Oleh: Filiyana Atate Kombai (Pemuda Papua)
Nama Septinus George Saa kian dikenal masyarakat Indonesia bak pahlawan dengan julukan si "jenius" lantaran memenangkan sebuah kompetisi internasional yang menggunakan embel-embel kata “Nobel” dalam bidang ilmu fisika.
Semua berpikir bahwa perlombaan tersebut ada kaitannya dengan Penghargaan Nobel, yang merupakan penghargaan bergengsi tahunan, yang diberikan kepada ilmuwan-ilmuwan berjasa seperti Albert Einstein, dan lain-lain.
Kenyataannya, adalah, perlombaan yang dimenangkan George Saa tersebut,: tidak ada kaitannya sama sekali dengan Hadiah Nobel yang dimenangkan oleh Albert Einstein dan ilmuwan-ilmuwan lain.
Perlombaan yang diikuti oleh George Saa tersebut, hanyalah satu dari sekian ratus perlombaan penelitian bidang fisika tingkat SMA serupa, ditingkat internasional saja yang bernama “First Step to Nobel Prize”, dan berpusat di Polandia. Kompetisi antar siswa SMA ini masih terbilang baru, untuk ukuran sebuah kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan.
Akibat berita yang menggembar gemborkan perlombaan antar anak SMA yang meminjam kata “Nobel” ini, maka masyarakat salah kaprah, seakan-akan George memenangkan hadiah Nobel .
Perlu diingat bahwa Penghargaan Nobel sebenarnya, yang sangat bergengsi tersebut tidak berpusat di Polandia, seperti kompetisi antar anak SMA yang diikuti oleh George Saa, akan tetapi berpusat di Norwegia dan Swedia.
Perlu juga diingat, bahwa hingga hari ini, belum ada seorangpun Ilmuwan Indonesia yang memenangkan penghargaan Nobel, bahkan juga Ilmuwan sekelas BJ Habibie.
Lalu bagaimana kabar George Saa sekarang?
George Saa saat ini kabarnya, mulai tahun 2016, mengenyam pendidikan Master di Brimingham University, Inggris, dengan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan), dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Sebelum melanjutkan studinya di tahun 2016, George sempat bekerja sebagai seorang insinyur di perusahaan swasta. Kabarnya, George harus keluar dari Perusahaan Swasta di Papua, BP, karena perilaku yang kurang profesional selama bekerja disana.
Tidak mampu menyelesaikan rister masternya, George harus pulang, karena LPDP memutuskan kontrak beasiswanya, dikarenakan George telah melewati batas masa studinya.
George kemudian kembali ke Indonesia, dan mencari sumber dana lain untuk menyelesaikan risetnya. Setelah mencoba melobi Pihak Pemda Provinsi Papua dan Papua Barat, hasilnya Nihil.
George kemudian menuliskan surat terbuka ke Gubernur Provinsi Papua, pada Bulan Desember tahun 2018 lalu. Dalam surat tersebut, George Saa memprotes Gubernur Lukas Enembe, yang tidak memberikan bantuan studi kepadanya, dan menganggap bahwa Gubernur lebih mementingkan anak-anak Papua lain yang tidak berprestasi seperti dirinya (http://lintaspapua.com/2018/12/07/surat-terbuka-penemu-rumus-fisika-george-saa-untuk-gubernur-papua/ )
Surat tersebut kemudian viral, dan bukan hanya Pemerintah Daerah Provinsi Papua yang merespons, berbagai Pihak baik Individual (Misalnya Kapolda Papua Kala itu, Paulus Waterpauw), dan Pihak Swasta (seperti Bank Papua), ikut mengumpulkan uang. Hasilnya, ratusan juta terkumpul, dengan harapan George akan kembali ke Inggris untuk menyelesaikan studinya.
Akan tetapi, hingga hari ini, George belum kembali ke Inggris, dan menyelesaikan studinya. Sejatinya, secara etis, George Saa harus mempertanggung jawabkan Uang Beasiswa LPDP yang telah dia terima, dan juga uang yang telah dikumpulkan oleh Publik, untuk menyelesaikan studinya. George berutang kepada masyarakat Papua. Apabila memang George memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya ke Inggris, dia harus mengembalikan uang-uang tersebut.
Sempat terdengar, George mengajar di sebuah sekolah swasta di Provinsi Bali. Setelah di konfirmasikan oleh pihak Yayasan Anak Bali, memang benar George pernah mengajar di sana, akan tetapi lagi-lagi, karena masalah Perilaku, George harus keluar dari insititusi tersebut. Memang benar pepatah orang tua: Kecerdasan tanpa perilaku yang baik, adalah sia-sia adanya.
Hingga kini, Karya George Saa sangat dinanti-nanti masyarakat Indonesia khususnya Papua. Masyarakat ingin mendengar kabar kesuksesan George Saa meraih gelar master di Tanah Britania Raya yang hingga detik ini belum terdengar dan seperti hilang ditelan bumi Inggris.
Masyarakat Papua dan Indonesia banyak bertanya-tanya, “ke manakah George Saa? Kapan Wisuda Gelar masternya di Tanah Britania Raya akan dilakukan? Kami menunggu Anda, George Saa.”
Yang terlihat hanyalah cuitan, dan postingan di berbagai media sosial terkait Politik dan Sosial Papua saja. Tidak ada lagi karya dan Kejayaan George Septinus Saa, yang ternyata hanyalah Fatamorgana semata, sebagai seorang “Jenius”.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews