertanyaan Prabowo, namun selalu menohok pada substansi pertanyaan. Namun memang perbedaan visi antara keduanya kadang tidak menuntaskan substansi yang dibicarakan.
Soal pengelolaan Pemerintahan dengan melayani, yang diistilahkan Jokowi dengan "Pemerintahan Dilan" (Digital Melayani), Prabowo menganggap untuk apa tekhnologi moderen, kalau tetap saja kekayaan kita bisa dibawa kabur keluar negeri. Disinilah sangat terasa perbedaan visi antara keduanya.
Padahal pelayanan secara digital, adalah upaya untuk mengurangi peluang transaksi langsung Antar orang perorang, yang selama ini dianggap rawan terhadap terjadinya korupsi. Sudah terbukti banyak yang kehilangan peluang di DKI Jakarta, saat diterapkan sistem e-budgeting, bahkan diberbagai instansi Pemerintahan.
Apapun yang diargumentasikan Jokowi Dalam setiap materi pertanyaan, selalu Prabowo menohok balik dengan kebocoran dan korupsi, yang dianggapnya membuat kita menjadi bangsa yang lemah dan tidak dihormati negara lain.
Soal hubungan Internasional, Prabowo menganggap diplomasi yang dilakukan Pemerintah adalah 'Diplomacy Nice Guy,' diplomasi yang cuma senyum-senyum. Ada yang menganggap faham diplomasi yang dianut oleh Prabowo masih 'Old School,' sangat kuno, sementara faham demokrasi yang berkembang saat ini bukan lagi diplomasi yang ingin menonjolkan kekuatan.
Perbedaan visi ini sangat terasa, visi yang ingin dikedepankan oleh Jokowi terkait diplomasi, Indonesia adalah Negara dengan Ummat Muslim terbesar, dan itu adalah modal yang bisa menjadi kekuatan untuk menekan lawan, jadi kekuatan disini bukan lagi kekuatan persenjataan.
Kekayaan budaya, etnis dan kekayaan Sumber daya alam, adalah modal kekuatan yang dimiliki Indonesia, yang tidak dimiliki oleh negara lain. Visi yang lebih meluas tidak sekedar menyempit pada kekuatan Pertahanan negara, sementara Prabowo mengedepankan kekuatan negara dengan Kuatnya Pertahanan negara.
Sehingga dengan Jumawa Prabowo mengatakan TNI kita lemah, alat ukurnya cuma alokasi anggran yang dikucurkan untuk Pertahanan sangat sedikit. Singapura bisa mengucurkan anggaran untuk Pertahanan 30%. Sementara Indonesia mengalokasikan anggaran untuk Pertahanan sebesar 0,73% dari PDB, dan akan dinaikkan 1,5% dari PDB.
Tapi dengan anggaran sekecil itu, Pertahanan kita menempati urutan pertama Di Asia Tenggara, masih diatas Singapura, dan urutan ke 15 dunia, sementara singapura berada diurutan ke 59 dunia. Artinya, besarnya anggaran Pertahanan bukanlah mutlak Pertahanan akan kuat, Pertahanan bukan saja ditentukan oleh besarnya anggaran, tapi lebih kepada skill dan kemampuan.
Dari tulisan ini saya ingin mengatakan, bahwa klemar-klemernya Jokowi dalam Debat Keempat kemarin, adalah bagian dari strategi dia untuk menaklukkan lawan, dan ternyata benar, Prabowo semakin bernafsu dan emosional untuk menyalahkan Jokowi, sebaliknya tanpa perlu emosional, Jokowi mampu menguasai lawan.
Prabowo terkesan kuran Update dengan kondisi kekinian, sehingga apa yang dibicarakan masih berkutat pada pengetahuannya dimasa lalu, tidak Sama sekali memberikan pencerahan tentang pengetahuan terbarukan, sementara Jokowi sangat Update, pengetahuannya tentang perkembangan tekhnologi terkini, memperkaya pembahasannya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews