Menjelang sejarah kontestasi Pilpres 2019 dimulai. Masing masing tim pemenangan sudah mulai start menjalankan strategi masing masing untuk memenangkan calon mereka masing masing. Termasuk strategi penyebaran berita bohong atau hoaks.
Menang adalah harga mati, tidak ada kata kalah. Baik pasangan 01 maupun 02 tidak ada kamus menyerah. Segala upaya terus dilakukan sampai hari pemilihan nanti. Benarkah apa yang dilakukan para tim pemenangan paslon tersebut?
Baiklah, mari kita ulas apa politik itu sendiri. Saya mendefinisikannya sebagai politik beretika, dengan artian segala daya dan upaya untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Jadi politik itu konotasinya jangan negatif dulu ya bro n sis?
Nyinyir Politik
Politik itu aktif, dia tidak bisa dikatakan tidak berpolitik hanya karena dia tidak memilih alias golput. Apalagi akhir-akhir ini saya melihat di linimasa jagad maya seperti facebook, twitter, instagram banyak yang mengomentari orang orang yang bertarung dengan mempertahankan idiologi politiknya. Inilah yang disebut nyinyir politik.
Yang dilakukan orang/individu mengomentari apa yang dilakukan tim kampanye, buzer politik, influence politik adalah bagian dari politik itu sendiri. Nyinyir politik, biasanya bernada negatif yang mengatakan bahwa aktivitas para pelaku politik pilpres sudah keterlaluan. "Harus jaga persatuan gaess" Begitu kalimatnya kira kira.
Nah. Ketika mereka menyinyiri, menganggap rendah (sebagian sih) apa yang menjadi pilihan politik kawan kawannya, ada ambiguitas disini. Pertama mereka tak suka caranya, kedua mereka juga tak menghormati hak politik yang sudah diambil teman, sahabat , sanak saudara dengan berkata ghibah cenderung fitnah bahwa itu adalah bayaran.
Hello! Politik itu ada dua cara baik dan cara kotor. kalau orang tua kandung kita nyaleg trus kita gak dukung kek mana? Kita dukung karena kita menyukai dan menyintai orang tersebut .Lain tidak. Ngerti kan?
Buzzer Politik
Semua teman blogger paham ada kerjaan ini, tapi enggak semua paham kenapa seseorang mau menjadi buzzers. Lagi ramai dibahas yang ngebuzzer politik itu bikin rusuh, buzzer Politik itu recehan yang bakalan membuat bangsa terpecah belah, namun yang saya sayangkan yang kasih Komen begitu bukan buzzer yang sedang terlibat dalam pekerjaan. Akhirnya dicap nyinyir sama yang ngebuzzer, boro-boro bikin adem yang ada malah tambah rusuh.
Eh, kalau diselidik secara saksama dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya strategi nyinyir ini juga dikelola dengan baik. Ada istilah bad cop dan good cop. Mereka seolah - olah menyayangkan apa yang dilakukan oleh buzzer padahal pun mereka melakukan yang sama untuk memenangkan yang dipujanya.
Memenangkan pilihan tentu sebuah tekad, selama caranya elegan enggak Papa kok ? Lah elegan itu gimana ? Judulnya saja perang sosial media, selama serangan dilakukan di rumah sensitive it's ok menurutku.
Masih ingat ketika sang suami mengatakan sebuah sejarah kalau Sultan Saahudin Al Ayubi ketika mengetahui musuhnya Richard Leeuwenhart sedang sakit di tengah pertempuran dan dalam kondisi yang sangat payah , sang sultan mengirimkan obat tuntuk menyembuhkan dari sakit keras antara hidup dan matinya.
Politik adalah suatu seni, satu sisi kita bisa bersikap lembut, tapi saat yang bersamaan kitapun harus menghukum yang salah dalam politik. Karena etika politik itu dinamis. Ada mate matika politik yang hitung hitunganya berbeda dari sekadar 1 + 1 = 2. Dalam kacamata politik , 2 +2 tak harus empat. Semua bisa dilihat dari persepsi politik masing masing. Yang pasti jangan ada dusta di antara kita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews