Saran buat para orangtua yang anak-anaknya masuk kuliah dan jadi mahasiswa-mahasiswi mulai tahun ini jangan sampai ikut-ikutan pengajian liqo dan masuk BEM SI.
Provokasi gerombolan ormas terlarang, para penyembah baliho, dan warga keturunan dari gurun pasir yang frustrasi dalam beberapa hari belakangan ini - pada saat seluruh ummat muslim di Indonesia sedang menunaikan kewajiban berpuasa fardhu di Bulan Suci Ramadhan 1443 H - semakin edan-edanan saja!
Mereka, di saat setan-setan lagi dikerangkeng di dalam neraka jahanam selama bulan suci ini, justru sudah tak bisa mengendalikan lagi nafsu syahwat-nya untuk berkuasa di Bumi Pancasila Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika dengan cara akan melakukan kudeta menurunkan Jokowi!
Mereka sudah kebelet mau menguasai Indonesia dengan cara barbar dan mengangkangi konstitusi seolah negara ini punya nenek moyang mereka.
Mereka tak mau lagi ikuti cara-cara demokrasi sesuai aturan hukum di Indonesia meski mereka makan-berak-beranak di sini.
Padahal Pemilu dan Pilpres cuma tinggal dua tahun lagi.
Mereka ingin segera menjatuhkan pemerintahan yang sah sekarang juga!
Mereka berencana melakukan “coup d’etat” pada hari Senin 11 April 2022, dengan idiom angka keramat 114, menyusul 411 dan 212 yang digunakan saat menjatuhkan Ahok pada Pilkada 2017 dengan jargon ayat dan mayat.
Dalam beberapa hari ini mereka sesumbar bikin demo besar-besaran di bekas ibukota negara yang tak terurus lima tahun ini oleh pemimpin seiman idola mereka ketika sebagian besar kita sedang bekerja dan beribadah di Bulan Suci Ramadhan ini.
Mereka - gerombolan pengasong khilafah, para penyembah baliho, dan warga keturunan dari gurun pasir yang frustrasi - justru ingin mengotori kesucian Bulan Ramadhan dengan ujaran kebencian, menyulut amarah, dan mengganggu kekhusyuan warga yang tengah beribadah mencari ridha Allah SWT.
Mereka, gerombolan pengasong khilafah-para penyembah baliho-warga keturunan dari gurun pasir yang frustrasi itu, malah melakukan kegiatan yang berpotensi sekali membatalkan puasa.
Bukan tidak mungkin sebagian dari mereka malah tidak berpuasa karena tahu apa yang akan mereka lakukan itu tidak patut dilakukan karena melanggar larangan yang dapat membatalkan ibadah berpuasa di Bulan Ramadhan ini.
Boleh jadi sebagian dari mereka sudah “mabuk” duluan sebelum turun berdemo. Bisa jadi mereka akan minum air mineral dingin atau es jeruk manis karena kehausan setelah teriak-teriak dengan TOA sebelum waktu berbuka puasa.
Mereka sebetulnya sudah tahu sejarah Kanjeng Nabi menghentikan perang di Bulan Suci Ramadhan tapi mereka tak mau mengikutinya. Mereka sudah kebelet menyalurkan nafsu syahwatnya untuk berperang melawan pemerintah yang sah di saat kebanyakan warga sedang menjalankan ibadah di bulan penuh berkah dan pengampunan ini. Nafsu syahwat mereka melebihi nafsu setan yang menghentikan segala aktivitas kejahatannya selama Bulan Suci ini.
Terbukti apa yang mereka lakukan untuk mengkudeta pemerintah yang sah dan mau mendirikan negara khilafah tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Terbukti bahwa khilafah itu bukan ajaran Islam karena yang mereka lakukan tak sesuai dengan ajaran Islam yang menghormati ulil amri, patuh mengikuti aturan main yang berlaku, dan ajaran yang membawa rahmat untuk seluruh alam.
Bagaimana dengan mahasiswa-mahasiswi BEM SI yang kebanyakan merupakan kader-kader liqo yang menjadi antek-antek gerombolan pengasong khilafah, para penyembah baliho, dan warga keturunan gurun pasir yang frustrasi itu?
Mahasiswa-mahasiswi BEM SI itu sudah lama kehilangan logika. Sebab sejak mereka menjadi kader liqo mereka sudah tidak pernah lagi memakai otaknya. Mereka terbiasa makan dogma radikalisme yang dijejali para murobi mereka. Mereka sudah kehilangan daya kritis karena selama ini diajarkan untuk menjadi robot yang cuma bisa disuruh-suruh. Mereka sudah tak bisa lagi bernalar karena sudah lama sekali tak pernah menggunakan otaknya.
Maka yang terjadi mahasiswa-mahasiswi BEM SI justru dimanfaatkan menjadi corong suara orang-orang kaya banyak duit yang keberatan BBM Pertamax naik harganya, sementara mereka pura-pura buta seolah tidak melihat justru BBM Pertalite yang untuk rakyat kebanyakan harganya malah turun Rp 200.
Terbukti, keberpihakan mahasiswa-mahasiswi BEM SI saat ini hanya untuk orang-orang kaya yang maunya hidup dengan bantuan subsidi pemerintah melulu padahal orang-orang kaya itu punya banyak uang bergudang-gudang. Menjadi jelas terang-benderang mahasiswa-mahasiswi BEM SI itu tidak lagi berjuang dan bersuara untuk rakyat kebanyakan.
Saran buat para orangtua yang anak-anaknya masuk kuliah dan jadi mahasiswa-mahasiswi mulai tahun ini jangan sampai ikut-ikutan pengajian liqo dan masuk BEM SI.
Jangan sampai anak-anak kita jadi mahasiswa-mahasiswi yang termakan dogma radikalisme dan kehilangan logika sehingga tak pernah bisa lagi menggunakan otak sebagai pusat kecerdasan berpikir seperti yang terjadi dan dialami aktivis-aktivis BEM SI yang kini jadi juru bicara orang-orang kaya tapi pelitnya minta ampun: mau pamer naik mobil mewah di atas 2000 CC dengan spesifikasi BBM Pertamax Turbo tapi minta disubsidi terus oleh pemerintah seharga BBM Pertalite atau bahkan di bawah harga BBM Premium.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews